VII.
PENDEKATAN
DALAM PENGHITUNGAN PDB
Oleh
karena produk domestik bruto (PDB) itu merupakan semua kegiatan produksi yang
dilakukan oleh seluruh produsen dalam suatu negara, maka dalam perhitungannya
menggunakan 3 pendekatan. Pendekatan tersebut yaitu:
1. Perhitungan
produk neto atau nilai tambah
2. Perhitungan
pendapatan
3. Perhitungan
pengeluaran
1.
CARA
PENGHITUNGAN PRODUK NETO / NILAI TAMBAH
Produk
Neto berarti nilai tambah yang dihsailkan dalam suatu proses produksi. Dengan
demikian, cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional ini adalah cara menghitung
dengan menjumlahkan nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di
berbagai lapangan usaha dalam perkeonomian, penggunaan cara ini dalam
menghitung pendapatan nasional memiliki dua tujuan penting yaitu:
1. Untuk
mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan
pendapatan nasional
2. Sebagai
salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali yaitu dengan hanya
menghitung nilai produksi neto yang dihasilkan pada berbagai tahap proses
produksi.
Sebelum
menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan cara produk neto, akan
diterangkan terlebih dahulu suatu contoh sederhana untuk menghitung nilai
tambah.
A.
Menghitung
Nilai Tambah
Dalam
contoh berikut akan dijelaskan mengenai perhitungan PDB dengan perhitungan produk
neto atau nilai tambah:
Ilustrasi 1
Dalam
contoh ini akan diperhatikan transaksi dan kegiatan memproduksi yang akan
dilalui dalam menghasilkan perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur,
dan lemari. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk membuat perabot itu
adalah menebang kayu dihutan, menggergaji kayu hutan untuk dijadikan papan,
membuat perabot di pabrik perabot, dan menjual perabotan di toko perabot.
Seterusnya
jika kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh 4 perusahaan yang berbeda. Perusahaan
yang menebang kayu menjual kayu ke hutan kepada penggergaji papan seharga Rp.
50 ribu. Papan yang di gergaji dijual kepada pembuat perabot dengan harga Rp.
200 ribu. Pengusaha perabot, setalah membuat berbagai jenis perabot dan
menjualnya, memperoleh hasil penjualan sebanyak Rp. 600 ribu. Secara
keseluruhan toko perabot menerima Rp. 800 ribu dari penjualan perabot kepada
konsumen. Bedasarkan contoh tersebut dapatlah dibuat tabel untuk menghitung
nilai tambah.
Dimisalkan
pengambilan kayu dihutan tidak membayar sesuatu pun untuk menebang kayu di
hutan. Dengan demikian nilai tambah yang diciptakan penebang kayu hutan adalaj
Rp. 50 ribu. Secara keseluruhannya nilai tambah yang diciptakan oleh keempat
kegiatan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penebang
kayu hutan Rp. 50 ribu
2. Penggergaji
papan Rp. 200 – Rp. 50 = Rp. 150 ribu
3. Pembuat
perabot Rp. 600 – Rp.
200 = Rp. 400 ribu
4. Toko
perabot Rp.
800 – Rp. 600 = Rp. 200
ribu
Dengan
demikian jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh keempat kegiatan itu adalah
(50 + 150 + 400 + 200) = Rp. 800 ribu. (jumlah nilai penjualan adalah Rp. 1.650
ribu). Pengeluaran konsumen untuk membeli perabot ini adalah Rp. 800 ribu juga.
Ini berarti dalam perhitungan menurut cara produk neto, nilai pendapatan
nasional yang disumbangkan berbagai kegiatan diatas adalah sama dengan dalam
penghitungan menurut cara pengeluaran.
Dalam
contoh tersebut jelas menunjukan bahwa terdapat dua alternatif dalam menghitung
pendapatan nasional, yaitu cara pengeluaran dan cara produk neto. Dalam cara
pengeluaran yang diperhatikan adalah nilai barang jadi (perabot) yang dijual
toko perabot, sedangkan dalam cara produk neto yang diperhatikan adalah
tambahan nilai yang dihasilkan oleh empat kegiatan ekonomi diatas.
Contoh
lain untuk memudahkan dalam memahami perhitungan pendapatan nasional dengan
menggunakan pendekatan nilai tambah yaitu sebagai berikut. Dengan asumsi bahwa
perekonomian hanya memiliki satu sektor saja, misalnya kegiatan pertanian yang
berkaitan dengan produksi pangan. Serta tidak ada biaya produksi, kecuali bahan
mentah.
Seorang
petani menghasilkan 100 kg padi (gabah)
dan dijual dengan harga Rp. 4.000 per kg, kemudian padi tersebt diproses
menjadi beras sebanyak 62 kg. Dan beras tersebut laku dijual seharga Rp. 10.000
per kg. Kemudian beras tersebut dibeli oleh pengusaha warteg sebanyak 62 kg dan
diolah menjadi nasi putih sebanyak 310 piring nasi, dan dijual Rp. 4.000 per
piring.
Berapakah
nilai tambah yg dihasilkan dari kegiatan pertanian hingga warung nasi?
Sebagai
catatan bahwa, nilai tambah bukanlah nilai produksi dikurangi dengan nilai
seluruh biaya termasuk upah tenaga kerja. Jika ini yang terjadi maka jumlah
tersebut bukan merupakan nilai tambah, melainkan hanya laba usaha saja. Yang
perlu diingat adalah pendapatan itu adalah penjumlahan dari upah, gaji, sewa,
bunga dan laba.
Petani
sebagai produsen padi menghasilkan padi sebanyak 100 kg dengan harga per kg nya
sebesar Rp. 4.000 rupiah, menciptakan nilai tambah Rp. 400.000 dan ini
merupakan penghasilan petani.
Selanjutnya
penggilingan padi memproses 100 kg padi menjadi 60 kg beras. Beras ini di jual
dengan harga Rp. 10.000 per kg, sehingga menciptakann nilai tambah sekaligus penghasilan
bagi pengusaha penggilingan padi sebesar Rp. 220.000.
Berikutnya
pengusaha warteg, dengan bahan dasar 62 kg beras kemudian diolah menjadi nasi
dan menjual nasi sebanyak 310 piring, dengan harga Rp. 4.000 per piring.
Sehingga menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 620.000 dan ini merupakan
penghasilan milik warung nasi tersebut.
Secara
keseluruhan jumlah nilai tambah semua kegiatan tersebut merupakan kontribusi terhadap
PDB. Berbagai kegiatan tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut.
Seorang
pedagang Mie Ayam, menjual seporsi dengan harga Rp. 15.000. bahan2 yag
dibutuhkan untuk membuat 1 porsi sebagai berikut:
Piring &
sendok (sewa) Rp. 100
Kompor &
wajan (sewa) Rp. 100
Total Biaya
Produksi Rp. 6.325
1. Hitunglah
laba usaha mie ayam per mangkok
2. Kontribusi
pada PDB dari per mangkok mie ayam
3. Kontribusi
pada pendapatan nasional dari per mangkok mie ayam
1.
Laba usaha mie ayam
per mangkok adalah harga mie ayam dikurangi seluruh biaya produksi:
=
Rp. 15.000 – Rp. 6.325 = Rp. 8.675 per mangkok
jika
pada awal tahun 2023 s.d akhir tahun 2023 dihasilkan 10.000.000 mangkok maka total laba usaha di tahun 2023;
10.000.000
mangkok x Rp. 8.675 = Rp. 86,75 milyar
2.
Kontribusi PDB per mangkok
mie ayam adalah harga mie ayam per mangkok dikurangi seluruh nilai bahan yang
digunakan saja, tidak termasuk upah tenaga kerja, sewa alat, bunga bank, dan
laba (karena keempat hal tsb mrpkn balas jasa thdp faktor produksi yg merupakan
pendapatan atau penghasilan pemiliknya. Jadi kontribusi trhdp PPDB dari satu
mangkok mi ayam adalah:
=
Rp. 15.000 – (Rp. 2.000 + Rp. 3.000 + Rp. 500 + Rp. 100)
=
Rp. 15.000 – Rp. 5.600 = Rp. 9.400
Jika
di selururh Indonesia pada tahun 2023 dihasilkan 10.000.000 mangkok mie ayam,
maka kontribusi mie ayam untuk PDB Indonesia tahun tsb adalah sebesar:
Rp.
10.000.000 x Rp. 9.400 = Rp. 94 miliar
3.
Kontribusi pada
pendapatan nasional dari satu mangkok mie ayam adalah:
=
Nilai PDB total – pajak tidak langsung (PPn) – penyusutan alat
=
Rp. 9400 – (Rp. 100 – Rp. 50)
Dengan
jumlah sebanyak 10.000.000 mangkok di tahun 2023, maka Nilai pendapatan
nasionalnya adalah:
10.000.000
x Rp. 9.250 =Rp. 92,5 miliyar per
tahun.
B.
PNB
Menurut Lapangan Usaha
Dalam
tabel dibawah ini ditunjukan bagaimana pendapatan nasional menurut cara produk
neto dihitung. Data yang dikemukakan adalah untuk tahun 2002. Data yang
dikumpulkan digolongkan kepada berbagai sektor di mana nilai tambah dihasilkan.
Oleh sebab itu data yang dikemukakan disebut Produk Domsetik Bruto (PDB)
Menurut Lapangan Usaha.
Dari
tabel dibawah ini juga menunjukan berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia dan
sumbangannya dalam mewujudkan pendapatan nasional. Nilai produksi suatu sektor
menggambarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor tersebut. Sebagai
copntoh, misalkan produksi sekotr pertanian adalah Rp. 300 triliun dan sektor
tersebut membeli baha mentah dari sekotr lain dengan nilai Rp. 100 triliun.
Bedasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian
menghasilkan nilai tambah sebanyak Rp. 200 triliun.
Perhitungan
tersebut menunjukan sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia
dibedakan kepada 9 sektor. Dua sektor pertama disebut juga sebagai sektor
promer. Tiga sektor berikutnya yaitu: industri pengolahan, listrik, gas dan
air, Bangunan digolongkan kepada sektor sekunder. Dan sektor ke-6 hingga ke- 9
digolongkan sebagai sektor jasa atau tersier. Data PDB menurut harga yang
berlaku untuk tahun 2002 memberikan informasi yang berikut:
1. Lapangan
usaha terpenting dalam ekonomi Indonesia adalah ekgiatan industri pengolahan,
yang menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.402,6 triliun dan meliputi 25% dari
PDB
2. Sektor primer yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan
pertambangan adalah lebih penting dari sekotr sekunder dan sektor jasa-jasa.
Sektor perimer menghasilkan Rp. 473, 1 triliun (dihitung dari menambahkan nilai
tambah yang dihasilkan sektor pertanian dan pertambangan) dan meliputi 39,5%
dari PDB
3. Kegiatan
perdagangan, hotel dan restoran memberi sumbangan kepada PDB yang hampir sama
pentingnya dengan sektor pertanian.
2.
CARA
PERHITUNGAN PENDAPATAN
Telah dijelaskan
sbelumnya bahwa, faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4 golongan: tanah,
modal, dan keahlian kewiraushaan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa akan diperloh berbagai fungsi dan jenis
pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja
memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian kewirausahan
memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan-pendapatan tersebut akan
diperoleh suatu nilai pendapatan nasional lain, yang berbeda dengan yang
diperoleh dalam perhitungan pendapatan nasional dengan kedua cara lainnya.
Pendapatan nasional itu dinamakan pendapatan nasional atau Pendapatan Nasional
atau Produk Nasional Neto menurut harga faktor.
1.
Penggolongan
Pendapatan Faktor Produksi
Dalam perhitungan
pendapatan nasional yang sebenarnya, penggolongan pendapatan faktor produksi
tidak selalu mengikuti penggolongan pendapatan faktor-faktor produksi seperti
yang telah dinyatakan sebelumnya. Dengan kata lain, pendapatan nasional tidak
ditentukan dengan menghitung dan emnjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa,
bunga, dan keutungan yang diterima oleh seluruh faktgor-faktor produksi dalam
satu tahun tertentu. Sebabnya adalah karena dalam perekonomian terdapat banyak
kegiatan di mana pendapatannya merupakan gabungan dari gaji atau upah, sewa,
bung, dan keuntungan.
Contoh dari bentuk
pendapatan yang demikian adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
perseorangan, untuk suatu perusahan perseorangan (misalnya restoran yang
dikelola anggota keluarga), yang dimaksudkan keuntungan usahanya adalah
gabungan dari gaji, upah, bunga, sewa, dan keuntungan yang sebenarnya dari
usaha yang mereka lakukan oleh keluarga tersebut. Oleh karenannya, perhitungan
pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan
pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi secara berikut:
1. Pendapatan
para pekerja, ayitu gaji dan upah
2. Pendapatan
dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan)
3. Pendapatan
dari sewa
4. Bunga
neto yaitu nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga ke atas
pinjaman konsumsi dan bunga ke atas pinjaman pemerintah
5. Keuntungan
perusahaan
Yang dinyatakan dalam
no 2 mencerminkan jumlah gaji dan upah, bunga, sewa dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan-perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri dan
keluarganya
2.
Contoh
Penghitungan
Sampai sekarang
Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya.
Salah satu negara yang menggunakan cara penggolongan data pendapatan nasional
seperti cara ini adalah Amerika Serikat. Pendapatan Nasional dari negara itu
pada tahun 1997 ditunjukan dalam tabel berikut.
Data yang diberikan
menunjukan bahwa pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun tersebut US$
6.650 milyar. Nilai ini adalah lebih rendah dari produk domestik bruto AS pada
tahun yang sama, yaitu sebesar US$ 8.084. Hal tersebut disebabkan karena
depresiasi, pajak tidak langsung, dan pendapatan neto faktor dari luar tidak
termasuk lagi dalam nilai tersebut.
Komponen paling utama
dari pendapatan nasional adalah “ganjaran untuk pekerja yaitu upah, gaji, bonus
dan pendapatan pekerja lain yang nilainya adlah sebanyak US$ 4.703 milyar dan
meliputi hampir 71% dari pendapatan nasional. Keuntungan perusahaan perseroan
hanya meliputi bagian kecil saha dari pendapatan nasional; nilainya berjumlah
US$ 804 milyar dan meliputi 12,1% dari pendapatan nasional. Bunga neto berjumlah
US$ 450 milyar dan meliputi 6,8% dari pendapatan nasional.
Dalam perhitungan
pendapatan nasional, salah satu istilah yang dibayar dalam perekonomian dalam
satu tahun tertentu dikurangi dengan bunga dari pinjaman pemerintah, dan bunga
dari pinjaman konsumen. Kedua jenis bunga tersbut adalah bunga dari pinjaman
yang digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang produkstif, dan oleh sebab
itu tidak termasuk dalam pendapatan nasional (yang meliputi pendapatan
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam
perekonomian). Meminjam uang untuk membali mobil misalnya adalah pnjaman yang
bukan membiayai kegiatan produktif. Begitu juga halnya dengan pinjaman
pemerintah. Kerap kali ia digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang tidak
produktif; misalnya apabila pinjaman itu digunakan bukan untuk memberi subsidi
dan membayar pensiun pegawai.
Ilustrasi 4
Dari
contoh ilustrasi 3 yaitu, Seorang pedagang Mie
Ayam, menjual seporsi dengan harga Rp. 15.000. bahan2 yag dibutuhkan untuk membuat
1 porsi sebagai berikut:
Mie Rp. 2.000
Bakso Rp. 3.000
Bumbu2 Rp. 500
Gas Rp. 100
Piring &
sendok (sewa) Rp. 100
Kompor &
wajan (sewa) Rp. 100
Gerobak (sewa) Rp. 50
Bunga Bank Rp. 75
Upah tenaga Rp. 250
Penyusutan
alat2 Rp. 100
PPn Rp. 50 +
Total Biaya
Produksi Rp. 6.325
Hitunglah pendapatan nasional dengan menggunakan
pendekatan pendapatan!
Jawab:
kegiatan produksi atau penjualan mie bakso
dipeoleh nilai pendapatan nasional sebesar
Rp. 92.5 milyar. Kemudian nilai ini ditambah penyusutan alat2 sebesar
Rp. 100 Dan pajak (PPn) sebesar Rp. 50
Maka;
= (Upah tenaga + Sewa + bunga bank + laba usaha) +
(Penyusutan x 10.000.000 mangkok) + ( PPn x 10.000.000)
= Rp. 92, 5 milyar + (Rp. 100 x 10.000.000
mangkok)+(Rp. 50 x 10.000.000 mangkok)
= Rp. 94 milyar
3.
CARA
PENGHITUNGAN PENGELUARAN
Di negara-negara yang
perekonomiannya sudah sangat maju, penghitungan pendapatan nasional dengan cara
pengeluaran/perbelanjaan adalah cara yang paling penting. Hal ini disebabkan
karena cara terebtu dapat memberikan keterangan-keterangan yang sangat berguna
mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai.
Data pendapatan
nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran dakan dapat memberi gambaran
tentang:
1. Sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana baiknya
tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati
2. Memberikan
informsi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makroekonomi.
Data pendapatan
nasional dan komponen-komponen data yang dihitung dengan cara pengeluaran dapat
digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi
maslaah-masalah ekonomi yang dihadapi.
A.
Komponen
Pengeluaran Agregat Dalam Perekonomian
Penghitungan
pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan pengaluaran ke atas barang
dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian kepada 4 komponen, yaitu:
a.
Konsumsi
Rumah Tangga
Nilai
pembelanjaan yang dilakukan oelh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis
kebutuhan dalam satu tahun tertentu dinamakan pengeluaran konsumsi rumah tangga
atau dalam analisa makroekonomi lebih lazim disebnut konsumsi rumah tangga.
Pendapatan
yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli
pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membauar pendidikan anak, membayar sewa
rumah dan membeli kendaraan, barang-barang tersebut dibeli rumah tangga
untukmemenuhi kebutuhan dan perbelanjaan tersebut dinamakan konusmsi, yaitu
membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan memiliki dan mengguankan
barang tersebut.
Tidak
semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga).
Kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi.
Seterusnya sebagian pengeluaran mereka, seperti membayar asuransi, dan mengirim
uang kepada orang tua (atau anak yang sedang bersekolah) tidak digolongkan
sebagai konsumsi, karena itu bukan merupakan perbelanjaan terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan kepada perekonomia.
b.
Pengeluaran
Pemerintah
Berbeda
dengan rumah tangga, yang membeli barang untuk memenuhi kebutuhannya,
pemerintah membeli barang terutama untuk kepentingan masyarakat. Pengeluaran
untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluran untuk
menyediakan polisi dan tentara, pembayan gaji untuk pegawai pemerintah dan pembelanjaan
untuk pengembangan infrastruktur dilakukan untuk kepentingan masyarakat.
c.
Pembentukan
Modal Tetap Swasta
Pembentukan
modal tetap swasta atau lebih sering dinyatakan sebagai investasi, pada
hakikatnya berarti pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikan
produksi barang dan jasa di masa yang akan datang. Membangun gedung perkatora,
mendirikan bangunan industri membeli alat-alat produksi, adalah beberapa bentuk
pengeluaran yang tergolong sebagai investasi. Pengeluaran untuk investasi ini
dilakukan bukan untuk di konsumsi, tetapi untuk digunakan dalam kegiatan
memproduksi di waktu akan datang.
Dalam
mengumpulkan data mengenai investasi, pengeluaran tersebut dibedakan kepada
jenis pembelanjaan berikut:
1. Pengeluaran
ke atas barang dan peralatan porduksi
2. Perubahan-perubahan
dalam nilai inventori pada akhir tahun
3. Pengeluaran-pengeluaran
untuk mendirikan rumah tempat tinggal
d.
Ekspor
Neto
Nilai
ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan
nilai impor dalam periode yang sama dinamakan ekpsor neto. Ekspor dalam suatu
negara, seluruh atau debagian dari nilainya merupakan barang dan jasa yang
dihasilkan di dalam negeri. Oeh sebab itu nilainya harus dihitung ke dalam
pendapatan nasional. Barang impor merupakan produksi dari negara lain; oleh
sebab itu sebenarnya tidak perlu dihitung ke dalam pendapatan nasional. Dalam
praktek perhitungan pendapatan nasional tidak dapat dielakkan keadaan dimana
nilai barang impor termasuk dalam penghitungan. Sbagai contoh, ketika seorang
konsumen membeli mobil yang dipasang di dalam negeri, dia akan membayar nilai
barang impor yaitu benda-benda yang dipasang dalam mobil tersebut yang berasal
dari impor. Contoh ini menunjukan bahwa banyak diantara barang juga yang dibeli
di dalam negeri (dan dibayar pada harga pasar) meliputi juga nilai barang impor
Contoh
lain:
Sepatu yang dihasilkan di pabrik sepatu di Bandung menggunakan kulit yang
diimpor dari India. Nilai kulit yang diimpor tersebut tidak termasuk dalam
pendapatan nasional Indonesia dan harus dikurangi dari harga sepatu. Oleh
karena itu keadaan-keadaan seperti yang dicontohkan ini, tidak dapat dielakkan
keadaan dimana nilai barang impor termasuk dalam penghitungan pendapatan
nasional. Untuk mengatasi kelemahan ini nilai impor harus dikurangi dari nilai
pembelanjaan lain. Dengan perkataan lain yang perlu dihitung ke dalam
pendapatan nasional hanyalah ekspor neto, yaitu ekspor setelah dikurangi dengan
impor.
B.
Menghitung
PDB dan PNB
Seperti
yang telah dijelaksan sebelumnya bahwa pendapatan nasional dapat dihitung
menggunakan harga yang berlaku dan menurut harga tetap. Penghitungan menurut
harga tetap yang dilakukan Indonesia pada masa ini menggunakan harga-harga pada
tahun 1993. Kedua cara penghitungan itu menurut harga tetap dan harga yang berlaku
ditunjukan pada tabel berikut
Bedasarkan
kepada harga yang berlaku, PDB Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp. 1.610
triliun, pendapatan faktor neto luar negeri bernilai negatif, yaitu sebesar Rp.
-77,8 triliun, yang berarti Indonesia lebihbanyak membayar ke luar negeri
dibandingakan dengan penerimaan dari luar negeri. Sebagai akibatnya nilai PNB
lebihkecil dari PDB yaitu hanya mencapai Rp. 1.532,2 triliun.
Komponen
pengeluaran agregat yang terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga,
yaitu sebanyak Rp. 1.138,3 triliun dan meliputi 70,7% dari PDB. Ekspor juga
relatif penting perannya dalam perekonomian dan nilainya mencapai Rp. 569,9
triliun dan meliputi 35,4% dari PDB. Investasi hanya meliputi 20,2% dari PNB
dan pengeluaran pemerintah lebih kecil yaitu hanya meliputi 8,2% dari PDB.
Konsep
pendapatan nasional, seperti telah diterangkan, perlu dibedakan di antara
pengertian neto dan bruto. PNB (Pendaptan Nasional Bruto) perlu dikurangi oleh
depresiasi untuk memperoleh Pendapatan Nasional Neto. Selanjutnya Pendapatan
Nasional Neto dapat dibedakan menurut harga pasar dan harga faktor. Pendapatan
Nasional Neto menurut harga faktor adalah pendapatan Negara. Di banyak negara
hubungan diantara Produk Nasional Bruto dan Pendapatan Negara dapat dinyatakan
dengan persamaan;
PN
= PNB – Pajak tak langsung + Subsidi – Depresiasi
Dalam
perhitungan di Indonesia Subsidi tidak dihitung. Oleh karena itu di antara
Pendapatan Nasional Bruto dan Pendapatan Nasional terdapat hubungan berikut;
PN
= PNB – Pajak tak langsung – Depresiasi
Dalam
tabel diatas juga dihitung Pendapatan Nasional, yaitu dengan mengurangi:
2. Depresiasi
dari Pendapatan Nasional Bruto
Pada
tahun 2002 Pendapatan Nasional pada harga faktor bernilai Rp. 1.380,5 triliun.
Disamping dihitung menurut harga yang berlaku, PDB, PNB, dan PN dan
komponen-komponennya juga dihitung menurut harga tetap dan tahun dasarnya
adalah tahun 1993.
Data
pendapatan nasional dan komponennya yang terdapat pada tabel tersebut di atas
menujukan bahwa nilai menurut harga tetap jauh lebih rendah dari harga yang
berlaku. Perbedaan yang besar tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga
yang tinggi dalam periode 1993 hingga 2002, dan bukan karena pertumbuhan output
negara yang pesat. PDB menurut harga tetap hanya mencapai Rp. 426,7 triliun,
dan PNB pada harga tetap adalah Rp. 404,5 triliun.
C.
Masalah
Perhitungan Dua Kali
Dengan
cara pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
pembelanjaan dari berbagai golongan masyarakat keatas barang-barang jadi dan jasa-jasa
yang diproduksikan dalam perekonomian tersebut. Barang-barang atau jasa-jasa
yang diimpor tidak dimasukan dalam perhitungan ini. Begitu juga, barang-barang
produksi dalam negeri yang akan diproses kembali oleh perusahaan-perusahaan
lain untuk dijadikan barang-barang lain, tidak turut dihitung untuk menentukan
besarnya pendapatan nasional. Barang-barang yang masih akan diproses lagi,
nilainya tidak turut ditambahkan dalam perhitungan pendapatan nasional dengan
cara pengeluaran adalah untuk menghindari berlakunya perhitungan dua kali.
Ditunjau
apakah suatu barang itu akan mengalami proses produksi selanjutnya atau tidak, barang-barang
yang diproduksikan dalam perekonomian perlu dibedakan dalam dua jenis barang
yaitu barang jadi dan barang setengah jadi atau barang antara. Barang jadi
adlah barang yang tidak mengalami proses produksi lebih lanjut, dan dapat
langusng digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Contoh baju, celana dan
sepatu. Sedangkan barang setengah jadi atau barang antara adalah barang uang
harus mengalami proses produksi lebioh lanjut sebalum dapat digunakan oleh
masyarakat. Contohnya: tepung, karet, minyak kelapa sawit dan benang tenun.
D.
Nilai
Barang Jadi Dan Nilai Tambah
Dalam
menghitung nilai pendapatan nasional menurut cara pengeluaran adalah penting
untuk membedakan dengan sebaik-baiknya diantara barang-barang jadi dan barang setengah
jadi. Tindakan itu perlu dilakukan, sperti telah dikatakan, untuk menghindari
perhitungan dua kali ke atas nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksikan dan dihitung dalam pendapatan nasional.
Di
dalam setiap perekonomian kebanyakan barang sebelum menjadi barang jadi, harus
melalui beberapa tingkat proses produksi. Di dalam perekonomian seringkali
berlaku keadaan di mana suatu berang itu diproses oleh beberapa perusahaan
sebelum menjadi barang jadi. Ini berarti suatu barang tertentu sudah beberapa
kali diperjualbelikan di pasar sebelum ia selesai mengalami proses produksi.
Apabila semua nilai yang diperoleh adalah lebih besar dari nilai produksi yang
sebenarnya telah diciptakan, perhitungan nilai pendapatan nsional yang terlalu
besar ini terjadi karena nilai barang yang sama telah beberapa kali dijumlahkan
dalam pendaptan nasional.
Untuk
menghidari terjadinya hal seperti ini, yang harus dijumlahkan didalam menghitung
pendapatan nasional adalah:
1. Nilai
barang jadi saja
2. Nilai
tambah yang diciptakan dalam setiap tingkat proses produksi.
Penghitungan
pendapatan nasional dengan cara pengeluaran ini dialakukan dengan menjumlahkan
nilai barang-barang jadi yang dihasilkan dalam perkonomian. Dalam cara kedua
yaitu cara produk neto pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan
nilai tambah yang diwujudkan oleh berbagai perusahaan.
E.
Hubungan
Diantara PNB dan PN
Dalam perhitungan
cara pengeluaran nilai pendapatan nasional yang diperoleh adalah produk
nasional Bruto, sedangkan penghitungan cara pendapatan menghasilkan pendapatan
nasional. Bagaimanakan kaitan diantara kedua konsep tersebut? Data dalam tabel
berikut menunjukan cara memperoleh pendaptan nasional dari nilai produk
nasional bruto.
Untuk memperoleh
nilai produk nasional neto, produk nasional bruto harus dikurangi oleh
depresiasi. Pada tahun 1997 nilai PNB adalah 8.063 milyar dolar US. Nilai
depresiasi US$ 868 milyar dan ini meliputi hampir 11% dari produk nasional
bruto. Dengan demikian produk nasional neto bernilai US$ 7.195 milyar. Untuk
memperoleh pendaptan nasional pajak tak langsung harus dikurangi dari produk
nasional neto, sedangkan subsidi ditambahkan. Penghitungan dalam tabel tersebut
menunjukan pendaptan nasional adalah US$ 6.650 milyar dan nilai ini adalah sama
dengan yang dihitung dalam tabel Pendapatan Nasional AS tahun 1997.
0 comments:
Posting Komentar