PENDAPATAN NASIONAL (Part 1)

 


KONSEP PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
 
 
I.          PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang, dan kemempuan kewirausahawan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasionalk suatu negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah pendudukl pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tentang produktivitas rata-rata adalah output per tenaga kerja. Makin besar angkanya, maka makin tinggi produktivitas tenaga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagianbesar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut memiliki masalah denghan distribusi pendapatannya. Jika sebagian besar output nasional berasal dari sektor pertanian, maka perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi. Dalam arti perekonomian harus segera memodernisasi diri dengan memperkuat industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sektor pertanian yang dianggap sebagai sektor ekonomi modern.
Itulah sebabnya pernghitungan output nasional yang lebih dikenal sebagai pendapatan nasional, merupakan pokok pembahasan awal dalam teori ekonomi makro. Suatu perekonomian tidak akan dapat memberikan informasi apapun apabila tidak terdapat data mengenai Produk Nasional Bruto, Produk Domestik Bruto, dan komponen-komponen lain dari konsep produksi nasional atau pendapatan nasional tersebut. Setiap negara akan mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan ekonominya agar secara kontinu dapat diperhatikan perubahan-perubahan tingkat dan corak kegiatan ekonomi yang berlaku. Salah satu informasi penting yang akan dikumpulkan adalah data mengenai pendapatan nasional, yaitu nailai barang dan jasa yang diwujudkan pada suatu tahun tertentu.
 
 
 II.         PRODUK DOMESTIK BRUTO
Di negara-negara berkembang, yang sering juga dinamakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep produk Domestik Bruto adalah konsep paling penting jika dibandingkan dengan konsep pernadapatan nasional lainnya. Produk Domsetik Bruto (PDB) dapatlah diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perushan milik penduduk negara tersebut, tetpi oleh penduduk negara lain. Selalu diperoleh produksi nsionl diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negaradan membantu menaikan naili barang danjasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi, dan teanga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Oeprasinya membantu menambaah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali jua membantu menambah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dannilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dlam pendapatan nasional. Dengan demikian, produk domestik bruto atau dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalaam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.
 
 
 III.       PRODUK NASIONAL BRUTO
Produk Nasional Bruto (PNB), atau dalam bahasa Inggrisnya Gross National Product (GNP) adalah konsep yang memiliki arti yang bersamam dengan GDP, tetapi dalam menhitung Pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasionaal hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh daktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Oleh karena faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara terdapat di negara itu sendiri maupun luar negeri, maka nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan di luar negeri juga dihitung di dalam Produk Nasional Bruto. Tetapi sebaliknya, dalam Produk Nasional Bruto tidak dihitung produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk atau perusahaan negara lain yang digunakan di negara tersebut.
Ini berarti secara konseptual, pendapatan warga negara Singapura yang bekerja di Indonesia dan keuntungan perusahaan multinasional Jepang yang beroperasi di Indonesia tidak termasuk dalam Produk Nasional Bruto Indonesia, Tetapi sebaliknya pendapatan pekerja-pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri termasuk dalam Produk Nasional Bruto Indonesia.
Dengan memperhatikan perbedaan diantara arti PDB dan PNB di atas dapatlah dirumuskan sifat hubungan di antara Produk Domestik Bruto dan Produk Nasional Bruto, yaitu sbagai berikut:
 
PDB = PNB – PFN dari LN
 
Dimana PFN dari LN merupakan pendapatan faktor neto dari luar negeri, PFN dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dukurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar negeri.
 
Istilah Pendapatan Nasional atau National Income dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dengan demikian dalam konsep tersebut istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto. Disamping itu ada pengertian lain dari Pendapatan Nasional, dan  untuk pengertian yang menggunakan huruf P dan N. Pengertian lain dari Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan dan jasa dalam satu tahun  tertentu. Dalam sistem perhitungan pendapatan nasional, jumlah pendapatan itu disebut juga Produk Nasional Neto pada harga faktor atau secara ringkas.
 
 
IV.       PENDAPATAN NASIONAL HARGA BERLAKU DAN HARGA TETAP
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah cara yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan nasional  dari satu periode ke periode lainnya. Dapatlah diramalkan bahwa apabila dibandingkan data pendapatannasional dalam berbagai tahun tersebut, nilainya akan berbeda-beda dan menunjukan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu:
1.    Pertambahan fiskal barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian
2.    Kenaikan harga-harga yang terjadi dari suatu periode ke periode lainnya
 
Pertumbuhan suatu perekonomian diukur dari pertambahan yang sebenarnya dari barang dan jasa yang diproduksikan. Untuk dapat menghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang danjasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga tetap, yaitu harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Nilai pendapatannasional yang didapat dalam penghitungan secara ini dinamakan pendapatan nasional pada harga tetap atau pendapatan nasional rill.
 

V.        PENDAPATAN NASIONAL HARGA PASAR DAN HARGA FAKTOR
Barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dapat dinilai dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan harga pasar dan menggunakan harga faktor. Suatu barang dikatakan dinilai menurut harga pasar apabila penghitungan nilai barang itu menggunakan harga yang dibayar oleh pembeli. Contoh seorang konsumen membeli baju dan sepatu di toko dengan harga Rp. 40.000 dan Rp. 60.000. dalam memperhitungkan nilai baju dan sepatu ini ke dalam pendapatan nasional, nilaiyang diperhitungkan adalah Rp. 40.000 untuk sumbangan produksi baju kepada pendapatan nasional, dan Rp. 60.000 untuk sumbangan produksi sepatu kepada pendapatan nasional.

Apabila pendapatan nasional ingin dihitung menurut harga faktor, sumbangan baju dan sepatu di atas kepada pendapatan nasional tergantung kepada jumlah pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Msilakan pendapatan faktor-faktor produksi untuk memproduksikan baju dan sepatu masing-masing adalah Rp. 30.000 dan Rp. 50.000. dalam perhitungan pendapatan nasional menurut harga faktor, nilai yang disumbangkan oleh baju adalah Rp. 30.000 dan nilai yang disumbangkan oleh sepatu adalah Rp. 50.000. hubungan diantara harga pasar dan harga faktor dapat dinyatkan secara persamaan di bawah ini:

 
Harga Pasar = Harga faktor + pajak tak langsung – subsidi
 
 
VI.       PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DAN NETO
Dalam setiap harga pasar suatu barang termasuk nilai penyusutan (deperesiasi). Industri-industri akan menggunakan barang-barang modal (mesin, peralatan produksi, bangunan dan perabot kantor) untuk menghasilkan barang-barang mereka. Nilaibarang-barang modal tersebut akan semakin menyusut dari suatu periode ke periode lain. Penyusutan nilai tersebut merupakan bagian dari biaya produksi, oleh sebab itu dalam setiap harga penjualan suatu barang termasuk nilai depresiasi barang modal. Dengan perkataan lain, dalam pendapatan nasional pada harga pasar termasuk nilai penyusutan barang modal yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan nasional. Pendapatan nasional yang masih meliputi depresiasi dinamakan Produk Nasional Bruto. Untuk memperoleh Produk Nasional Neto, nilai depresiasi harus dikurangi dari Produk Nasional Bruto. Dengan demikian Produk Nasional Neto adalah Produk Nsional Bruto dikurangi Depresiasi.

VII.          PENDEKATAN DALAM PENGHITUNGAN PDB
Oleh karena produk domestik bruto (PDB) itu merupakan semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh seluruh produsen dalam suatu negara, maka dalam perhitungannya menggunakan 3 pendekatan. Pendekatan tersebut yaitu:
1.    Perhitungan produk neto atau nilai tambah
2.    Perhitungan pendapatan
3.    Perhitungan pengeluaran
 

1.    CARA PENGHITUNGAN PRODUK NETO / NILAI TAMBAH
Produk Neto berarti nilai tambah yang dihsailkan dalam suatu proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional ini adalah cara menghitung dengan menjumlahkan nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perkeonomian, penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional memiliki dua tujuan penting yaitu:
 
1. Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional
 
2.    Sebagai salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang dihasilkan pada berbagai tahap proses produksi.
 
Sebelum menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan cara produk neto, akan diterangkan terlebih dahulu suatu contoh sederhana untuk menghitung nilai tambah.
 
A.   Menghitung Nilai Tambah
Dalam contoh berikut akan dijelaskan mengenai perhitungan PDB dengan perhitungan produk neto atau nilai tambah:
 
Ilustrasi 1
Dalam contoh ini akan diperhatikan transaksi dan kegiatan memproduksi yang akan dilalui dalam menghasilkan perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan lemari. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk membuat perabot itu adalah menebang kayu dihutan, menggergaji kayu hutan untuk dijadikan papan, membuat perabot di pabrik perabot, dan menjual perabotan di toko perabot.
Seterusnya jika kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh 4 perusahaan yang berbeda. Perusahaan yang menebang kayu menjual kayu ke hutan kepada penggergaji papan seharga Rp. 50 ribu. Papan yang di gergaji dijual kepada pembuat perabot dengan harga Rp. 200 ribu. Pengusaha perabot, setalah membuat berbagai jenis perabot dan menjualnya, memperoleh hasil penjualan sebanyak Rp. 600 ribu. Secara keseluruhan toko perabot menerima Rp. 800 ribu dari penjualan perabot kepada konsumen. Bedasarkan contoh tersebut dapatlah dibuat tabel untuk menghitung nilai tambah.


Dimisalkan pengambilan kayu dihutan tidak membayar sesuatu pun untuk menebang kayu di hutan. Dengan demikian nilai tambah yang diciptakan penebang kayu hutan adalaj Rp. 50 ribu. Secara keseluruhannya nilai tambah yang diciptakan oleh keempat kegiatan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:
 
1.    Penebang kayu hutan                                                                Rp. 50 ribu
2.    Penggergaji papan                  Rp. 200 – Rp. 50                     = Rp. 150 ribu
3.    Pembuat perabot                     Rp. 600 – Rp. 200                   = Rp. 400 ribu
4.    Toko perabot                             Rp. 800 – Rp. 600                   = Rp. 200 ribu
 
Dengan demikian jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh keempat kegiatan itu adalah (50 + 150 + 400 + 200) = Rp. 800 ribu. (jumlah nilai penjualan adalah Rp. 1.650 ribu). Pengeluaran konsumen untuk membeli perabot ini adalah Rp. 800 ribu juga. Ini berarti dalam perhitungan menurut cara produk neto, nilai pendapatan nasional yang disumbangkan berbagai kegiatan diatas adalah sama dengan dalam penghitungan menurut cara pengeluaran.

Dalam contoh tersebut jelas menunjukan bahwa terdapat dua alternatif dalam menghitung pendapatan nasional, yaitu cara pengeluaran dan cara produk neto. Dalam cara pengeluaran yang diperhatikan adalah nilai barang jadi (perabot) yang dijual toko perabot, sedangkan dalam cara produk neto yang diperhatikan adalah tambahan nilai yang dihasilkan oleh empat kegiatan ekonomi diatas.
 
Ilustrasi 2
Contoh lain untuk memudahkan dalam memahami perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan nilai tambah yaitu sebagai berikut. Dengan asumsi bahwa perekonomian hanya memiliki satu sektor saja, misalnya kegiatan pertanian yang berkaitan dengan produksi pangan. Serta tidak ada biaya produksi, kecuali bahan mentah.
 
Seorang petani menghasilkan 100 kg  padi (gabah) dan dijual dengan harga Rp. 4.000 per kg, kemudian padi tersebt diproses menjadi beras sebanyak 62 kg. Dan beras tersebut laku dijual seharga Rp. 10.000 per kg. Kemudian beras tersebut dibeli oleh pengusaha warteg sebanyak 62 kg dan diolah menjadi nasi putih sebanyak 310 piring nasi, dan dijual Rp. 4.000 per piring.
Berapakah nilai tambah yg dihasilkan dari kegiatan pertanian hingga warung nasi?
 
Sebagai catatan bahwa, nilai tambah bukanlah nilai produksi dikurangi dengan nilai seluruh biaya termasuk upah tenaga kerja. Jika ini yang terjadi maka jumlah tersebut bukan merupakan nilai tambah, melainkan hanya laba usaha saja. Yang perlu diingat adalah pendapatan itu adalah penjumlahan dari upah, gaji, sewa, bunga dan laba.
 
Jawab:
Petani sebagai produsen padi menghasilkan padi sebanyak 100 kg dengan harga per kg nya sebesar Rp. 4.000 rupiah, menciptakan nilai tambah Rp. 400.000 dan ini merupakan penghasilan petani.
 
Selanjutnya penggilingan padi memproses 100 kg padi menjadi 60 kg beras. Beras ini di jual dengan harga Rp. 10.000 per kg, sehingga menciptakann nilai tambah sekaligus penghasilan bagi pengusaha penggilingan padi sebesar Rp. 220.000.
 
Berikutnya pengusaha warteg, dengan bahan dasar 62 kg beras kemudian diolah menjadi nasi dan menjual nasi sebanyak 310 piring, dengan harga Rp. 4.000 per piring. Sehingga menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 620.000 dan ini merupakan penghasilan milik warung nasi tersebut.
 
Secara keseluruhan jumlah nilai tambah semua kegiatan tersebut merupakan kontribusi terhadap PDB. Berbagai kegiatan tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut.
 

Ilustrasi 3
Seorang pedagang Mie Ayam, menjual seporsi dengan harga Rp. 15.000. bahan2 yag dibutuhkan untuk membuat 1 porsi sebagai berikut:
Mie                                                    Rp. 2.000
Bakso                                                Rp. 3.000
Bumbu2                                            Rp.    500
Gas                                                   Rp.    100
Piring & sendok (sewa)                   Rp.    100
Kompor & wajan (sewa)                Rp.    100
Gerobak (sewa)                             Rp.      50
Bunga Bank                                     Rp.      75
Upah tenaga                                  Rp.    250
Penyusutan alat2                           Rp.    100
PPn                                                   Rp.      50 +
Total Biaya Produksi                       Rp.  6.325
 
1. Hitunglah laba usaha mie ayam per mangkok
2. Kontribusi pada PDB dari per mangkok mie ayam
3. Kontribusi pada pendapatan nasional dari per mangkok mie ayam
 
Jawab:
1.    Laba usaha mie ayam per mangkok adalah harga mie ayam dikurangi seluruh biaya produksi:
 
= Rp. 15.000 – Rp. 6.325 = Rp. 8.675 per mangkok
 
jika pada awal tahun 2023 s.d akhir tahun 2023 dihasilkan 10.000.000  mangkok maka total laba usaha di tahun 2023;

10.000.000 mangkok x Rp. 8.675 = Rp. 86,75 milyar
 
2.    Kontribusi PDB per mangkok mie ayam adalah harga mie ayam per mangkok dikurangi seluruh nilai bahan yang digunakan saja, tidak termasuk upah tenaga kerja, sewa alat, bunga bank, dan laba (karena keempat hal tsb mrpkn balas jasa thdp faktor produksi yg merupakan pendapatan atau penghasilan pemiliknya. Jadi kontribusi trhdp PPDB dari satu mangkok mi ayam adalah:
 
= Rp. 15.000 – (Rp. 2.000 + Rp. 3.000 + Rp. 500 + Rp. 100)
= Rp. 15.000 – Rp. 5.600 = Rp. 9.400
 
Jika di selururh Indonesia pada tahun 2023 dihasilkan 10.000.000 mangkok mie ayam, maka kontribusi mie ayam untuk PDB Indonesia tahun tsb adalah sebesar:
 
Rp. 10.000.000 x Rp. 9.400 = Rp. 94 miliar
 
3.    Kontribusi pada pendapatan nasional dari satu mangkok mie ayam adalah:
= Nilai PDB total – pajak tidak langsung (PPn) – penyusutan alat
= Rp. 9400 – (Rp. 100 – Rp. 50)
= Rp. 9.250
 
Dengan jumlah sebanyak 10.000.000 mangkok di tahun 2023, maka Nilai pendapatan nasionalnya adalah:
 
10.000.000 x Rp. 9.250 =Rp. 92,5 miliyar per tahun.
 
 
B.   PNB Menurut Lapangan Usaha
Dalam tabel dibawah ini ditunjukan bagaimana pendapatan nasional menurut cara produk neto dihitung. Data yang dikemukakan adalah untuk tahun 2002. Data yang dikumpulkan digolongkan kepada berbagai sektor di mana nilai tambah dihasilkan. Oleh sebab itu data yang dikemukakan disebut Produk Domsetik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha.
Dari tabel dibawah ini juga menunjukan berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia dan sumbangannya dalam mewujudkan pendapatan nasional. Nilai produksi suatu sektor menggambarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor tersebut. Sebagai copntoh, misalkan produksi sekotr pertanian adalah Rp. 300 triliun dan sektor tersebut membeli baha mentah dari sekotr lain dengan nilai Rp. 100 triliun. Bedasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian menghasilkan nilai tambah sebanyak Rp. 200 triliun.

 


Perhitungan tersebut menunjukan sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan kepada 9 sektor. Dua sektor pertama disebut juga sebagai sektor promer. Tiga sektor berikutnya yaitu: industri pengolahan, listrik, gas dan air, Bangunan digolongkan kepada sektor sekunder. Dan sektor ke-6 hingga ke- 9 digolongkan sebagai sektor jasa atau tersier. Data PDB menurut harga yang berlaku untuk tahun 2002 memberikan informasi yang berikut:
1.  Lapangan usaha terpenting dalam ekonomi Indonesia adalah ekgiatan industri pengolahan, yang menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.402,6 triliun dan meliputi 25% dari PDB
2. Sektor primer yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan pertambangan adalah lebih penting dari sekotr sekunder dan sektor jasa-jasa. Sektor perimer menghasilkan Rp. 473, 1 triliun (dihitung dari menambahkan nilai tambah yang dihasilkan sektor pertanian dan pertambangan) dan meliputi 39,5% dari PDB
3.   Kegiatan perdagangan, hotel dan restoran memberi sumbangan kepada PDB yang hampir sama pentingnya dengan sektor pertanian.
 
 
2.    CARA PERHITUNGAN  PENDAPATAN
Telah dijelaskan sbelumnya bahwa, faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4 golongan: tanah, modal, dan keahlian kewiraushaan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa akan diperloh berbagai fungsi dan jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian kewirausahan memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan-pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional lain, yang berbeda dengan yang diperoleh dalam perhitungan pendapatan nasional dengan kedua cara lainnya. Pendapatan nasional itu dinamakan pendapatan nasional atau Pendapatan Nasional atau Produk Nasional Neto menurut harga faktor.
 
1.      Penggolongan Pendapatan Faktor Produksi
Dalam perhitungan pendapatan nasional yang sebenarnya, penggolongan pendapatan faktor produksi tidak selalu mengikuti penggolongan pendapatan faktor-faktor produksi seperti yang telah dinyatakan sebelumnya. Dengan kata lain, pendapatan nasional tidak ditentukan dengan menghitung dan emnjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga, dan keutungan yang diterima oleh seluruh faktgor-faktor produksi dalam satu tahun tertentu. Sebabnya adalah karena dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan di mana pendapatannya merupakan gabungan dari gaji atau upah, sewa, bung, dan keuntungan.
Contoh dari bentuk pendapatan yang demikian adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan-perusahaan perseorangan, untuk suatu perusahan perseorangan (misalnya restoran yang dikelola anggota keluarga), yang dimaksudkan keuntungan usahanya adalah gabungan dari gaji, upah, bunga, sewa, dan keuntungan yang sebenarnya dari usaha yang mereka lakukan oleh keluarga tersebut. Oleh karenannya, perhitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi secara berikut:
1.    Pendapatan para pekerja, ayitu gaji dan upah
2.    Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan)
3.    Pendapatan dari sewa
4.    Bunga neto yaitu nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga ke atas pinjaman konsumsi dan bunga ke atas pinjaman pemerintah
5.    Keuntungan perusahaan

Yang dinyatakan dalam no 2 mencerminkan jumlah gaji dan upah, bunga, sewa dan keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri dan keluarganya
 
2.      Contoh Penghitungan
Sampai sekarang Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu negara yang menggunakan cara penggolongan data pendapatan nasional seperti cara ini adalah Amerika Serikat. Pendapatan Nasional dari negara itu pada tahun 1997 ditunjukan dalam tabel berikut.

 


Data yang diberikan menunjukan bahwa pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun tersebut US$ 6.650 milyar. Nilai ini adalah lebih rendah dari produk domestik bruto AS pada tahun yang sama, yaitu sebesar US$ 8.084. Hal tersebut disebabkan karena depresiasi, pajak tidak langsung, dan pendapatan neto faktor dari luar tidak termasuk lagi dalam nilai tersebut.
Komponen paling utama dari pendapatan nasional adalah “ganjaran untuk pekerja yaitu upah, gaji, bonus dan pendapatan pekerja lain yang nilainya adlah sebanyak US$ 4.703 milyar dan meliputi hampir 71% dari pendapatan nasional. Keuntungan perusahaan perseroan hanya meliputi bagian kecil saha dari pendapatan nasional; nilainya berjumlah US$ 804 milyar dan meliputi 12,1% dari pendapatan nasional. Bunga neto berjumlah US$ 450 milyar dan meliputi 6,8% dari pendapatan nasional.
Dalam perhitungan pendapatan nasional, salah satu istilah yang dibayar dalam perekonomian dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan bunga dari pinjaman pemerintah, dan bunga dari pinjaman konsumen. Kedua jenis bunga tersbut adalah bunga dari pinjaman yang digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang produkstif, dan oleh sebab itu tidak termasuk dalam pendapatan nasional (yang meliputi pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam perekonomian). Meminjam uang untuk membali mobil misalnya adalah pnjaman yang bukan membiayai kegiatan produktif. Begitu juga halnya dengan pinjaman pemerintah. Kerap kali ia digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang tidak produktif; misalnya apabila pinjaman itu digunakan bukan untuk memberi subsidi dan membayar pensiun pegawai.
 
Ilustrasi 4
Dari contoh ilustrasi 3 yaitu, Seorang pedagang Mie Ayam, menjual seporsi dengan harga Rp. 15.000. bahan2 yag dibutuhkan untuk membuat 1 porsi sebagai berikut:

Mie                                                     Rp. 2.000
Bakso                                                 Rp. 3.000
Bumbu2                                             Rp.    500
Gas                                                    Rp.    100
Piring & sendok (sewa)                    Rp.    100
Kompor & wajan (sewa)                 Rp.    100
Gerobak (sewa)                               Rp.      50
Bunga Bank                                      Rp.      75
Upah tenaga                                    Rp.    250
Penyusutan alat2                             Rp.    100
PPn                                                     Rp.      50 +
Total Biaya Produksi                         Rp.  6.325
 
Hitunglah pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pendapatan!
 
Jawab:
kegiatan produksi atau penjualan mie bakso dipeoleh nilai pendapatan nasional sebesar  Rp. 92.5 milyar. Kemudian nilai ini ditambah penyusutan alat2 sebesar Rp. 100  Dan pajak (PPn) sebesar Rp. 50
Maka;
 
= (Upah tenaga + Sewa + bunga bank + laba usaha) + (Penyusutan x 10.000.000 mangkok) + ( PPn x 10.000.000)
 
= Rp. 92, 5 milyar + (Rp. 100 x 10.000.000 mangkok)+(Rp. 50 x 10.000.000 mangkok)
Rp. 94 milyar
 
 
3.    CARA PENGHITUNGAN PENGELUARAN
Di negara-negara yang perekonomiannya sudah sangat maju, penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran/perbelanjaan adalah cara yang paling penting. Hal ini disebabkan karena cara terebtu dapat memberikan keterangan-keterangan yang sangat berguna mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai.
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran dakan dapat memberi gambaran tentang:
 
1.    Sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati
 
2.    Memberikan informsi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makroekonomi.
 
Data pendapatan nasional dan komponen-komponen data yang dihitung dengan cara pengeluaran dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi maslaah-masalah ekonomi yang dihadapi.
 
A.     Komponen Pengeluaran Agregat Dalam Perekonomian
Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan pengaluaran ke atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian kepada 4 komponen, yaitu:
 
a.    Konsumsi Rumah Tangga
Nilai pembelanjaan yang dilakukan oelh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhan dalam satu tahun tertentu dinamakan pengeluaran konsumsi rumah tangga atau dalam analisa makroekonomi lebih lazim disebnut konsumsi rumah tangga.
Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membauar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan, barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untukmemenuhi kebutuhan dan perbelanjaan tersebut dinamakan konusmsi, yaitu membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan memiliki dan mengguankan barang tersebut.
Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga  digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga). Kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi. Seterusnya sebagian pengeluaran mereka, seperti membayar asuransi, dan mengirim uang kepada orang tua (atau anak yang sedang bersekolah) tidak digolongkan sebagai konsumsi, karena itu bukan merupakan perbelanjaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan kepada perekonomia.
 
b.    Pengeluaran Pemerintah
Berbeda dengan rumah tangga, yang membeli barang untuk memenuhi kebutuhannya, pemerintah membeli barang terutama untuk kepentingan masyarakat. Pengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluran untuk menyediakan polisi dan tentara, pembayan gaji untuk pegawai pemerintah dan pembelanjaan untuk pengembangan infrastruktur dilakukan untuk kepentingan masyarakat.
 
c.    Pembentukan Modal Tetap Swasta
Pembentukan modal tetap swasta atau lebih sering dinyatakan sebagai investasi, pada hakikatnya berarti pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikan produksi barang dan jasa di masa yang akan datang. Membangun gedung perkatora, mendirikan bangunan industri membeli alat-alat produksi, adalah beberapa bentuk pengeluaran yang tergolong sebagai investasi. Pengeluaran untuk investasi ini dilakukan bukan untuk di konsumsi, tetapi untuk digunakan dalam kegiatan memproduksi di waktu akan datang.
Dalam mengumpulkan data mengenai investasi, pengeluaran tersebut dibedakan kepada jenis pembelanjaan berikut:
1.    Pengeluaran ke atas barang dan peralatan porduksi
2.    Perubahan-perubahan dalam nilai inventori pada akhir tahun
3.    Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal
 
d.    Ekspor Neto
Nilai ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama dinamakan ekpsor neto. Ekspor dalam suatu negara, seluruh atau debagian dari nilainya merupakan barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Oeh sebab itu nilainya harus dihitung ke dalam pendapatan nasional. Barang impor merupakan produksi dari negara lain; oleh sebab itu sebenarnya tidak perlu dihitung ke dalam pendapatan nasional. Dalam praktek perhitungan pendapatan nasional tidak dapat dielakkan keadaan dimana nilai barang impor termasuk dalam penghitungan. Sbagai contoh, ketika seorang konsumen membeli mobil yang dipasang di dalam negeri, dia akan membayar nilai barang impor yaitu benda-benda yang dipasang dalam mobil tersebut yang berasal dari impor. Contoh ini menunjukan bahwa banyak diantara barang juga yang dibeli di dalam negeri (dan dibayar pada harga pasar) meliputi juga nilai barang impor
Contoh lain: 
Sepatu yang dihasilkan di pabrik sepatu di Bandung menggunakan kulit yang diimpor dari India. Nilai kulit yang diimpor tersebut tidak termasuk dalam pendapatan nasional Indonesia dan harus dikurangi dari harga sepatu. Oleh karena itu keadaan-keadaan seperti yang dicontohkan ini, tidak dapat dielakkan keadaan dimana nilai barang impor termasuk dalam penghitungan pendapatan nasional. Untuk mengatasi kelemahan ini nilai impor harus dikurangi dari nilai pembelanjaan lain. Dengan perkataan lain yang perlu dihitung ke dalam pendapatan nasional hanyalah ekspor neto, yaitu ekspor setelah dikurangi dengan impor.
 
B.     Menghitung PDB dan PNB
Seperti yang telah dijelaksan sebelumnya bahwa pendapatan nasional dapat dihitung menggunakan harga yang berlaku dan menurut harga tetap. Penghitungan menurut harga tetap yang dilakukan Indonesia pada masa ini menggunakan harga-harga pada tahun 1993. Kedua cara penghitungan itu menurut harga tetap dan harga yang berlaku ditunjukan pada tabel berikut


Bedasarkan kepada harga yang berlaku, PDB Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp. 1.610 triliun, pendapatan faktor neto luar negeri bernilai negatif, yaitu sebesar Rp. -77,8 triliun, yang berarti Indonesia lebihbanyak membayar ke luar negeri dibandingakan dengan penerimaan dari luar negeri. Sebagai akibatnya nilai PNB lebihkecil dari PDB yaitu hanya mencapai Rp. 1.532,2 triliun.
Komponen pengeluaran agregat yang terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, yaitu sebanyak Rp. 1.138,3 triliun dan meliputi 70,7% dari PDB. Ekspor juga relatif penting perannya dalam perekonomian dan nilainya mencapai Rp. 569,9 triliun dan meliputi 35,4% dari PDB. Investasi hanya meliputi 20,2% dari PNB dan pengeluaran pemerintah lebih kecil yaitu hanya meliputi 8,2% dari PDB.
Konsep pendapatan nasional, seperti telah diterangkan, perlu dibedakan di antara pengertian neto dan bruto. PNB (Pendaptan Nasional Bruto) perlu dikurangi oleh depresiasi untuk memperoleh Pendapatan Nasional Neto. Selanjutnya Pendapatan Nasional Neto dapat dibedakan menurut harga pasar dan harga faktor. Pendapatan Nasional Neto menurut harga faktor adalah pendapatan Negara. Di banyak negara hubungan diantara Produk Nasional Bruto dan Pendapatan Negara dapat dinyatakan dengan persamaan;
 
PN = PNB – Pajak tak langsung + Subsidi – Depresiasi
 
Dalam perhitungan di Indonesia Subsidi tidak dihitung. Oleh karena itu di antara Pendapatan Nasional Bruto dan Pendapatan Nasional terdapat hubungan berikut;
 
PN = PNB – Pajak tak langsung – Depresiasi
 
Dalam tabel diatas juga dihitung Pendapatan Nasional, yaitu dengan mengurangi:
1.    Pajak tak Langsung
2.    Depresiasi dari Pendapatan Nasional Bruto
 
Pada tahun 2002 Pendapatan Nasional pada harga faktor bernilai Rp. 1.380,5 triliun. Disamping dihitung menurut harga yang berlaku, PDB, PNB, dan PN dan komponen-komponennya juga dihitung menurut harga tetap dan tahun dasarnya adalah tahun 1993.
Data pendapatan nasional dan komponennya yang terdapat pada tabel tersebut di atas menujukan bahwa nilai menurut harga tetap jauh lebih rendah dari harga yang berlaku. Perbedaan yang besar tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga yang tinggi dalam periode 1993 hingga 2002, dan bukan karena pertumbuhan output negara yang pesat. PDB menurut harga tetap hanya mencapai Rp. 426,7 triliun, dan PNB pada harga tetap adalah Rp. 404,5 triliun.
 
C.     Masalah Perhitungan Dua Kali
Dengan cara pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pembelanjaan dari berbagai golongan masyarakat keatas barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam perekonomian tersebut. Barang-barang atau jasa-jasa yang diimpor tidak dimasukan dalam perhitungan ini. Begitu juga, barang-barang produksi dalam negeri yang akan diproses kembali oleh perusahaan-perusahaan lain untuk dijadikan barang-barang lain, tidak turut dihitung untuk menentukan besarnya pendapatan nasional. Barang-barang yang masih akan diproses lagi, nilainya tidak turut ditambahkan dalam perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran adalah untuk menghindari berlakunya perhitungan dua kali.
Ditunjau apakah suatu barang itu akan mengalami proses produksi selanjutnya atau tidak, barang-barang yang diproduksikan dalam perekonomian perlu dibedakan dalam dua jenis barang yaitu barang jadi dan barang setengah jadi atau barang antara. Barang jadi adlah barang yang tidak mengalami proses produksi lebih lanjut, dan dapat langusng digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Contoh baju, celana dan sepatu. Sedangkan barang setengah jadi atau barang antara adalah barang uang harus mengalami proses produksi lebioh lanjut sebalum dapat digunakan oleh masyarakat. Contohnya: tepung, karet, minyak kelapa sawit dan benang tenun.
 
 D.     Nilai Barang Jadi Dan Nilai Tambah
Dalam menghitung nilai pendapatan nasional menurut cara pengeluaran adalah penting untuk membedakan dengan sebaik-baiknya diantara barang-barang jadi dan barang setengah jadi. Tindakan itu perlu dilakukan, sperti telah dikatakan, untuk menghindari perhitungan dua kali ke atas nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan dan dihitung dalam pendapatan nasional.
Di dalam setiap perekonomian kebanyakan barang sebelum menjadi barang jadi, harus melalui beberapa tingkat proses produksi. Di dalam perekonomian seringkali berlaku keadaan di mana suatu berang itu diproses oleh beberapa perusahaan sebelum menjadi barang jadi. Ini berarti suatu barang tertentu sudah beberapa kali diperjualbelikan di pasar sebelum ia selesai mengalami proses produksi. Apabila semua nilai yang diperoleh adalah lebih besar dari nilai produksi yang sebenarnya telah diciptakan, perhitungan nilai pendapatan nsional yang terlalu besar ini terjadi karena nilai barang yang sama telah beberapa kali dijumlahkan dalam pendaptan nasional.
Untuk menghidari terjadinya hal seperti ini, yang harus dijumlahkan didalam menghitung pendapatan nasional adalah:
1.    Nilai barang jadi saja
2.    Nilai tambah yang diciptakan dalam setiap tingkat proses produksi.
Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran ini dialakukan dengan menjumlahkan nilai barang-barang jadi yang dihasilkan dalam perkonomian. Dalam cara kedua yaitu cara produk neto pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh berbagai perusahaan.
 
E.    Hubungan Diantara PNB dan PN
Dalam perhitungan cara pengeluaran nilai pendapatan nasional yang diperoleh adalah produk nasional Bruto, sedangkan penghitungan cara pendapatan menghasilkan pendapatan nasional. Bagaimanakan kaitan diantara kedua konsep tersebut? Data dalam tabel berikut menunjukan cara memperoleh pendaptan nasional dari nilai produk nasional bruto. 



Untuk memperoleh nilai produk nasional neto, produk nasional bruto harus dikurangi oleh depresiasi. Pada tahun 1997 nilai PNB adalah 8.063 milyar dolar US. Nilai depresiasi US$ 868 milyar dan ini meliputi hampir 11% dari produk nasional bruto. Dengan demikian produk nasional neto bernilai US$ 7.195 milyar. Untuk memperoleh pendaptan nasional pajak tak langsung harus dikurangi dari produk nasional neto, sedangkan subsidi ditambahkan. Penghitungan dalam tabel tersebut menunjukan pendaptan nasional adalah US$ 6.650 milyar dan nilai ini adalah sama dengan yang dihitung dalam tabel Pendapatan Nasional AS tahun 1997.







Sadono sukirno : Makro Ekonomi Teori Pengantar
Budiono: Makro Ekonomi
Suparmoko & Eleonora S : Pengantar Ekonomi Makro

Share:

0 comments:

Posting Komentar

PENGUNJUNG