PENILAIAN INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP
Di suatu perusahaan investasi
dalam aktiva tetap diperlukan untuk dapat meningkatkan produktifitas dan
mengambil kemajuan teknologi.
Penanaman investasi aktiva tetap untuk penambahan
kapasitas cukup memberikan harapan baik untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar di masa yang akan datang. Investasi aktiva tetap yang bernilai cukup
besar mempunyai konsekuensi tidak ditemukan dalam pengeluaran sehari-hari
perusahaan. Dana yang dikeluarkan untuk belanja pengadaan aktiva tetap memakan
waktu lama. Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh baik keuangan
maupun non keuangan di kemudian hari. Sebelum melakukan investasi, setiap
perusahaan harus kajian investasi yang akan dilakukan supaya kegiatan
perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Investasi dilakukan perusahaan
memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Biasanya disamping mencari laba, tujuan
perusahaan juga mencakup :
1. Pertumbuhan yang terus menerus.
2. Kelangsungan hidup.
3. Kesan positif di mata publik.
Untuk mencapai tujuan ini manajemen
sebagai pihak yang diserahi hak dan tanggung jawab memiliki atau menguasai
faktor-faktor produksi yang diramu seperti money, man, material, dan
method. Proses ini sering disebut juga disebut proses produksi.
Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan
produksi tersebut yang menjadi salah satu sumber dana utama bagi pelaksanaan
kegiatan perusahaan.
Untuk menghasilkan produk ini
maka peranan aktiva tetap sangat besar, seperti lahan sebagai tempat
berproduksi bagi usaha pertambangan, pertanian, perkebunan, dan
perikanan. Bangunan sebagai tempat pabrik, kantor, dan kegiatan
lainnya. Mesin dan peralatan sebagai alat untuk berproduksi.
Kendaraan pengangkutan sebagai alat untuk mengangkut produk atau hasil
lainnya. Inventaris berupa inventaris kantor, perabot, meja, kursi,
lemari dan lain-lain sebagai alat yang mendukung kegiatan perusahaan semuanya.
Bahkan ada aktiva tetap yang
tidak berwujud tapi yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan tanpa
aktiva ini barangkali perusahaan tidak dapat beroperasi misalnya, HPH (Hak
Penguasaan Hutan), HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), Patent,
Frenchise, Hak Cipta, dan lain-lain.
Peranan aktiva tetap ini sangat
besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, dari segi
jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengolahannya yang melibatkan banyak
orang, dari segi pembuatannya yang sering jangka panjang, maupun dari segi
pengawasannya yang agak rumit.
Setiap perusahaan pasti
memiliki aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Namun jenis aktiva tetap yang dimiliki mungkin satu sama lainnya dapat berbeda
seperti perusahaan jasa, aktiva tetapnya berbeda dengan aktiva tetap perusahaan
perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan, dan lain-lain. Namun
yang jelas masing-masing mempunyai aktiva tetap.
I. PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Yang dimaksud dengan aktiva
tetap adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang dimana kekayaan
tersebut didapatkan dalam bentuk siap pakai atau telah dibangun terlebih
dahulu, sifatnya permanen dan dapat digunakan dalam kegiatan normal perusahaan
untuk jangka waktu yang relatif panjang serta memiliki nilai cukup material.
Aktiva tetap yaitu sumber daya
ekonomi yang didapatkan dan dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari
transaksi masa lalu, salah satunya yaitu aktiva tetap yang digunakan oleh
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya dalam menghasilkan produk atau jasa.
Peranan aktiva tetap ini sangat
besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, dari segi
jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengolahannya yang melibatkan banyak
orang, dari segi pembuatannya yang sering jangka panjang, maupun dari segi
pengawasannya yang agak rumit.
Setiap perusahaan pasti
memiliki aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Namun jenis aktiva tetap yang dimiliki mungkin satu sama lainnya dapat berbeda
seperti perusahaan jasa, aktiva tetapnya berbeda dengan aktiva tetap perusahaan
perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan, dan lain-lain. Namun
yang jelas masing-masing mempunyai aktiva tetap.
II. KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP
Adapun karakteristik dari
aktiva tetap diantaranya sebagai berikut di bawah ini:
1. Tidak untuk di jual kembali.
2. Memiliki wujud fisik.
3. Memiliki nilai material,
harga dari aset cukup signifikan misalnya seperti: harga tanah,
harga mesin,
harga bangunan dan lain sebagainya.
4. Memiliki periode manfaat
dengan jangka waktu yang panjang (lebih dari 1 tahun).
5. Dapat memberikan banyak
manfaat di masa yang akan datang.
6. Aset dapat digunakan secara
efektif dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk
di jual kembali seperti
halnya produk, persediaan dan investasi).
7. Dimiliki oleh perusahaan
tidak sebagai investasi.
Dalam memutuskan suatu proyek
dapat kita terima atau kita tolak, pada arus kas bebas memiliki manfaat yang
besar pengaruhnya bagi kelangsungan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus
menentukan seberapa besar pengaruhnya terhadap arus kas yang dihasilkan oleh
suatu proyek dan berfungsi pada suatu penentuan apakah proyek dapat diterima?
Dalam hal tersebut perusahaan harus menguji apakah yang terkait dengan arus kas
dan bagaimana cara untuk mengukurnya untuk mendapatkan suatu keputusan.
Secara khusus investasi
melibatkan pengeluaran kas yang besar dan mengikat perusahaan pada tindakan
tertentu pada periode yang relative lama, jika suatu keputusan penganggaran
modal dilakukan dengan tidak teliti maka akan canderung menimbulkan biaya yang
mahal. Sebagian metode ini mengambil perhitungan nilai waktu dari uang. Dalam
hal ini perusahaan lebih sering memakai metode NPV yang membandingkan nilai
sekarang dari arus kan masuk dan arus kas keluar.
III. PERPUTARAN DANA DALAM
AKTIVA TETAP
Aktiva tetap ialah harta yang
dimiliki oleh perusahaan memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Perputaran dana yang tertanam dalam aktiva tetap yaitu dalam bentuk mesin,
bangunan, kendaraan dan lain-lain akan diterima kembali keseluruhannya oleh
perusahaan dalam beberapa tahun secara berangsur-angsur melalui depresiasi (penyusutan).
Perusahaan mengadakan onvestasi
dalam inventory, piutang dan lain-lain adalah dengan harapan bahwa perusahaan
akan dapat memperoleh kembali dana yangelah diinvestasikan dalam aktiva
tersebut. Demikian pula halnya apabila perusahaan mengadakan investasi dalam
aktiva tetap, adalah juga dengan harapan yang sama dengan investasi dalam
aktiva lancar, yaitu bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut. Tetapi perutaran dana yang tertanam
pada kedua aktiva tersebut berbeda, yaitu investasi dalam aktiva lancar itu
diharapkan akan dapat diterima kembali dalam waktu dekat dan secara sekaligus,
yaitu dalam waktu satu hari, satu minggu atau paling lama satu tahun.
Sebaliknya investasi dalam mesin, bangunan-bangunanm kendaraan dan lain
sebagainya, dana yang tertanam didalamnya akan diterima kembali keseluruhannya
oleh perushaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya secara
berangsur-angsur melalui depresiasi
Dengan demikian perbedaan
antara investasi dalam aktiva tetap dan aktiva lancar adalah terletak dalam
soal “waktu” dan “cara perputaran: dana yang tertanam di dalamnya. Perputaran
dana yang diinvestasikan dalam kativa lancar dapat digambarkan sebagai berikut:
Kas → Aktiva Lancar
→ Kas
IV. PENGGOLONGAN USUL
INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP
Penggolongan atas usulan
investasi dalam aktiva tetap dalam suatu perusahaan dibagi dalam beberapa jenis
diantaranya yaitu:
1. Investasi
Penggantian
Pada umumnya, keputusan
mengenai investasi penggantian adalah yang paling sederhana. Dalam hal ini
aktiva yang sudah aus (wear-out) atau usang (obsolete) harus
diganti dengan aktiva baru bila produksi akan tetap dilanjutkan
2. Investasi
Penambahan Kapasitas
Misalnya usulan penambahan
jumlah mesin atau pembukaan pabrik baru. Investasi ini sering juga bersifat
investasi penggantian, contohnya mesih yang sudah tua dan tidak efisien akan
diganti dengan mesin baru yang lebih besar kapasitasnya dan lebih efisien
3. Investasi
Penambahan Produk Baru
Investasi untuk
menghasilkan produk baru disamping tetap menghasilkan produk yang telah
diproduksi pada waktu ini
4. Investasi
Lain-lain
Investasi yang termasuk
golongan ini adalah usulan investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan
di atas, misal investasi untuk pemasangan alat pemanas, alat pendingin dan
lain-lain.
Pengembalian dana atas
investasi aktiva tetap tercermin dari lamanya masa penggunaan aktiva tetap
tersebut. Semakin pendek umur aktiva tetap maka semakin cepat dana yang
diinvestasikan akan kembali. Pengembalian nilai investasi atas aktiva tetap
berasal dari depresiasi (penyusutan) aktiva tetap yang secara kontinyu yaitu
tiap tahun dilakukan perhitungan depresiasi. Besarnya depresiasi yang
terkumpul atau akumulasi penyusutan tiap tahun jumlahnya semakin besar sampai mencapai
nilai yang sama dengan investasi pada akhir umur ekonomis aktiva tetap
tersebut.
Suatu investasi baru yang
menyangkut aktiva tetap harus diperhitungkan secara seksama. Sebab apabila
investasi yang telah dilakukan tetapi kemudian terjadi kekeliruan pada
perhitungannya maka akan sulit menarik kembali dana yang telah tertanam. Dengan
demikian menilai ekonomis tidaknya suatu investasi dapat digunakan beberapa
metode yang sering dipakai.
Sebagai contoh suatu aktiva
tetap memiliki harga perolehan Rp. 100 juta, taksiran umur ekonomis 5 tahun
tanpa nilai residu. Apabila metode penyusutan yang digunakan adalah Straight
Lines Method (metode garis lurus) maka besarnya depresiasi adalah Rp. 20 juta
pertahun dan pada akhir tahun ke lima akumulasi penyusutan mencapai Rp. 100
juta sesuai dengan nilai investasi.
Dalam penilaian proyek
investasi ada beberapa metode penilaian investasi yang biasa digunakan
diantaranya :
1. Payback Period
Adalah suatu metode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluarna investasi dengan menggunakan “proceeds” atau aliran kas neto.
Dengan demikian payback period dari suatu investasi manggambarkan panjangnya
waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat
diperoleh kembali seluruhnya. Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:
a. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau
proceed yang diperoleh sesudah payback periode tercapai, oleh karenanya
krieteria ini bukan alat pengukur “profitability” tatapi alat pengukur
“rapidity” atau kecepatan kembalinya dana
b. Metode ini juga mengabaikan “time value of money” (nilai
waktu uang)
2. Net Present Value (NPV)
Dengan adanya kelemahan-kelemahan dari metode payback period,
maka metode lain yang memperhatikan baik proceeds sesudah tarcapainya payback
period maupun nilai waktu uang salah satunya adalah metode Net Present Value.
Dalam metode ini yang pertama dihitung afalah nilai sekarang (present value)
dari proceeds yang diharapkan atas dasar “discount rate” tertentu. Kemudian
jumlah “present value” (PV) dari keseluruhan proceeds selama usianya dikurangi
dengan PV dari jumlah investasinya (initial investement). Selisih antara PV
dari keseluruhan proceeds dengan PV dari pengeluaran modal disebut “nilai
sekarang neto” (net present value/NPV). Apabila jumlah PV dari keseluruhan
proceeds yang diharapkan lebih besar dari apda PV dari investasinya maka usul
investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya jika jumlah PV dari keseluruhan
proceeds lebih kecil daripada PV dari investasinya yang ini berarti NPV nya
negatif maka usul investasi tersebut ditolak.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Motode ini merupakan suatu investasi dengan menggunakan tingkat
bunga yang kita pilih menurut sekehendak kita. Kemudian hasil perhitungan itu
dibandingkan dengan jumlah PV dari “outlays” nya. Jika PV dari proceeds lebih
besar daripada PV dari investasi atau “outlays” nya maka kita harus menggunakan
tingakt bunga yang lebih tinggi lagi. Sebaliknya kalau PV dari proceeds
lebihkecil daripada PV dari “outlays” nya kita harus menggunakan tingakt bunga
yang lebih rendah. Cara ini dilakukan sampai menemukan tingakt bunga yang dapat
menjadikan PV dari proceeds sama besar dengan PV dari “outlays” nya.
4. Accounting Rate of Return (ARR)
Metode ini menunjukan persentase keuntungan neto sesudah pajak
dihitung dari “average investment” ataiu “initial investment”. Metode ini
mendasarkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku ( reorted accounting
income). Kelebihan dari metode ini ialah pada kesederhanannya dan mudah
dimengerti. Metode ini perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah
tersedia, sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan.
Sebagai dasar perhitungan dalam
menganalisis usulan untuk metode Accounting Rate of Return menggunakan
keuntungan / laba setelah pajak (Earning After Tax), sedangkan untuk ketiga
metode lainnya menggunakan aliran kas (cash flow) atau “Procceds”
sebagai dasar perhitungannya,
V. NILAI INVESTASI AKTIVA
TETAP
Nilai investasi suatu aktiva
tetap adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan
aktiva tetap tersebut, atau sering disebut dengan istilah harga perolehan
aktiva tetap, sedangkan untuk memdapatkan aktiva tetap terdapat beberapa cara
diantaranya :
1. Pembelian tunai
2. Tukar tambah
3. Pembelian secara kredit atau angsuran
1. Pembelian Tunai
Jika suatu aktiva diperoleh
dengan cara pembelian tunai, maka yang maksud dengan Harga Perolehan/Cost/Harga
Pokok adalah harga tunai aktiva ditambah segala macam biaya yang dikeluarkan
sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan.
Ilustrasi 1:
Dibeli tunai sebuah mesin Rp.
125.000.000 biaya angkut Rp. 5.000.000 ongkos pemasangan/penyetelan Rp.
2.500.000 dari informasi tersebut maka besarnya nilai investasi adalah:
Jawab:
Nilai investasi/nilai perolehan
= Harga mesin + Biaya angkut + Biaya pemasangan
Rp. 125.000.000 + Rp. 5.000.000
+ Rp. 2.500.000 = Rp. 132.500.000
Nilai investasi yaitu sebesar Rp.
132.500.000
2. Tukar Tambah
Dalam tukar tambah mengandung
arti bahwa perusahaan memperoleh aktiva baru dengan melepas / menjual aktiva
lama. Pada umumnya dalam tukar tambah ini yang memperoleh aktiva baru akan
menambah sejumlah uang karena pada dasarnya aktiva baru memiliki kemampuan
lebih baik daripada aktiva lama, hal ini tersirat dari tujuan mengganti aktiva
adalah untuk meningkatkan kapasitas, kemampuan dan nilai tambah. Disamping itu
biaya perawatan atau pemeliharaan aktiva baru lebih rendah daripada aktiva lama
sehingga diperoleh effisiensi dari segi biaya operasional.
Ilustrasi 2:
Sebuah mesin yang dibeli 4 tahun yang lalu memiliki nilai buku
Rp. 250 juta, sisa umur ekonomis 5 tahun. Perusahaan menginginkan mengganti
mesin lama tersebut dengan mesin baru harga tunai Rp. 500 juta diperkirakan
berumur 5 tahun residu 20%. Penyusutan menggunakan metode garis lurus dan pajak
rata rata 20%.
Hitunglah :
1. Nilai investasi jika mesin lama laku dijual Rp. 250 juta
2. Nilai investasi jika mesin lama laku dijual Rp. 225 juta
3. Nilai investasi jika mesin lama laku dijual Rp. 280 juta
Jawab :
1. Mesin lama laku dijual Rp. 250 juta
Oleh karena harga jula mesin lama sama persis dengan nilai
bukunya, maka tidak ada permasalahan pajak karena tidak ada keuntungan dan
kerugian:
Harga mesin baru Rp.
500.000.000
Harga jual mesin lama Rp.250.000.000
Pajak 20%
(250 juta – 250 juta ) Rp.
0
Rp. 250.000.000
Nilai sekarang dari tambahan investasi Rp. 250.000.000
2. Mesin lama laku dijual Rp. 225 juta
Oleh karena harga mesin lama lebih kecil daripada nilai bukunya,
maka menimbulkan kerugian pada penjualan mesin lama. Kerugian ini memiliki
pengaruh memperkecil jumlah pajak penghasilan keseluruhan yang harus dibayar
oleh perusahaan, yang berarti akan memperkecil arus kas keluar untuk membayar
pajak, yang berarti ada penghematan pajak. Adanya penghematan pajak ini akan
memperbesar dana yang tersedia untuk menambah dana investasi:
Harga mesin baru Rp.
500.000.000
Harga jual mesin lama Rp. 225.000.000
Pajak 20%
(225 juta – 250 juta ) Rp.
5.000.000
Rp. 230.000.000
Nilai sekarang dari tambahan investasi Rp.
270.000.000
3. Jika harga jual mesin lama sama dengan nilai buku dapat
diterima, maka harga diatas nilai buku dengan sendirinya dapat diterima, yang
membedakan dengan no 1 dan 2 hanyalah terletak pada besarnya tambahan
investasi, tambahan investasi dalam kasus ini adalah lebih kecil:
Harga mesin baru Rp.
500.000.000
Harga jual mesin lama Rp. 280.000.000
Pajak 20%
(280 juta – 250 juta ) Rp.
6.000.000
Rp.
274.000.000
Nilai sekarang dari tambahan investasi Rp.
226.000.000
Ilustrasi 3
Suatu perusahaan lima tahun yang lalu membeli seperangkat mesin
dengan harga 75.000.000 dengan umur penggunaan atau umur ekonomis 15 tahun,
pada waktu ini perusahaan mendapatkan tawaran sperangkat mesin dengan model
baru dengan harga Rp. 100.000.000 termasuk biaya pemasangannya, dengan estimasi
umur ekonomis 10 tahun. Menurut perhitungan, apabila mesin lama diganti dengan mesin
baru tersebut, diperkirakan setiap tahunnya akan dapat meningkatkan panghasilan
penjualan dari Rp. 100.000.000 menjadi Rp. 110.000.000. disamping itu akan
dapat menhemat biaya tunai dari Rp. 70.000.000 menjadi Rp. 50.000.000 setiap
tahunnya. Tingakt penhasilan rata-rata 40%. Tingkat diskonto yang digunakan
ditetapkan sebesar 10%.
Apakah usul penggantian mesin lama dengan model mesin baru
sebaiknya dierima atau ditolak, jika diperkirakan
1. Mesin lama dapat dijual Rp. 50.000.000
2. Mesin lama dapat dijual Rp. 60.000.000
3. Mesin lama dapat dijual Rp. 40.000.000
Jawab:
Pertama hitung tambahan manfaat (benefit) yang dihasilkan dari
penggunaan mesin baru dibandingkan dengan mesin lama, dengan menghitung
tambahan arus kas neto
Keterangan
|
Jumlah
|
Tambahan Arus Kas Neto
|
|
Mesin Lama
|
Mesin Baru
|
||
Penjualan
|
100.000.000
|
110.000.000
|
10.000.000
|
Biaya Tunai
|
70.000.000
|
50.000.000
|
20.000.000
|
Depresiasi*
|
5.000.000
+
|
10.000.000
+
|
|
Biaya Total
|
75.000.000
|
60.000.000
|
|
Keuntungan sebelum
pajak **
|
25.000.000
|
50.000.000
|
|
Pajak (40%)
|
10.000.000
-
|
20.00.000
-
|
(10.000.000)
|
Keuntungan Neto
|
15.000.000
|
30.000.000
|
|
Ditambahkan kembali
depresiasi
|
5.000.000
+
|
10.000.000
+
|
|
Arus kas neto
(proceeds)
|
20.000.000
|
40.000.000
|
20.000.000
|
* Mesin lama : 75.000.000 / 15 tahun = 5.000.000
Mesin baru : 100.000.000 / 10 tahum = 10.000.000
** Mesin lama : = penjualan – Biaya total
= 100.000.000 –
75.000.000 = 25.000.000
Mesin baru : = penjualan – Biaya total
= 110.000.000 –
60.000.000 = 50.000.000
Dari hasil perhitungan tersebut tambahan manfaat dalam bentuk
tambahan arus kas neto yang dihasilkan dari penggunaan mesin baru dibandingkan
dengan penggunaan mesin lama adalah sebesar Rp. 20.000.000 setiap tahunnya
selama 10 tahun yaitu umur mesin baru
Nilai sekarang dari tambahan arus kas neto selama 10 tahun atas
dasar tingkat diskonto 10% adalah:
6,1446* x Rp. 20.000.000 = Rp. 122.892.000 (dibulatkan)
* Nilai sekarang dari suatu anuity dari satu rupiah:
1/((1+0,1)1) + 1/((1+0,1)2) +
......................... 1/((1+0,1)10)
Kemudian menghitung tambahan biaya dari penggunaan mesin baru
dengan memperhitungkan hasil penjualan mesin lama.
a. Dapat dijual Rp. 50.000.000
Dalam hal ini kita perlu mengetahui nilai buku dari mesin lama
pada waktu penggantian mesin akan dilakukan. Pada tahun ) atau padda waktu
penggantian mesin dilakukan nilai buku mesin adalah sebesar:
= Rp. 75.000.000 – akumulasi depresiasi selama 5 tahun
= Rp. 75.000.000 – (5 x Rp. 5.000.000)
= Rp. 50.000.000
Oleh karena harga jual mesinlama persis sama besarnya dengan
nilai bukunya maka tidak ada permasalahan pajak karena tidak ada keuntungan
atau kerugian kerena penjualan mesn lama. Dengan demikian maka tambahan
investasi dalam kasus ini adaah sebesar Rp. 100.000.000 (harga mesin baru)
dikurangi dengan hasil penjualan mesin lama sebesar Rp. 50.000.000 yaitu
sebesar Rp. 50.000.000. Jumlah inilah yang diperhitungkan sebagai atambahan
biaya karena penggunaan mesin baru. Selanjutknya kita dapat menentukan pengaruh
netonya berupa nilai sekarang neto atau NPV dari tambahan investasi tersebut.
Nilai sekarang dari tambahan arus kas neto
Tambahan manfaat = 6,1446 x 20.000.000 = Rp. 122.892.000
Nilai sekarang dari tambahan investasi
Tambahan biaya =
Rp. 50.000.000 -
Nilai sekarang neto dari tambahan investasi = Rp. 72.892.000
b. Harga jual mesin lama Rp. 60.000.000
Jika harga jual mesin lama Rp. 50.000.000 dapat dibenarkan,
apalagi jika harga jual mesin lama lebih tinggi yaitu Rp. 60.000.000, dengan
sendirinya juga diterima. Perbedaannya terletak besarnya tambahan investasi. Tambahan
investasi dalam kasus ini adalah lebih kecil, sedangkan nilai sekarang dari
tambahan manfaat atau arus kas neto adalah tetap sehingga nilai sekarang neto
dari tambahan investasi adalah lebih besar. Perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Nilai sekarang dari tambahan manfaat Rp.
122.892.000
Harga mesin baru Rp.
100.000.000
Hasil penujulan mesin lama Rp. 60.000.000
Pajak = 40% (60.jt – 50 jt) Rp. 4.000.000 -
Hasil penjualan neto Rp.
56.000.000 -
Nilai sekarang dari tambahan investasi Rp.
44.000.000 -
Nilai sekarang neto tambahan investasi Rp.
78.890.000
c. Harga jual mesin lama Rp. 40.000.000
Oleh karena harga jual mesin lama (Rp. 40.000.000) lebih kecil
daripada nilai bukunya (Rp. 50.000.000) maka menimbulkan kerugian pada
penjualan mesin lama. Adanya kerugian ini akan mempunyai pengaruh memperkecil
julah pajak penghasilan keseluruhan yang harus dibayar oleh perusaaha. Yang berarti
akan memperkecil arus kas keluar untuk bayar pajak, yang berarti ada
penghematan pajak. Oleh karena pajak dibayar dimuka maka adanya penghematan ini
akan memperbesar dana yang tersedia untuk menambah dana investasi. Perhitungan
nilai sekarang neto dari kasus ini adalah sbb:
Nilai sekarang dari tambahan manfaat Rp.
122.892.000
Harga mesin baru Rp.
100.000.000
Hasil penujulan mesin lama Rp. 40.000.000
Pajak = 40% (50.jt – 40 jt) Rp. 4.000.000 +
Hasil penjualan neto Rp.
44.000.000 -
Nilai sekarang dari tambahan investasi Rp.
56.000.000 -
Nilai sekarang neto dari tambahan investasi Rp.
66.892.000
Dari hasil perhitungan tersebut ternyata usulan penggantian
mesin lama dengan mesin baru tetap dapat dibenarkan, meskipun ada kerugian
mesin lama, karena nilai sekarang nero atau NPVnya adalah positif.
3. Pembelian secara kredit atau angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh
dengan pembelian secara kredit atau dibayar secara angsuran, maka yang dimaksud
dengan Harga Perolehan / Cost / Harga Pokok adalah harga tunai aktiva tersebut
termasuk biaya untuk mendapatkannya, sepanjang biaya biaya ini tidak menjadi
tanggung jawab penjual. Oleh karena pada umumnya harga yang dibeli secara
kredit lebih tinggi dari harga tunai, maka akan terdapat selisih antara harga
kredit dengan harga tunai. Dalam akuntansi selisih antara harga kredit dengan
harga tunai dicatat sebagai biaya bunga, selanjutnya biaya bunga ini dapat
sekaligus dihitung sebagai kerugian dalam tahun dimana aktiva tetap didapat;
atau dapat juga dialokasikan secara proporsional sesuai dengan jumlah angsuran
yang dibayar tiap tahun. Biaya bunga yang dialokasikan secara teratur dan proporsional
ini dapat dianggap / dicatat sebagai Biaya bunga yang ditangguhkan (Piutang
Bunga) dan tiap akhir tahun akan berkurang sejalan dengan berkurangnya jumlah
utang kredit dan akan habis manakala utang kredit telah lunas.
Biaya ini selanjutnya dialokasikan
kedalam perhitungan rugi – laba, oleh karena sifatnya biaya tentunya biaya
bunga ini akan mengurangi laba tahun berjalan sehingga akan mengurangi earning
after tax yang menjadi dasar penilaian usul investasi metode Accounting Rate of
Return (ARR) dan pula biaya ini akan mengurangi aliran kas sehingga akan
berpengaruh kepada Proceeds yang menjadi dasar penilaian usul investasi metode
Payback Period, Net Present Value dan Internal Rate of Return. Harga tunai
aktiva tetap berikut biaya-biaya sampai dengan siap digunakan adalah dianggap
sebagai nilai investasi
Ilustrasi 4:
PT “PRIMA” merencanakan membeli mesin harga tunai Rp. 300 juta,
biaya angkut dan pemasangan Rp. 20 juta dibayar tunai. Mesin tersebut dapat
pula dibeli secara kredit dengan syarat: uang muka (Down Payment) Rp. 50 juta,
sisanya diangsur tiap tahun selama 5 angsuran masing masing angsuran Rp. 62
juta.
Hitunglah :
1. Nilai investasi
2. Biaya bunga
Jawab :
1.
Harga tunai Rp.
300.000.000
Biaya angkut dan pemasangan Rp.
20.000.000
Nilai
Investasi Rp. 320.000.000
2.
Jumlah angsuran = 5 x Rp. 62.000.000 Rp.
310.000.000
Harga tunai = Rp. 300.000.000.
Uang muka = Rp. 50.000.000,-
Hutang
/ Pinjaman Rp 250.000.000
Biaya
Bunga Rp. 60.000.000
Apabila hasil analisis menyatakan bahwa usul investasi ini
diterima maka bagian akuntansi akan mencatat/menjurnal sebagai berikut :
Uraian
|
D
|
K
|
Mesin
|
Rp. 320.000.000
|
|
Biaya
Bunga/Bunga ditangguhkan
|
Rp. 60.000.000
|
|
Kas
|
Rp. 70.000.000
|
|
Hutang
|
Rp. 310.000.000
|
Hubungannya antara pembayaran
angsuran dengan biaya bunga yang ditangguhkan (Piutang Bunga) adalah bila
perusahaan membayar angsuran sebesar Rp. 62 juta maka pada akhir tahun biaya
bunga ditangguhkan (Piutang Bunga) dikurangi sebesar Rp. 12 juta.
Peristiwa ini berlangsung terus
menerus sampai dengan pembayaran angsuran ke 5 (terakhir). Berakhirnya
kewajiban mengangsur maka akan habis pula nilai biaya bunga yang ditangguhkan
tersebut dan pada awal tahun ke 6, maka rekening Biaya Bunga Ditangguhkan bersaldo
nihil.
Hubungannya antara pembayaran
angsuran dengan cash flow adalah bahwa angsuran sebesar Rp 62 juta tersebut
didalamnya sudah termasuk bunga Rp.12 juta Karena pada saat dilakukan
pembayaran angsuran oleh perusahaan di jurnal :
Uraian
|
D
|
K
|
Utang
|
Rp. 50.000.000
|
|
Biaya
Bunga/Bunga ditangguhkan
|
Rp. 12.000.000
|
|
Kas
|
Rp. 62.000.000
|
dengan demikian pembayaran
utang tanpa bunga Rp. 50 juta dan Biaya bunga Rp. 12 juta sudah masuk dalam
perhitungan rugi laba, dan telah masuk pula dalam aliran cash out, sehingga
tidak perlu meragukan EAT maupun Proceeds.
VI. APLIKASI METODE PENILAIAN
USUL INVESTASI
Usulan investasi yang secara
langsung berorientasi pada tujuan memperoleh profit. Perusahaan umumnya sering
menghadapi lebih dari satu usulan proyek investasi, tetapi karena perusahaan
mengalami keterbatasan dan budgeting constraint yang dimiliki maka manajemen
akan memutuskan untuk memilih satu atau beberapa usulan proyek. Penerapan
metode penilaian usul investasi dipakai dalam beberapa contoh permasalahan
dibawah ini :
Ilustrasi 5:
PT “PRIMA” merencanakan membeli
mesin harga tunai Rp. 300 juta, biaya angkut dan pemasangan Rp. 20 juta dibayar
tunai. Perusahaan menetapkan bahwa mesin dibeli secara tunai. Informasi
selanjutnya bahwa, mesin tiap tahun akan menghasilkan penjualan senilai Rp. 400
juta, Harga Pokok Penjualan Rp. 220 juta, Biaya Operasional Rp. 89 juta Jumlah
biaya operasional ini belum termasuk biaya depresiasi mesin, pajak (rata rata)
20% dan tingkat suku bunga 10%. Mesin ditaksir berumur 5 tahun tanpa residu.
Hitunglah :
Analisis usulan investasi, apakah usul investasi diterima atau
ditolak (diasumsikan penjualan secara tunai)
1. Menggunakan Payback Period
2. Menggunakan Net Present Value (NPV)
3. Profitability Index
4. Accounting Rate of Return (ARR)
Jawab :
Uraian
|
Accounting
|
Cash Flow
|
Hasil Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya Operasional
Depresiasi mesin
Laba sebelum pajak
Pajak 20%
Laba setelah pajak
Proceeds
|
Rp. 400.000.000
Rp. 220.000.000
Rp. 180.000.000
(Rp. 89.000.000)
(Rp. 64.000.000)
Rp. 27.000.000
(Rp. 5.400.000)
Rp. 21.600.000
|
Rp. 400.000.000
(Rp. 220.000.000)
(Rp. 89.000.000)
(Rp. 5.400.000)
Rp. 85.600.000
|
Depresiasi mesin tiap tahun
adalah sebesar Rp. 320.000.000 : 5 = Rp. 64.000.000
Proceeds dapat pula dihitung
dari laba setelah pajak ditambah depresiasi mesin, karena pada dasarnya
depresiasi adalah biaya yang tidak mengeluarkan uang kas sehingga aliran kas
akan lebih tinggi daripada laba setelah pajak. Proceeds = Rp. 21.600.000 + Rp.
64.000.000 = Rp. 85.600.000,-
1. Metode Payback Period
- Jumlah investasi Rp.
320.000.000,-
- Jumlah Proceeds / thn Rp.
85.600.000,-
- Payback Periode =
Rp. 320.000.000 / 85.600.000
=
3,74 tahun
atau selama 3 tahun 7
bulan
Ini artinya bahwa investasi
yang ditanam sebesar Rp. 320.000.000 akan kembali seluruhnya dalam kurun waktu
3 tahun 7 bulan Jika tidak ada persyaratan lain , oleh karena masa penggunaan
aktiva ( 5 tahun ) lebih lama dibandingkan dengan masa kembalinya investasi (3
tahun 7 bulan). Kesimpulannya adalah bahwa usul pembelian mesin dapat diterima.
Tetapi apabila perusahaan telah
menetapkan payback period maksimum yang dapat diterima, maka setelah dapat
dihitung payback period selanjutnya diperandingkan dengan paybck period
maksimumnya.
Jika payback period suatu
investasi yang diusulkan lebih pendek dari payback maksimum maka usulan
investasi dapat dilaksanakan atau disetujui, dan sebaliknya apabila payback
period suatu investasi yang diusulkan lebih panjang daripada payback maksimum
maka usulan investasi ditolak.
Apabila dalam kasus ini
perusahaan menetapkan payback maksimumnya adalah 3 tahun, maka usulan investasi
tidak diterima atau ditolak.
2. Metode NPV
Perhitungan PV
Tahun
|
DF (10%)
|
Proceeds
|
PV
|
1
2
3
4
5
|
0,909091
0,826446
0,751315
0,683013
0,620921
|
Rp. 85.600.000
Rp. 85.600.000
Rp. 85.600.000
Rp. 85.600.000
Rp. 85.600.000
Total PV
Investasi
NPV
|
Rp. 77.818.189,60
Rp. 70.743.777,60
Rp. 64.312.564,00
Rp. 58.465.912,80
Rp. 53.150.817,60
Rp.324.491.281,60
Rp.320.000.000
Rp. 4.491.281,60
|
Dari hasil perhitungan ternyata
diperoleh NPV Positif ( sebesar 4.491.281,60 ) Oleh karena NPV Positif maka
usul investasi dengan membeli mesin dapat dilaksanakan.
Terkadang pendekatan Present
Value digunakan Profitability Index (PI) sebagai ukurannya Jika hal ini
digunakan maka PI dapat dihitung dengan cara membandingkan antara total PV
Proceeds dengan PV dari out lay (nilai investasi) Ketentuannya adalah apabila
PI lebih besar daripada nilai 1 (satu) maka usul investasi dapat diterima,
sebaliknya jika nilai PI kurang dari 1 (satu) maka usul investasi harus
ditolak.
3. Metode Profitability Index
(PI)
Dari perhitungan diatas dapat
dihitung besarnya Profitability Index (PI) sebagai berikut :
Profitability Index (PI) = 324.491.281,60 / 320.000.000,00
=
1,014
Dari hasil analisis diperoleh
PI sebesar 1,014 Oleh karena PI lebih besar daripada 1 (satu) maka usul
investasi dapat diterima.
4. Metode ARR
Metode Accounting Rate of
Return (ARR) perhitungannya didasarkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam
buku, yaitu dari keuntungan / laba netto setelah pajak (earning after tax)
berbanding dengan nilai investasi atau nilai rata rata investasi. Dalam
analisannya metode ini menggunakan data accounting yang telah tersedia. Setelah
rate of returnnya dihitung langkah selanjutnya adalah membandingkan dengan ARR
minimum yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Jika hasil perhitungan ARR
lebih besar daripada ARR minimum yang ditetapkan oleh perusahan tersebut, maka
usul investasi dapat diterima atau dapat dilaksanakan, tetapi jika perhitungan
ARR lebih kecil daripada ARR minimum yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka
usulan investasi ditolak.
Berdasarkan contoh soal diatas
maka akan diperoleh :
a. ARR atas dasar nilai investasi:
ARR = (21.600.000 / 320.000.000) x 100%
= 6,75 %
b. ARR atas dasar investasi rata rata
ARR = (21.600.000 / (320.000.000 / 2)) x 100%
= 13,5 %
Jika harus memilih salah satu dari beberapa usul investasi
denganmenggunakan metode ini, maka pilih investasi yang dapat menghasilkan
“ARR” yang paling besar.
Ilustrasi 6:
Suatu perusahaan akan melakukan
investasi dengan membeli sebuah aktiva tetap, berdasarkan hasil survey dan
analisis terdapat dua merk aktiva yang diperkirakan menguntungkan dengan
informasi selengkapnya sebagai berikut :
Uraian
|
Aktiva “A”
|
Aktiva “B”
|
Harga Tunai
Umur Ekonomis
Nilai Residu
Metode Penyusutan
Proceeds tiap tahun
Tingkat suku bunga
|
Rp. 40.000.000
4 tahun
Rp. 10.000.000
Garis Lurus
Rp.12.500.000
10 %
|
Rp. 60.000.000
4 tahun
Rp. 20.000.000
Garis Lurus
Rp.17.500.000
10 %
|
Hitunglah :
1. NPV aktiva A dan NPV aktiva B
2. Apakah usul investasi diterima ?
3. Dari analisis tersebut jika usul diterima, aktiva manakah
yang dianggap paling menguntungkan? buktikan dengan perhitungan
Jawab:
1. Untuk menjawab soal tersebut perlu dibuat PV aktiva A dan PV
aktiva B sebagai berikut:
NPV aktiva A
Tahun
|
Proceeds
|
DF 10%
|
PV
|
1
|
12.500.000
|
0,909091
|
11.363.636,36
|
2
|
12.500.000
|
0,826446
|
10.330.578,51
|
3
|
12.500.000
|
0,751315
|
9.391.435,01
|
4
|
12.500.000
|
0,683013
|
8.537.668,19
|
10.000.000
|
0,683013
|
6.830.134,55
|
|
NPV
|
46.453.452,63
|
||
Investasi
|
40.000.000
|
||
NPV
|
6.453.452,63
|
NPV Aktiva B
Tahun
|
Proceeds
|
DF 10%
|
PV
|
1
|
17.500.000
|
0,909091
|
15.909.090,91
|
2
|
17.500.000
|
0,826446
|
14.462.809,92
|
3
|
17.500.000
|
0,751315
|
13.148.009,02
|
4
|
17.500.000
|
0,683013
|
11.952.735,47
|
20.000.000
|
0,683013
|
13.660.269,11
|
|
NPV
|
69.132.914,42
|
||
Investasi
|
60.000.000
|
||
NPV
|
9.132.914,42
|
2. Apakah usul investasi
diterima ?
Hasil analisis untuk aktiva A menghasilkan NPV Positif Rp
6.453.452,63. Sehingga usul pembelian aktiva A dapat diterima.
Demikian pula untuk aktiva B menghasilkan NPV Positif sebesar Rp
9.132.914,42 yang mengisyaratkan bahwa pembelian aktiva B dapat
diterima/dilaksanakan.
3. Aktiva yang paling
menguntungkan
Untuk memilih aktiva yang akan dibeli (aktiva A atau aktiva B)
maka dapat digunakan rumus Profitability Index, ketentuannya yaitu yang dipilih
adalah aktiva yang memiliki PI yang paling besar.
Kedua aktiva tersebut dapat dihitung PI masing masing sebagai
berikut :
- PI Aktiva A = 46.453.452,63 / 40.000.000 = 1,16
- PI Aktiva B = 69.132.914,42 / 60.000.000 = 1,15
Oleh karena PI aktiva A (1,16) lebih besar daripada PI aktiva B
(1,15) maka yang dipilih adalah aktiva A
Internal Rate Of Return
Ilustrasi 7:
Sebuah mobil angkutan dapat dibeli dengan harga tunai Rp.
105.000.000 Biaya administrasi dan lain lain Rp. 1.648.500 Kendaraan tersebut
ditaksir berumur 5 tahun tanpa residu, dengan perolehan proceed sebagai berikut:
Tahun
|
Proceeds
|
1
|
Rp. 50.000.000
|
2
|
Rp. 40.000.000
|
3
|
Rp. 25.000.000
|
4
|
Rp. 12.000.000
|
5
|
Rp. 10.000.000
|
Hitunglah : Internal rate of Return
Jawab :
Untuk menjawab soal diatas, dibuat
perhitungan PV untuk dua discount faktor yang berbeda, dimana satu DF
menghasilkan NPV Positif dan satu DF menghasilkan NPV negatif.
Dalam kasus ini diambil DF 12% dan DF 13 %
yang hasilnya sebagai berikut :
Proceeds
|
DF12%
|
DF13%
|
PV 12%
|
PV13%
|
50.000.000
|
0,892857
|
0.884956
|
44.642.857
|
44.247.788
|
40.000.000
|
0,797194
|
0.783146
|
31.887.755
|
31.325.868
|
25.000.000
|
0,711780
|
0.693050
|
17.794.506
|
17.326.254
|
12.000.000
|
0,635518
|
0.613319
|
7.626.217
|
7.359.825
|
10.000.000
|
0,567427
|
0.542760
|
5.674.269
|
5.427.599
|
Total
PV
|
107.625.604
|
105.687.333
|
||
Investasi
|
106.648.500
|
106.648.500
|
||
NPV
|
977.104
|
-961.167
|
IRR = 12% + (977.104 / (977.104 +
961167)) x 1%
= 12,50%
Dari hasil analisis diatas dihasilkan IRR
sebesar 12,50 % yang mengandung makna bahwa proceed / hasil investasi
menghasilkan tingkat rate ( bunga efektif ) sebesar 12,50% per tahun.
Usul investasi diterima atau
ditolak sangat tergantung dari kebijakan manajemen, artinya jika manajemen
menghendaki return invensmennya kurang dari IRR (misal 12%) maka usul investasi
diterima. Dan sebaliknya jika manajemen menghendaki kembalian investasi lebih
dari IRR (misal 13%) maka usul inventasi ditolak.
Atau dapat pula dibandingkan dengan suku
bunga tabungan di bank, jika IRR lebih tinggi dari bunga bank maka usul
investasi diterima.
Tetapi jika untuk investasi
tersebut dananya dipinjam dari bank, tentunya IRR harus dibandingkan dengan
bunga pinjaman/kredit bank. Yaitu jika IRR lebih tinggi dari suku bunga
pinjaman, berarti usul investasi dapat diterima dan sebaliknya.
Pembuktian :
Untuk membuktikan bahwa IRR benar benar
12,50 % maka kita menganalisis Proceeds pada tingkat bunga 12,50 %
Apabila Total PV jumlahnya sama besar (atau
mendekati) dengan nilai investasi maka IRR tersebut hitungannya benar
Pembuktian IRR
Tahun
|
Proceeds
|
DF 12,50%
|
PV
|
1
|
50.000.000
|
0,888889
|
44.444.450
|
2
|
40.000.000
|
0,790123
|
31.604.920
|
3
|
25.000.000
|
0,702332
|
17.558.300
|
4
|
12.000.000
|
0,624295
|
7.491.540
|
5
|
10.000.000
|
0,554929
|
5.549.290
|
Total PV
|
106.648.500
|
Penjelasan :
Dari analisa diatas, dihasilkan total PV
Rp. 106.648.500 yang sama besar dengan nilai investasinya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa IRR atas investasi adalah sebesar 12,50%
Sumber:
Dr. Subarsono ; Artikel
Prof. Dr. Bambang R; Dasar2 Pembelanjaan
Perusahaan
0 comments:
Posting Komentar