MODAL KERJA (Part II)

 


JENIS & PERPUTARAN MODAL KERJA



IV.       JENIS-JENIS MODAL KERJA
Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama, hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga bisa mengalami perubahan.
Menurut A. W. Taylor dalam buku karangan H. Sutrisno yang berjudul Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi” menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital ) dan Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) (2007:41). Adapun penjelasan dari jenis-jenis modal kerja tersebut di atas adalah sebagai berikut:
 
1.    Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selau harus ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.   Modal Kerja Primer (Primary Working Capital).
Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b.   Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Modal kerja normal yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.
 
2.    Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari:
a.   Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biskuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.
 
b.   Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur.
 
c.   Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan
 

V.     KEBIJAKAN MODAL KERJA
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana.
Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga, makin panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi dengan pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang demikian disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
Modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus dihubungkan dengan harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap sebaiknya dibiayai dengan utang jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan kegiatan bisnis dengan kebijakan modal kerja yang demikian melakukan kebijakan modal kerja yang agresif; risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat dipenuhi oleh tersedianya harta lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih banyak gagalnya, karena struktur harta lancar itu ada yang sulit dicairkan menjadi uang tunai yaitu persediaan, khususnya persediaan barang setengah jadi atau persediaan barang dalam proses.
Menurut Sutrisno (2005:47-49) perusahaan pada umumnya memiliki tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1.     Kebijakan yang agresif,
yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya dengan utang jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung resiko yang cukup besar.
 
2.     Kebijakan yang moderat,
yaitu Perusahaan membiayai aktiva dengan dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan perputaran aktiva tersebut yaitu aktiva yang besifat permanen dan modal kerja permanen akan didanai dengan sumber dana jangka panjang dan aktiva yang bersifat variable atau modal kerja variable akan didanai dengan sumber dana jangka pendek (matching prinsiple). Atau bisa dikatakan kebijakan moderat ini modal kerjanya dipenuhi 50% dengan utang jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
 
3.     Kebijakan yang konservatif,
Merupakan pemenuhan modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek. Dalam kebijakan konservatif modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variable dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, dan sebagian modal kerja variable lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.  Kebijaksanaan ini disebut konservatif karena sumber dana jangka panjang mempunyai .jatuh tempo yang lama sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali atau tingkat keamanan (margin of safety) yang besar. Atau dengan kata lain kebijakan konsrvatif ini seluruh modal kerjanya dipenuhi dengan utang jangka panjang
 

VI.    PERPUTARAN MODAL KERJA
Modal Kerja merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian barang dagangan, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan lain sebagainya, dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualannya.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja adalah diukur dari perputaran modal kerjanya atau working capital turnover-nya. Dengan diketahuinya perputaran modal  kerja dalam suatu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja atau working capital turnover, merupakan salah satu rasio mengukur atau menilai keefektifannya modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya, seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau dalam beberapa periode.
 
1.     Estimasi kebutuhan modal kerja
Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada beberapa lama periode perutaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran barang dagangan adalah lebih pendek daripada barang yang mengalami proses produksi. Menurut sutrisno (2005;50) cara menentukan besarnya modal kerja,   biasanya digunakan beberapa metode yaitu:
1.    1. Keterikatan dana
2.    2Perputaran modal kerja
 
A.    Keterikatan Dana
Periode terikatnya modal kerja yaitu jangka waktu yang diperlukan mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama periode terikatnya modal kerja akan semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian sebaliknya. Pada perusahaan dagang periode terikatnya dana dimulai dari kas dibelikan barang dagang kemudian dijual (misalkan dijual secara kredit) akan menjadi piutang dan setelah piutang terbayar, maka akan menjadi kas lagi. Perputaran barang dagangan dapat digambarkan sebagai berikut:

-  Penjualan dengan kredit pada perusahaan dagang



-  Penjualan dengan tunai pada perusahaan dagang
 


      -  Penjualan dengan kredit pada perusahaan manufaktur


Jika digambarkan dalam tabel, maka akan nampak sebagai berikut




Keadaan 1
Periode perputaran modal kerja (K1 - K2) adalah 1 bulan yaitu februari samapai permulaan Maret, dimana meliputi periode pembelian, penjualan dan penerimaan pembayarannya, dimana penjualan dilakukan dengan kredit. Tingkat perputaran modal kejranya adalah 12x dalam waktu 1 tahun.
 
Keadaan 2
Periode perputaran modal kerja adalah 2 bulan, dimana periode pembelian sampai penjualan meliputi waktu 1 bulan, dan periode penerimaan piutang meliputi waktu 1 bulan. Tingkat perputaran modal kerjanya:

12 / 2 =  6x setahunnya
 
Keadaan 3
Periode perputaran modal kerja adalah 3 bulan, dimana periode pembelian sampaipenjualan meliputi waktu 1 bulan dan jangka waktu piutangnya adalah 2 bulan. Tingkat perputaran modal kerjanya:

12 / 3  =  4x setahunnya
 
Keadaan 4
Perputaran modal kerja adalah 4 bulan, dimana dalam pembelian barang harus dbayar lebih dulu harganya sebulan sebelum barang diterima, periode penyimpanan dan penjualan meliputi waktu 2 bulan dan periode penerimaan piutang meliputi 1 bulan, tingkat perputaran modal kerja atau aktiva lancar dapat pula dihitung dari neraca pada suatu saat tertentu dengan cara
 
Current asset Turnover = Net sales / Current asset

Atau

Average Current asset = (C.A permulaan + C.A. akhir tahun) / 2
 

B.     Perputaran Modal Kerja
Mengestimasi kebutuhan modal kerja dengan metode perputaran modal kerja dapat ditentukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
 
Ilustrasi 6:
Dari neraca dan laporan laba rugi sebuah Perusahaan (dalam jutaan rupiah) diketahui:


Diketahui bahwa penjualan pada tahun 2009 sebesar Rp. 36.000, maka perputaran modal kerjanya:

Jawab:

Perputaran tiap elemen:
      1.    Peputaran Kas     =        Penjualan / Rata-rata Kas
                                   = 36.000 / 400
                                   = 90 kali

2. Perputaran Piutang   = Penjualan / Rata-rata Piutang
                                         = 36.000 / 800
                                         = 45 kali

3. Perputaran Persediaan:      Penjualan / Rata-rata persediaan
                                         = 36.000 / 1.200
                                         = 30 kali
 
Periode keterkaitan moda kerja
Kas                       = 360/90         = 4 hari
Piutang               = 360/45         = 8 hari
Persediaan         = 360/30         = 12 hari
Total                                             = 24 hari
 
Dari perhitungan tersebut diperoleh periode terikat elemen modal kerjanya sebesar 24 hari, sehingga perputaran elemen modal kerja sebesar:
    
                 360 / 24 = 15 kali

Jika pada tahun 2010 perusahaan mampu menjual sebanyak Rp. 45.000. maka estimasi kebutuhan modal kerja menurut metode ini adalah sebesar:

       Rp. 45.000/15 = Rp. 3.000









Prof. Dr. Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan ?Perusahaan, 1995, UGM Jogjakarta
http://pengusahamuslim.com/4396-seberapa-penting-rasio-keuangan-dalam-bisnis.html
http://www.ilmuekonomi.net/2016/03/pengertian-macam-macam-rasio-laporan-keuangan-perusahaan-beserta-rumusnya-lengkap.html
http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2016/03/macam-macam-rasio-keuangan-dan-rumusnya.htmlhttps://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-keuangan-perusahaan/analisis-rasio-keuangan-likuiditas-liquidity-ratio
 
Share:

0 comments:

Posting Komentar

PENGUNJUNG