MENGHITUNG RASIO KEUANGAN




MENGHITUNG RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN


1.1  Macam-macam Rasio Keuangan
Rasio keuangan menjelaskan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam suatu laporan keuangan. Tujuan analisis rasio keuangan dimaksudkan agar perbandingan-perbandingan yang dilakukan terhadap pos-pos dalam laporan keuangan merupakan suatu perbandingan yang logis,
dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang memang telah diakui mempunyai manfaat tertentu pula, sehingga hasil analisisnya layak dipakai sebagai pedoman pengambilan keputusan.
Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai kebutuhan penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan menjadi tiga, yaitu: 
1.    Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data dalam neraca.
2.   Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data dalam laporan rugi laba.
3.   Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan rugi laba.
Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni:
1.     Rasio likuiditas
2.     Rasio solvabilitas (Leverage)
3.     Rasio rentabilitas (Provitabilitas)
4.     Rasio aktivitas

1.2  Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan peruasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.

Jenis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara lain:
1.     Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1.     Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar. 
2.     Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar. 
3.     Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.
       Current Ratio dapat dihitung dengan rumus:



Perusahaan yang bukan perusahaan kredit, bila perbandingan current rationya kurang dari 2 : 1, maka dianggap kurang baik. Mengapa? sebab bila aktiva lancarnya mengalami penurunan maka jumlah aktivanya tidak cukup untuk menutup hutang lancar.

2.     Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus:



3.     Cash Ratio (Rasio Kas)
Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali. Semakin besar rasionya semakin baik
Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus:


Contoh:
       Dari neraca suatu perusahaan diketahui


Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Kas
Rp. 25.000.000
Hutang Dagang
Rp. 135.000.000
Piutang Dagang
Rp. 75.000.000
Hutang Wesel
Rp. 16.000.000
Persediaan
Rp. 200.000.000
Hutang Bunga
Rp. 79.000.000


Hutang Pajak
Rp. 25.000.000




Jawab:
1.     Current Ratio
Jumlah aktiva lancar          = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000
                                  =  Rp 300.000.000
Jumlah Hutang Lancar   = 135.000.000 + 16.000.000 + 79.000.000
                                      + 25.000.000
                                  = Rp. 255.000.000
 



Current Ratio       = (300.000.000 / 255.000.000) x 100%  
= 1,17  = 118% (dibulatkan)


Dari hasil perhitungan current ratio = 118 % atau 1,18, artinya setiap Rp.1 utang lancar dijamin oleh Rp. 1,18 harta lancar dari perusahaan tersebut, atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,8 : 1
Dari perbandingan tersebut menjelaskan bahwa perusahaan masih bisa menutp hutang lancar dengan aktiva lancarnya, namun jika didasarkan pada prinsip “hati-hati”, masih belum aman.

2.     Quick Ratio (rasio Cepat)

Jumlah aktiva lancar               =  25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000
Rp 300.000.000
Jumlah Hutang Lancar            = 135.000.000 + 16.000.000 + 79.000.000
                                  + 25.000.000
                             = Rp. 255.000.000
Persedian                       = Rp. 200.000.000 

 


Quick Ratio       = (300.000.000 – 200.000.000 / 255.000.000) x 100%   
                                   = 0,39222   = 39,22 %
Dari hasil perhitungan quick ratio = 39,2 % atau 3,9 (dibulatkan = 4) artinya setiap Rp.1 utang lancar dijamin oleh Rp. 4 harta lancar dari perusahaan tersebut, atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 4 : 1. Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan.

3.     Cash Ratio (rasio kas)
Jumlah Kas                              = Rp. 25.000.000         
Jumlah Hutang Lancar              = 135.000.000 + 16.000.000 + 79.000.000
                                        + 25.000.000
        = Rp. 255.000.000
           



Dari hasil perhitungan cash ratio = 9,8 % atau 0,9 (dibulatkan = 1) artinya setiap Rp.1 utang lancar dijamin oleh Rp. 1 kas dan setara kas dari perusahaan tersebut, atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1 : 1. Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik

1.3             Rasio Solvabilitas (Leverage)
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.

Hubungan Solvabilitas dengan Likuiditas
Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
-         Likuid & Solvable adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
-         Likuid tetapi Insovable adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tetapi tidak dapat memenuhi kewajiban jangka  panjang.
-         Solvable tetapi Likuid adalah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjang.
-         Insovable & Likuid adalah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

Manfaat Rasio Solvabilitas (Leverage)
1.  Untuk menganalisi kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.
2.  Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.
3.     Untuk menganalisis keseimbangan antara aktiva tetap dengan modal.
4.     Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
6.    Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7.    Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.

Jenis Rasio Solvabilitas
Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah:
1.     Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
Debt Ratio dihitung dengan rumus:




2.     Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Modal)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini juga mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Debt To Equity Ratio (Rasio hutang modal) dihitung dengan rumus:



3.     Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
Long Term Debt to Equity Ratio dihitung dengan rumus:



Contoh:
      Dari neraca suatu perusahaan diketahui

                                                                PT. SCLUPTOR
                                                                    NERACA
                                                                  TAHUN 2007
Aktiva

Pasiva

Aktiva Lancar

Utang Lancar

Kas
250
Utang Bank (10%)
500
Giro
350
Utang Dagang
250
Surat-surat Berharga
140
Utang Lainnya
50
Piutang
550
Total Utang Lancar
800
Persediaan
250


Aktiva Lancar Lainnya
100


Total Aktiva Lancar
1.640
Utang Jangka Panjang

Aktiva Tetap

Utang Bank (10%)
900
Tanah
900
Utang Obligasi (8%)
300
Mesin
1.050
Total Utang Jangka Panjang
1.200
Kendaraan
650


Akumulasi Penyusutan
(200)
Ekuitas

Total Aktiva Tetap
2.400
Modal Setor
1.600
Aktiva Lainnya

Cadangan Laba
600
Total Aktiva Lainnya
160
Total Ekuitas
2.200
Total Aktiva
4.200
Total Pasiva
4.200


  Hitunglah Solvabilitas dari neraca tersebut dengan menggunakan
1.Debt Ratio
2.Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Modal)
3.Long Term Debt to Equity Ratio

      Jawab:
1.     Debt Ratio

 

      Debt Ratio     = (2.000 / 4.200) x 100%
                           = 47,6   = 48 %

Rasio ini menunjukan bahwa 48% pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya, bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 48 dibiayai dengan hutang, Rp 52 disediakan oleh pemegang saham. Kondisi tersebut juga menunjukan perusahaan dibiayai hampir sepenuhnya dari hutang.
Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai dari utang.
Jika perusahaan ingin menambah hutang, maka perusahaan perlu menambah dahulu ekuitasnya, jadi ketika perusahaan dilikuidasi masih mampu menutupi hutangnya.

2.     Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Modal)

 


DtER          = (2.000  /  Rp. 2.200) x 100%
                      = 90,9   = 91 %

Rasio ini menunjukan bahwa kreditor menyediakan Rp 91 untuk setiap Rp 100 yang disediakan oleh pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 91%
Bagi kreditor semakin besar rasio ini maka akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi kreditor  jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga menunjukan kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.

3.     Long Term Debt to Equity Ratio

 



       LTDtER          = ( 1.200 / 2.200) x 100%
                             = 0,54   = 54 %

Rasio ini menunjukan bahwa hutang jangka panjang menyediakan 54 % dari modal sendiri (ekuitas) milik perusahaan. Artinya 54 % pendanaan perusahaan  dibiayai dari hutang jangka panjang dan 46 % dari modal milik perusahaan
Bagi kreditor semakin besar rasio ini maka akan semakin tidak menguntungkan karena Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi juga hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan. Para kreditor beranggapan bahwa dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utang jangka panjang dengan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini juga menunjukan kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.

1.4            Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
Menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya

Rentabilitas (Profitabilitas) Perusahaan
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan.

Manfaat Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)
Profitabilitas  yang digunakan seabgai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai sebgai berikut :
1.     Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukan untuk mendeteksi penyebab  timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu. 
2.     Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen. 
3.     Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggamberkan korelasi antra laba dan jumlah modal yang ditanamkan. 
4.     Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.

Jenis Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)
Macam-macam rasio keuangan yang berkaitan dengan rasio Rentabilitas (Profitabilitas) yang biasa digunakan adalah
1.     Profit Margin
Untuk mencari profit margin perusahaan dapat digunakan dengan dua cara yaitu
A.   Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan. Gross profit margin dihitung dengan rumus:



B.   Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net Profit Margin dihitung dengan rumus:




2.     Return On Investment (ROI)
ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan produktivitas   dari seluruh dana perusahaan baik  modal   pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian juga sebaliknya. Return On Investment (ROI) dapat dihitung dengan rumus:




3.     Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. (Kasmir, 2012) Dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen  payout ratio. Pada kebijakan pembayaran dividen yang berfluktuasi, besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan cenderung tinggi, dan sebaliknya  bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga cenderung rendah. semakin besar ROE maka semakin besar jumlah dividen yang dibagi. ROE dapat dihitung dengan rumus:






Contoh:
       Dari neraca dan laporan rugi/laba suatu perusahaan diketahui

                                            PT. SCLUPTOR
                                                             NERACA
                                                          TAHUN 2007
AKTIVA
2007
PASIVA
2007
Aktiva Lancar

Hutang Lancar

Kas
1.150
Utang Bank
400
Giro
125
Utang Dagang
2.150
Surat berharga
240
Utang Wesel
100
Piutang
1.350
Utang Lainnya
50
Persediaan
1.135
Total Utang Lancar
2.700
Total Aktiva Lancar
4.000






Aktiva Tetap

Utang Jangka Panjang

Tanah
1.000
Utang Bank 3 tahun
1.750
Mesin
1.500
Utang Obligasi
2.000
kendaraan
1.500
Utang Hipotek
250
Akumulasi penyusutan
(700)
Total Hutang Jangka Panjang
4.000
Total Aktiva Tetap
3.300
Total Hutang
6.700




Aktiva Lainya
1.700
Ekuitas

Total Aktiva Lainnya
1.700
Modal Setor
2.000
Total Aktiva
9.000
Cadangan Laba
300


Total Ekuitas
2.300


Total Pasiva
9.000



                                                         PT. SCLUPTOR
                                                 LAPORAN RUGI/LABA
                                                          TAHUN 2007
KOMPONEN LABA RUGI
2007
Total penjualan
8.500
Harga pokok penjualan
5.250
Laba Kotor
3.250


Biaya Operasi

Biaya umum & administrasi
500
Biaya penjualan
1.000
Biaya lainnya
100
Total Biaya Operasi
1.600
Laba Kotor Operasi
1.650


Penyusutan
700


Pendapatan Bersih Operasi
950
Pendapatan lainnya
1.650
EBIT
2.600


Biaya Bunga

Bunga Bank
500
Bunga Obligasi
200
Total Biaya Bunga
700


EBT
1.900
Pajak 20%
380
EAIT
1.520




Hitunglah rentabilitas (profitabilitas) dari perusahan tersebut dengan menggunakan:
1. Profit Margin
    GPM dan NPM
2. ROI
3. ROE

       Jawab:
1.     Profit Margin 
   - (GPM)
    Margin laba kotor menunjukan laba yang relatif terhadap perusahaan, dengan  cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan:

 

     GPM = (8.500 – 5.250) / 8.500 x 100%
= 0,38   =   38 %

         
Artinya, untuk setiap Rp 100 penjualan bersih yang dihasilkan oleh perusahaan, Rp 62 dipergunakan untuk menutup Harga Pokok Penjualan, sehingga tersisa Rp 38 saja untuk menutup biaya operasional. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, 62% nya habis digunakan untuk menutup HPP dan hanya 38% yang tersisa untuk menutup biaya operasional

      - (NPM)
Margin laba besih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

 

NPM = (1.500 / 8.500) x 100%
= 0,17 = 17%


Artinya, artinya untuk setiap Rp 100 dari penjualan bersih yang dihasilkan, laba bersih yang tersisa hanya Rp 17. Sedangkan yang Rp 83 habis untuk menutup HPP, biaya operasional dan pajak. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, perusahaan hanya menyisakan 17% laba bersih. Sedangkan 83% nya habis untuk menutup HPP, Biaya Operasional dan Pajak.
 

  2.     Return On Invesment (ROI)

 

    ROI         = (1.520 / 9.000) x 100%
= 0,16   =   16 %
Artinya, untuk setiap Rp 100  yang digunakan perusahaan, maka perusahaan memperoleh laba bersih setelah pajak sebesar  Rp. 16
Dengan kata lain kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan sebesar 16 %

3.     Return On Equity (ROE)







ROE       = (1.520 / 2.300) x 100%
      = 0,66         = 66%

Artinya untuk setiap Rp 100 yang diinvestasikan pada perusahaan, pemegang saham memperoleh tambahan nilai ekuitas Rp 66. Bisa juga dikatakan, dari total investasi pada perusahaan, pemegang saham memperoleh kenaikan nilai ekuitas 66%


Mohon maaf, postingan belum di update kembali Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE, Yogyakarta. Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wahyono, Hadi, 2002. Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta, Jurnal riset ekonomi dan manajemen, vol. 2 No. 2, Mei 2002
Share:

3 comments:

Unknown mengatakan...

sangat menambah pengetahuan kami tentang raso keuangan

Royan Angga Isthofa mengatakan...

PERMISI KAK, UNTUK RASIO AKTIVITAS NYA DIMANA YA MATERINYA ?

aditya.aulia139@gmail.com mengatakan...


e_mail::::::::::::::::::::[aditya.aulia139@gmail.com]
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Nama saya Aditya Aulia saya mengalami trauma keuangan karena saya ditipu dan ditipu oleh banyak perusahaan pinjaman online dan saya pikir tidak ada yang baik bisa keluar dari transaksi online tapi semua keraguan saya segera dibawa untuk beristirahat saat teman saya mengenalkan saya. untuk Ibu pada awalnya saya pikir itu masih akan menjadi permainan bore yang sama saya harus memaksa diri untuk mengikuti semua proses karena mereka sampai pada kejutan terbesar saya setelah memenuhi semua persyaratan karena permintaan oleh proses saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar 350jt di rekening Bank Central Asia (BCA) saya saat saya waspada di telepon saya, saya tidak pernah mempercayainya, agaknya saya bergegas ke Bank untuk memastikan bahwa memang benar ibu kontak sekarang mengalami terobosan pemanasan jantung dalam kehidupan finansial Anda melalui apakah itu atau apakah kamu ingin mengkonfirmasi dari saya? Anda bisa menghubungi saya melalui surat saya: {aditya.aulia139@gmail.com} dan juga Anda bisa menghubungi perusahaan ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY
via: {mail:iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}
COMPANY:ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY
e_mail:::[iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com]

Posting Komentar

PENGUNJUNG