BEBERAPA
PENDEKATAN TERHADAP MASALAH PERSONALIA
Jika kita melihat kebelakang, selalu ada manfaat yang bisa kita
peroleh. Kita seringakali dapat menentukan dengan lebih tepat arah yang akan
kita tuju
apabila kita melihatnya dari perspektif kejadian dimasa lalu dan kita juga sering mamapu menghndari berbagai tindakan yang telah terbuti, menurut pengalaman salah. Pengalaman waktu lalu membantu memberikan konsepsi yang lebih jelas daripada maslaah yang ada pada saat ini.
apabila kita melihatnya dari perspektif kejadian dimasa lalu dan kita juga sering mamapu menghndari berbagai tindakan yang telah terbuti, menurut pengalaman salah. Pengalaman waktu lalu membantu memberikan konsepsi yang lebih jelas daripada maslaah yang ada pada saat ini.
Jika melihat dari sejarah masalah yang selalu timbul adalah,
darimana kita akan memulai. Apakah dari masa revolusi industri misalnya,
ataukah lebih jauh kebelakang. Untuk itu disini ditekankan pembicaraan mengenai
perkembangan sikap manajemen atau pendekatan-pendekatan terhadap maslah
personalia. Dalam membicarakan berbagai pendekatan dasar ini ada tiga kelompok
sesuai dengan periodenya, artinya pendekatan yang lebihakhir menunjukan lebih
baru ditinjau dari segi waktunya. Ketiga pendekatan tersebut adalah;
I. PENDEKATAN MEKANIS
Perkembangan industri dengan penerapan mesin-mesin dan alat
elektronika pada bidang produksi, telah membawa kemajuan yang sangat pesat
dalam efisiensi kerja. Selama lebih dari seabad para manajer telah menerapkan
berbagai prinsip seperti: pemindahan pekerjaan dari manusia kepada mesin,
prinsip dapat saling dipertukarkan antara komponen satu dengan komponen lain,
spesialisasi pada mesin-meisn, peralatan, tata letak dan pabrik pada umumnya.
Berbagai prinsip ini telah menunjukan keberhasilannya dengan semakin
meningkatnya output produksi. Karena itu tidaklah mengherankan apabila kemudian
dicoba melakukan pendekatan yang sama, yakni pendekatan mekanis, terhadap
tenaga kerja. Apabila mesin-mesin dapat dibuat lebih produktif dengan melakukan
spesialisasi yang ekstrim, maka hendaknya hal yang sama juga berlaku bagi
manusia. Pekerjaan-pekerjaan tersebut hendaknya disederhanakan sehingga bagi karyawan
cukup menjalankan sebagian kecil pekerjaan saja, yang hanya memerlukan
gerakan-gerakan sederhana. Kalau kita dapat membeli mesin-mesin dengan harga
yang semurah mungkin, maka kita juga hendaknya bisa membeli tenaga kerja dengan
semurah mungkin pula. Kalau mesin-mesin tersebut sudah dianggap tidak berguna
kemudian diganti, pendekatan yang sama dilakukan juga terhadap para karyawan.
Pendekatan ini yang disebut pendekatan mekanis. Pendekatan ini
menunjukan suatu sikap bahwa tenaga kerja haruslah dikelompokan seperti modal
dan tanah sebagai suatu faktor produksi dan haruslah diperoleh dengan semurah
mungkin an dimanfaatkan semaksimum mungkin. Pertimbangan tenaga kerja sebagai
manusia hampir sama sekali diabaikan, penarikan dan pencatatan karyawan hanya semata
bedasrkan atas kebutuhan perusahaan.
Karena karyawan adalah manusia, maka pendekatan ini biasanya
menimbulkan berbagai maslaah manajemen, yakni masalah personalia. Banyak
maslah-masalah tesebut sudah lama muncul. Diantara masalah-masalah tersebut adalah;
1. Pengangguran Teknologis
kehilangan pekerjaan karena pengembangan mesin-mesin atau teknik
produksi yang baru disebut sebagai pengangguran teknologis. Tenaga kerja
digantikan oleh mesin atau inovasi manajemen yang menghasilkan jumlah tenaga
kerja yang makin sedikit untuk menghasilkan output yang sama. Akibat
pengurangan tenaga kerja ini menimbulkan reaksi yang sama bagi buruh, baik dulu
maupun sekarang, yakni kecemasan dan penolakan. Meskipun kemajuan teknologi
membawa akibat berkurangnya tenaga kerja yang dipekerjakan, tetapi kemajuan
teknologi ini juga membawa penigkatan kemakmuran. Hal ini disebebkan karena
dalam jangka panjang akan menciptakan “employment” yang lebihbesar denagn
adanya kemajuan teknologi ini. Teknologi yang baru mampu menghasilkan barang
dengan harga yang lebih murah. Dengan demikian akan meningkatkan penjualan dan
produksi yang pada akhirnya akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.
Efek ini adalah merupakan efek jangka panjang. Meskipun menguntungkan, dalam
jangka pendek tetap timbul masalah bagi karyawan yang terpaksa diberhentikan.
2. Keamanan
Berkurangnya keamanan ekonomis, dalam artian seseorang
kehilangan sumber penghasilannya, merupakan akibat lanjutan dari penggunaan
teknologis. Jika seseorang kehilangan pekerjaannya maka jelas ia kehilangan
sumber penghasilannya. Ketidakpastian akan pekerjaan yang tetap, ditambah
dengan usia yang semakain menua mengaibatkan perasaan semakin tidak aman dalam
arti ekonomi
3. Organisasi Buruh
Masalah yang timbul karena sikap manajemen dalam menghadapi
persoalanpersoalan, mengakibatkan timbulnya dorongan yang kuat untuk membentuk
suatu organisasi yang melindungi karyawan dari sikap sewenang-wenang pihak
manajemen. Organisasi ini kemudian menjadi apa yang disebut serikat buruh. Banyak
pimpinan perusahaan merasa tidak senang, dan mencoa mengahalangi terbentuknya
organisasi buruh tersebut. Terbentuknya serikat buruh ini membawa akibat
tambahan terhadap manajemen personalia, yaitu mereka yang bertanggungjawab
terhadap masalah personalia harus berunding dengan serikat buruh dalam
menentukan syarat-syarat kerja, kondisi dan sebagainya.
4. Berkurangnya Kebanggaan Dalam Bekerja
Sturktur organisasi yang dirancang secara ketat dan perencanaan
kerja yang sangat akurat telah membawa berkurangnya kebebasan bagi
individu-individu yang ada dalam suatu organisasi. Pada tingkat oereasionil,
digunakan berbagai mesin yang mengantikan keterampilan karyawan, mengakibatkan
karyawan sekarang tinggal menjadi pelayan mesin-mesin tersebut.Bahkan untuk beberapa
jenis pekerjaan, pekerjaan tersebut sepenuhnya dikerjakan oleh mesin-mesin.
Jadi pada tahap industri dewasa ini manajemen kurang menghargai kecerdasan dan
kreativitas para pekerja. Pekerjaanpekerjaan nampaknya telah dirancang sehingga
menumbulkan sikap pasif, penurut, berprespektif pendek dan mematikan
kreativitas. Dalam keadaan semacam ini timbullah suatu masalah psikologis yang
berjudul hilangnya kebanggaan individu terhadap pekerjaannya, yang mungkin
dicapai dengan struktur organisasi dan operasi yang tradisional.
Maslah ini sangatlah sulit untuk dipecahkan, bahkan dibicarakan,
karena mungkin tidak terlihat persoalannya. Banyak orang yangmengabaikan
pentingnya rasa bangga dalam bekerja. Meskipun sebenarnya kebutuhan tersebut
ada, dan apaibla tidak terpuaskan dapat mengarah ke hal-hal yang di luar
keinginan manajemen.
II. PENDEKATAN PATERNALISME
Meskipun tidak semua perusahaan dan manajer menggunakan
pendekatan mekanis terhadap karyawan, pendekatan tersebut cukup dominan di
negara-negara industri. Kemudian secara mendadak terjadi perubahan sikap yang
cukup drastis dari sejumlah pimpinan perusahaan. Beberapa orang berpendapat
bahwa perubahan ini disebabkan karena semakin berkembangnya
organisasi-organisasi buruh. Para karyawan telah menunjukan bahwa mereka bisa
melepaskan diri dari ketergantungan terhadap manajemen dan bisa memaksakan
sesuatu yang mungkin tidak dikehendaki oleh manajemen, karena hal-hal tersebut
pihak pimpinan mencoba mengimbangi dengan berbuat baik dengan maksud agar para
karyawan tidak perlu mencari bantuan dari pihak luar, yakni serikat buruh.
Mereka mulai menjalankan berbagai kegiatan sukarela yang bersifat manusiawi,
yang mereka anggap sebagai “ayah” oleh para karyawan.
Paternalisme adalah suatu konsep yang menganggap bahwa menajemen
adlah sebagai “ayah” dan bersikap melindungi terhadap para karyawan. Sikap yang
dingin dan impersonal terhadap para karyawan mulai ditinggalkan dan digantikan
oleh sikap yang personal, bahkan kadang-kadang super personal terhadap para
karyawan. Para manajer menyelenggarakan berbagai program seperti membuat toko
khusus para karyawan, berbagai fasilitas rekreasi yang mereka anggap diperlukan
oleh para karyawan. Apabila tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya serikat
buruh, amak usaha ini dirasa cukup berhasil. Tetapi apabila tujuannya adalah
untuk membeli kesetiaan dan penghargaan para karyawan, pendekatan ini sering
kali gagal. Karena pada hakekatnya karyawan adalah manusia dewasa.
Walaupun demikian bukan berarti bahwa manajemen yang menyediakan
fasilitas untuk karyawannya dikatakan menjalankan pendekatan paternalisme.
Sifat yang menunjukan paternalime atau tidaknya yaitu; pertama
dislelenggarakannya program tersebut tidak didasarkan atas pertimbangan manfaat
dari program tersebut, meskipun tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan
atau memberikan keuntungan sekalipun. Kedua pendekatan paternalime ini
ditunjukan dari keputusan tentang apa dan bagaimana melaksanakan program
tersebut tergantung dari pada pihak manajemen.
III. PENDEKATAN SISTEM SOSIAL
Setelah menyadari banyaknya kegagalan dari beberapa pendekatan
tersebut, para peneliti dan manajer menyimpulkan bahwa manajemen personalia
bukanlah proses yang sederhana. Analisa terhadap masalah-masalah personalia
perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang kompleks dan sering kali
bertentangan satu sama lain. pendekatan ini disebut pendekatan sistem sosial.
Pendekatan ini memandang bahwa organisasi atau perusahaan adalah merupakan
suatu sistem yang kompleks yang beroperasi dalam lingkungan yang kompleks yang
disebut sebagai sistem yang ada diluar. Manajer mengakui bahwa sistem yang ada
di dalam perusahaan tidak dapat ditutup dan diarahkan secara mekanis. Berbagai
pilihan tersedia bagi mereka yang ada di dalam peruashaan maupun yang di luar
perusahaan dengan bantuan satuan-satuan ekstern seperti serikat buruh,
pemerintah dan berbagai kelompok masyarakat.
Sumber:
Drs. Heidjrachman R & Drs. Suad H, M.B.A ; 1984
0 comments:
Posting Komentar