FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
IV.
FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Dalam analisis makroekonomi yang lebih penting bukanlah
melihat konsumsi dan tabungan suatu rumah tangga, tetapi melihat konsumsi dan
tabungan dari semua rumahtangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari
semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan konsumsi agregat dan tabungan
semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan tabungan agregat. Untuk
menujukan perilaku rumah tangga dalam perekonomian dalam melakukan konsumsi dan
tabungan maka dapat melihat dari ciri-cirinya dengan menghubungkan kedua
variabel tersebut dengan pendapatan nasional.
Berikut adalah contoh angka mengenai pendapatan nasional,
konsumsi agregat dan tabungan agregat:
Ilustrasi 1:
1.
MPC
adalah tetap yaitu: 0,75
2.
Pada
saat pendapatan = 0 (Y = 0), maka rumah tangga dalam perekonomian melakukan
konsumsi sebanyak Rp. 90 triliun
V.
DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN
Dari contoh tersebut maka dapat diketahui MPS sebagai berikut:
MPC + MPS = 1
0,75 + MPS = 1
MPS = 1 – 0,75
MPS = 0,25
Untuk perubahan tingkat pendapatan sebagai berikut:
MPC = ∆C/∆Yd
0,75 = 90 triliun / ∆Yd
∆Yd
= 90 triliun / 0,75
∆Yd
= 120 triliun
Sedangkan
untuk perubahan tingkat tabungannya adalah sebagai berikut:
MPS = ∆S/∆Yd
0,25 =
∆S/120 triliun
∆S =
120 triliun x 0,25
∆S =
30 triliun
Dari perhitungan tersebut maka dapat dibuat tabel sebagai
berikut.
Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan (dlm triliun rupiah)
Tabel tersebut menunjukan satu contoh yang mengambarkan
tingkat pendapatan nasional, tingkat konsumsi dan tingkat tabngan yang menggunakan
pemisalan seperti yang dinyatakan di atas. Pada saat penapatan nasional = 0,
maka konsumsi rumah tangga daam perekonomian adalah sebanyak Rp. 90 triliun,
dan dengan demikian rumah tangga akan mengambil tabungan sebanyak Rp. 90
triliun juga.
Contoh tersebut menggambarkan pula bahwa pendapatan
nasional (∆Yd) selalu mengalami perubahan sebanyak Rp. 120
triliun, dan karena dimisalkan MPC = 0,75 (dan sebagai akibatnya MPS = 0,25)
maka konsumsi dan tabungan masing-masing akan bertambah sebanyak 0,75 (Rp. 120
triliun) = Rp. 90 triliun dan 0,25 (Rp. 120 triliun) = Rp. 30 triliun.
Bedasarkan kepada data tersebut, maka konsumsi agregat selalu mengalami
pertambahan sebanyak Rp. 90 triliun dan tabungan agregat selalu mengalami
pertambahan sebanyak Rp. 30 triliun.
VI. GRAFIK FUNGSI KONSUMSI DAN FUNGSI TABUNGAN
Dari tabel tersebut, maka dapatlah dibuat kurva fungsi
konsumsi dan fungsi tabungan. sebelum menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi
dan fungsi tabungan terlebih dahulu perlu didefinisikan arti dari istilah
fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
1.
Fungsi
konsumsi
Adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan diantara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional perekonomian tersebut.
2.
Fungsi
tabungan
Adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan diantara tingkat tabungan rumahtangga dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Bedasarkan data dalam tabel tersebut, maka dapat dibuat
grafik konsumsi dan tabungan. Pada grafik C/S (tegak lurus) menggambarkan
tingkat konsumsi (C) dan tingkat tabungan (S). Sedangkan sumbu mendatar
merupakan tingkat pendapatan nasional (Y). Bedasarkan grafik tersebut, maka
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada saat pendapatan nasional = 0, konsumsi
rumah tangga berjumlah Rp. 90 triliun, dan tabungan sebesar Rp. 0 triliun.
Fungsi konsmsi pada kurva C akan bermula pada nilai Rp. 90 triliun di sumbu
tegak (C/Y) yang menggambarkan tingkat konsumsi. Sedangkan fungsi tabungannya kurva
S pada saat pendapatan nasional (sumbu y) = 0, bermula di nilai -90 pada sumbu
tegak (Y/C).
2. Pada
saat kecenderungan mengkonsumsi masyarakat MPC = 0, 75 maka akan menambah
pendapatan nasional (∆Yd) sebesar Rp. 120 triliun. Bertambahnya pendapatan
nasional sebanyak Rp. 120 triliun ini mengakibatkan naiknya konsumsi masyarakat
(C) sebesar Rp. 90 triliun. Pada saat pendapatan nasional (∆Yd)
mencapai sebesar Rp. 360 triliun, konsumsi masyarakat (C) bertambah sebesar Rp.
360 triliun (di titik A).
3.
Jika pendapatan nasional (∆Yd) naik dua kali yaitu sebesar Rp.
240 triliun dari sebelumnya Rp. 360 triliun, sehingga menjadi Rp. 600 triliun, maka
akan mendorong kenaikan pada konsumsi masyarakat (C) dua kali juga yang sebelumnya
Rp. 360 triliun naik sebesar Rp. 180 triliun, yaitu sebesar Rp. 540 triliun (di
titik B)
4.
Pada
saat MPS = 0,25, ketika ada perubahan kenaikan pendapatan nasional sebesar Rp. 120
triliun, maka akan menambah tingkat tabungan (S) sebesar Rp. 30 Triliun. Pada
saat pendapatan nasional (∆Yd) mencapai sebesar Rp. 360
triliun, tabungan masyarakat akan berada pada nilai Rp. 0 (di titik D)
5.
Jika pendapatan nasional (∆Yd) naik dua kali yaitu sebesar Rp.
240 triliun dari sebelumnya sebesar RP. 360 triliun, menjadi Rp. 600 triliun,
maka akan mendorong kenaikan konsumsi (C) dan juga mendorong kenaikan tabungan
(S) sebanyak dua kali sebesar Rp. 60 triliun. Yaitu dari sebelumnya Rp. 0, naik
menjadi Rp. 60 triliun (di titik E)
VII. MPC DAN MPS DAN KECONDONGAN FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Dari ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan telah
dinyatakan bahwa nilai MPC akan menentukan kecondongan fungsi konsumi dan nilai
MPS akan menentukan kecondongan fungsi tabungan. Al itu dapat dibuktikan dengan
melihat akibat dari pergerakan diantara dua titik pada fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan.
1.
MPC dan Kecondongan Fungsi Konsumsi
Dalam grafik tersebut, titik A menggambarkan bahwa
pendapatan nasional adalah Rp. 360 triliun dan konsumsi adalah Rp. 360 triliun.
Sedangkan titik B menggambarkan pendapatan nasional bernilai Rp. 600 triliun
sedangkan nilai konsumsi adalah Rp. 540 triliun. Dengan demikian, pergerakan
dari titik A ke Titik B menggambarkan:
1.
Pendapatan
nasional bertambah sebanyak Rp. 120 triliun
2.
Konsumsi
rumah tangga bertambah sebanyak Rp. 180 triliun
Perubahan tersebut menunjukan bahwa kecondongan fungsi
konsumsi adalah 180 / 240 = 0,75. Nilai ini adalah sama dengan nilai MPC, dan
berarti: kecondongan fungsi konsumsi adalah sama dengan nilai MPC.
2.
MPS dan Kecondongan Fungsi Tabungan
Dalam grafik 2, titik D menunjukan tingkat tabungan
adalah nol (S=0) apabila pendapatan nasional adalah sebanyak Rp. 360 triliun.
Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan mencapai RP. 60 triliun
penapatan nasional adalah sebanyak Rp. 600 triliun. Dengan demikian pergerakan
dari titik D ke E menggambarkan:
1.
Pendapatan
nasional bertambah sebanyak Rp. 240 triliun
2.
Tabungan bertambah sebanyak Rp. 60 triliun
Perubahan tersebut menunjukan kecondongan tabungan
adalah: 60 / 240 = 0,25. Nilai ini sama dengan nilai MPS dan berarti:
Kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS.
Sadono sukirno : Makro Ekonomi Teori Pengantar
Budiono: Makro Ekonomi
Suparmoko & Eleonora S : Pengantar Ekonomi Makro
0 comments:
Posting Komentar