PERUSAHAAN DALAM SISITEM SOSIAL (Part 1)
I.
PENGERTIAN PERUSAHAAN
Telah banyak para
ahli yang mendedinisikan tentang perusahaan baik dari sudut pandang umum maupun
individu, diantaranya:
1. Prof. Mr. W.L.P.A. Molengraff, pengertian perusahaan dari sudut pandang ekonomi adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar untuk
mendapatkan penghasilan dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan
barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian persediaan.
2. Mr. M. Polak, perusahaan ada apabila diperlukan
adanya perhitungan-perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan dan
segala sesuatu itu dicatat dari pembukuan.
3. Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya Pengantar Hukum Perusahaan
di Indonesia menyatakan bahwa berdasarkan tinjauan hukum, istilah
perusahaan mengacu pada badan hukum dan perbuatan badan usaha dalam menjalankan
usahanya. Lebih lanjut, perusahaan adalah
tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi.
Dari beberapa pandangan
para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpualan bahwa perusahaan adalah
suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi untuk
menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan dan agar bisa dapat memuaskan kebutuhan masyarakat.
Dalam suatu bisnis
pada perusahaan terdapat faktor utama yang menjalankan kegiatannya yaitu:
1.
Pemilik
Adalah orang yang
menginvestasikan dananya dalam suatu kegiatan bisnis dengan maksud mendapatkan
keuntungan dari dana yang ditanamkannya biasa disebut juga dengan pemilik
perusahaan. Biasanya manajer profesional dalam suatu perusahaan akan meminta
pertimbangan barbagai keputusan kepada pemilik perusahaan ini.
2.
Manajer
Yaitu orang yang
bertanggungjawab terhadap kinerja, pertumbuhan, keuntungan serta
pertanggungjawaban sosial. Manajer pada sebagian perusahaan kecil dijalanakan
sekaligus oleh pemilik perusahaan. Seorang manajer profesional bertanggung
jawab kepada pemilik perusahaan dan wajib menyusun laporan neraca perusahaan.
3.
Tenaga Kerja
Adalah individu yang
menawarkan keterampilan dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar
perusahaan dapat meraih keuntungan dan untuk itu individu tersebut memperoleh
upah/gaji sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya. Dengan tenaga kerja tersebut
diharapkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4.
Konsumen
Yaitu individu yang
membeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Karena beragamya keinginan
dan kebutuhan konsumen maka perusahaan harus dapat menentukan apa yang
diinginkan oleh konsumen supaya dalam jangka penjang konsumen akan setia
membeli produk dari perusahaan tersebut.
II.
SUMBER EKONOMI.
Perusahaan bertugas
mengolah sumber-sumber ekonomi atau disebut juga dengan faktor produksi yang
dikelompokan kedalam:
1.
Manusia
Selain berperan
sebagai tenaga kerja diperusahaan juga sebagai konsumen dari produk perusahaan.
Tenaga kerja dalam suatu perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan bagaimana
cara mengelola tenag akerja dengansebaik-baiknya, meskipun sudah banyak
digunakan mesin tetapi manusia tetap berperan didalamnya.
2.
Uang / modal usaha
Sejumlah barang yang
dibeli dengan uang untuk membuat produk yang lain. Barang modal adalah: mesin,
peralatan parbrik, alat transportasi dll. Untuk itu perusahaan harus
mengusahakan bagaimana keuangan perusahaan dapat dikelola dengan cermat.
3.
Material
Merupakan faktor
pendukung utama dalam proses produksi seperti bahan baku, tanah, bahan pembantu
serta bahan lain sebagai penunjang proses produksi.
4.
Metode
Suatu pelaksanaan/pengelolaan
kerja produktif seperti pengambilan keputusan, pemberian ide atau inisiatif
dan pemikiran yang kesemuanya itu ditujukan agar pengleolaan sumber-sumbe
keonomi dapat berjalan lancar. Bagaimana dengan sumber ekonomi yang terbatas dapat
memuaskan konsumen sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan. Pada masa
sekarang ini pemuasan kebutuhan masyarakat akan dapat tercapai apabila didukung
oleh sistem pelayanan yang baik dari pihak perusahaan. Didalam
perusahaan, sumber-sumber ekonomi tersebut diproses agar menjadi barang/jasa
yang akan ditunjukan untuk memuaskan kebutuhan konsumen sekaligus dapat
memberikan keuntungan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut diterapkan
prinsip ekonomi yaitu dengan
pengorbanan tertentu diharapkan dapat memperoleh hasil atau keuntungan
maksimum. Dalam hal ini seringkali hubungan antara faktor-faktor produksi
digambarkan seperti berikut :
Memang pada tahap
awal berdirinya suatu perusahaan selain diperlukan tersediannya faktor-faktor produksi,
juga diperlukan adanya jiwa wirausaha yang tangguh dari para pengelolanya.
Dapat dikatakan bahwa, wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kepribadian
yang unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan pantas untuk diteladani
karena atas kemampuan sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih karya untuk
kemamjuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Sedangkan
kewirausahaan adalah suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu
pengetahuan yang dapat diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang hanya
dapat digali dari rangkaian kerja yang diberikan dalam praktek. Oleh karena
itu, seorang wirausahawan melakukan kegiatan mengorganisasikan berbagai faktor
produksi sehingga menjadi suatu kegiatan ekonomi yang menghasilakn laba yang
merupakan balas jasa atas kesediannya memikul resiko. Fungsi yang dilakukan
oleh seorang wirausaha adalah:
1. Mengidentifikasi kesempatan
2. Mengumpulkan sumber daya manusia dan sumber daya lain
3. Menarik investasi dari perorangan atau lembaga
keuangan
4. Melaksanakan proses produksi atau pemasaran
5. Menanggung risiko
Selanjutnya,
ciri-ciri kepribadian yang dimiliki oleh seorang wiraswasta diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki ambisi untuk membayangkan keberhasilan tujuan
usahanya yaitu:
a. Cukup realistis dan menantang
b. Mempunyai banyak waktu
c. Dapat diukur, sukses atau gagal
Untuk itu seorang wirausahawan akan mencari sebab
untuk memperkecil kegagalannya dan mencari peluang untuk kesuksesan.
2. Berani menanggung risiko baik sukses maupun gagal.
3. Gigih dan Pekerja keras, usahanya akan subur jika
banyak tantangan & tidak cepat menikmati keberhasilan.
4. Bersemangat dan gesit dalam berusaha. Memiliki daya
kerja tinggi, mampu bekerja rata-rata lebih dari 10 jam/hari.
5. Tidak terikat terhadap rencana, jika tidak sesuai
segera diubah, berpandangan obyektif, terbuka menerima kritik dan saran.
6. Percaya pada diri sendiri, yang meliputi:
a. Seorang yang kuat, keras, berani dan tangguh
b. Sanggup terjun pada hal yang masih asing
c. Jika mengalami kegagalan, tidak putus asa
d. Ia berpendirian bahwa, dirinya modal yang baik
7. Berusaha meningkatkan pengetahuannya untuk
pengembangan usahanya.
8. Memiliki keterampilan memimpin.
9. Sebagai pembaharu Inovator, daya kreativitas tinggi,
pencetus ide yang pertama
10. Pemburu keberhasilan
Seorang wirausahawan
bekerja bukan untuk mencari keuntungan saja, tetapi jika memperoleh keuntungan
maka keuntungan itu dijadikan suatu ukuran dan sebagai umpan balik untuk
meperlihatkan betapa baiknya ia bekerja
III.
PERUSAHAAN KECIL
Kewirausahaan dapat
dimulai dari suatu perusahaan kecil (Smal Business) yang kepemilikanya bisa
diperoleh dari 3 cara yaitu :
1. Meneruskan usaha
orang tua
2. Membeli perusahaan
3. Memulai usaha baru
Pada cara pertama,
pada umumnya remaja memulai dengan belajar sambil membantu bekerja pada
perusahaan orang tuanya dan kemudian meneruskan usaha tersebut sesudah orang
tuanya tidak lagi mampu melanjutkan usahanya karena faktor usia yang sudah
lanjut.
Masalah yang banyak
muncul adalah jika memulai usaha yang baru samasekali sebab, dalam hal ini
harus disiapkan suatu perencanaan yang cukup matang.
Hal ini dikarenakan
pada awal usaha kecil tersebut perusahaan belum memperoleh konsumen yang pasti.
Demikian pula, pengusaha masih harus banyak belajar dalam memilih bahan baku,
sediaan dan tenaga kerja yang terampil.
Dalam kaitan tersebut
terdapat beberapa alternatif untuk suksesnya pengembangan usaha kecil, yaitu :
1. Faktor komplementer dari tenaga kerja terus
dikembangkan.
2. Diupayakan untuk industri kecil mengolah hasil
pertanian dan berlokasi di wilayah pedesaan. Supaya dapat menyerap tenaga kerja.
3. Diupayakan lebih banyak lagi hubungan keterkatian
antara sub sektor industri besar dan sedang dengan sub sektor
industri/perusahaan kecil
PERBEDAAN PERUSAHAAN KECIL DAN PERUSAHAAN BESAR
PERUSAHAAN KECIL | PERUSAHAAN BESAR |
Dikelola /dipimpin sendiri oleh pemiliknya |
Dikelola/dipimpin oleh menajer profesional (bukan pemilik) |
Struktur organisasinya sederhana dan masih banyak merangkap jabatan |
Struktur organisasi kompleks dan ada spesialisasi jabatan |
Persentasi kegagalan usaha cukup tinggi |
Persentase kegagalan usaha relatif rendah |
Usaha sulit berkembang karena sulit memperoleh pinjaman dengan syarat lunak |
Modal jangka panjang relatif lebih mudah diperoleh untuk mengembangkan usaha |
Melihat karakteristik
perusahaan kecil tersebut maka pada umumnya kegagalan usaha dari perusahaan
kecil disebabkan faktor berikut:
1. Kurangnya mendeteksi pasar
2. Terbatasnya pengetahuan manajer dalam mengelola sumber
daya
3. Kurangnya bekerja keras dengan jam kerja panjang
4. Pimpinan kurang mampu mendelegasikan tugas kepada
karyawan
5. Tidak menyelenggarakan transaksi keuangan dengan baik
6. Banyak memberikan kredit yang tidak bijaksana
7. Kurang media promosi untuk mengenal produk
Dengan adanya
beberapa kelemahan tersebut, Pemerintah terus berupaya untuk membantu
mengembangkan industri/perusahaan kecil. Beberapa alasan perlunya pemerintah
mengembangkan perusahaan kecil antara lain :
1. Perusahaan kecil meyerap sejumlah besar SDM.
2. Dalam jangka pendek mengatasi pendapatan yang belum
merata dan mengatasi pengangguran.
3. Mempertinggi kemampuan SDM, karena mereka dapat
belajar pada tempat mereka bekerja.
4. Dalam jangka panjang dapat meningkatkan kecapatan
perubahan struktur ekonomi di semua daerah.
5. Dengan adanya beberapa kelemahan tersebut, Pemerintah
terus berupaya untuk membantu mengembangkan industri/perusahaan kecil. Beberapa
alasan perlunya pemerintah mengembangkan perusahaan kecil antara lain :
– Dapat menyerap sumber daya manusia
– Dapat mengatasi pengangguran
– produktifnya SDM
– Dapat meningkatkan kecepatan perubahan strktur
ekonomi daerah.
IV.
LANGKAH-LANGKAH NYATA
UNTUK PENGEMBANGAN PERUSAHAAN KECIL
1. Pengembangan minat berusaha (Sense of Business)
2. Bantuan Kredit
3. Peningkatan ketrampilan kerja dan perluasan kesempatan
kerja
4. Perbaikan ketrampilan personalian perbakan.
5. Membentuk /mengaktifkan kembali sentra-sentra industri
kecil.
6. Pembatasan investasi pada industri.
7. Pemerintah melalui departemen terkait dan pemerintah
daerah setempat dapat menyediakan Inkubator. Fasilitas dari bisnis inkubator
tersebut dapat berupa konsultasi perencanaan perusahaan, pemasaran
produk, informasi tentang adanya bantuan atau pinjaman pemerintah, tat cara
perijinan usaha, perpajakan, komputerisasi dll.
V.
PERUSAHAAN SEBAGAI
LEMBAGA SOSIAL
Telah dikemukakan
bahwa perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi untuk menyediakan
barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif memperoleh keuntungan. Unit
kegiatan itu sering disebut sebagai lembaga sosial seperti lembaga sosial
lainnya misalkan kehidupan keluarga RT, desa, kota, kecamatan, kabupaten atau
suatu kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu seperti Yayasan sosial,
Koperasi dll.
Contoh perusahaan
yang menyediakan barang disekitar kita misalkan perusahaan tegel, perusahaan
semen, perusahaan pakaian jadi, perusahaan batik, perusahaan sepatu dan
sebagainyanya. Sedangkan perusahaan yang menyediakan jasa misalkan, bank,
asuransi, perhotelan, transportasi, dan lain-lain.
Di atas telah kita
sebut bahwa, perusahaan adalah suatu lembaga sosial. Dalam hal ini tentunya
terdapat perbedaan antara perusahaan dengan lembaga sosial lainnya. Letak
perbedaannya adalah pada seluruh kegiatan yang diarahkan untuk memperoleh laba.
Meskipun demikian memperoleh laba bukan merupakan satu-satunya tujuan
perusahaan, tetapi masih terdapat berbagai tujuan lain seperti, memberi
kesempatan kerja untuk mengurangi pengangguran, kemudian juga meningkatkan
pendapatan pemerintah melalui pajak dan juga prestise.
Tujuan-tujuan yang
lain itu hanya akan tercapai apabila perusahaan dapat hidup berkembang dan
memperoleh keuntungan. Untuk itu perusahaan harus diorganisasikan dan
dijalankan dengan baik. Lain halnya dengan lembaga-lembaga Pemerintah dan
lembaga sosial lainnya yang kegiatannya lebih ditujukan untuk kepentingan
masyarakat umum, misalkan Panti Asuhan, Rumah Sakit dll.
VI.
PERUSAHAAN SEBAGAI
SUATU SISTEM
Sistem adalah suatu
kesatuan atau unit yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling bekerjasama
ataupun saling mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung untuk mencapai
tujuan tertentu.
Perusahaan sebagai
suatu sistem, berarti merupkan kombinasi dari berbagai sumber-sumber ekonomi
yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses produksi dan distribusi
barang dan atau jasa untuk mencapai tujuan tertentu antara lain keuntungan dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam skema di bawah
ini dapat dilihat dua aspek dalam sistem perusahaan yaitu yang langsung
berhubungan dengan kegiatan perusahaan dan yang tidak langsung berhubungan
dengan kegiatan perusahaan.
Apabila ditinjau
lebih lanjut, maka pada dasarnya sistem perusahaan mempunyai beberapa
sifat, Sifat-sifat tersebut adalah :
1.
Sifat Kompleks
Sebagai suatu
keseluruhan, maka sub-sub bagian itu akan saling bekerja samadan saling
mempengaruhi sehingga sifatnya kompleks. Seperti, untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan dari satu sisi berhubungan dengan pemasok (bahan baku), masyarakat
(tenaga kerja), lembaga keuangan (modal) dan lembaga pendidikan (keahlian).
Dari sisi lain perusahaan berhubungan dengan penyalur, para pesaing,
pemerintah, dan lingkungan lainnya.
2.
Sebagai suatu Kesatuan/Unit
Dalam kegiatan
memproses barang dan jasa, kegiatan tersebut tidak dapat berjalan
sendiri-sendiri, melainkan menuju kesatu tujuan yaitu antara lain mencapai
keuntungan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain seluruh
kegiatan perusahaan itu sebagai suatu kesatuan/unit.
3.
Sifatnya Berjenis-jenis
Tidak ada perusahaan
yang sama persis, baik dlamukuran bentuk maupun jenis usahanya. Perusahaan
membuat produknya secara bermacam-macam agar jika terdapat kerugian dari produk
yang satu dapat ditutup dengan keuntungan dari produk yang lain. Dengan kata
lain memiliki sifat berjenis-jenis.
4.
Sifat Saling Bergantung
Perusahaan yang kecil
menjalankan kegiatannya di dalam suatu manajemen perusahaan, tetapi walaupun
demikian, dia bergantung pada perusahaan yang menjadi pemasok bahan bakunya.
Lain halnya denan perusahaan yang hanya menjalankan satu atau beberapa kegiatan
saja, maka perusahaan tersebut hanya bergantung pada perushaan lainnya. Seperti
contohnya perusahaan manufaktur.
5.
Sifat Dinamis
Perubahan selalu
terjadi aikintern maupun ekstern. Kekuatan yang berasal dari dalam perusahaan
seperti SDM, jumlah bahan baku, kehalian dsb akan membutuhkan penyesuaian
kebijakan dan pelaksanaan. Demikian juga pengaruh dari luar perusahaan seperti
kondisi politik, peraturan pemerintah, pendapatan konsumen dsb membuat
perusahaan harus bisa menyesuaikan diri (dinamis).
VII.
PENGERTIAN SISTEM
DALAM ORGANISASI SOSIAL
Pengertian sistem
dalam organisasi sosial secara umum. Di sini yang dimaksud dengan organisasi
sosial adalah bersifat umum, baik yang menyangkut masalah soaial, politik, ekonomi,
budaya, keagamaan dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem ialah
suatu kesatuan yang menyeluruh dan terorganisasikan, terdiri atas dua atau
lebih bagian atau komponen atau sub sistem yang dipisahkan oleh batas yang
dapat diidentifikasikan dari supra sistem lingkungan (environmental
suprasystem) yang lebih luas. Namun dalam tinjauan ini hanya khusus dibahas
tentang sistem kemasyarakatan
Pertama-tama dibedakan
antara sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (opened system). Sistem
fisis dan sistem mekanis bersifat tertutup dalam hubungannya dengan
lingkungannya; sedangkan sistem biologis dan sistem sosial mempunyai interaksi
yang kontinyu dengan lingkuangan. Dalam artian inilah sistem biologis dan
sistem sosial adalah sistem terbuka.
Dalam masyarakatyang
kompleks, perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat maka ilmu bertendensi
semakin menyempit dan lebih spesialistis. Namun pada tahap tertentu dirasa
perlu adanya sintesa dan integrasi, sehingga tinjauan analisis suatu bidang
dapat dipersatukan dalam teori yang lebih luas dan multi dimensional. Penerapan
cara berpikir sistem (system thinking) dalam ilmu sosial mengembangkan konsep
fungsionalisme. Konsep ini menitik beratkan pada orientasi orientasi
sistem hubungan integratif dari bagian-bagian atau sub sistem dalam kesatuan
fungsional yang menyeluruh.
Semua aspek kehidupan
sosial merupakan jalinan yang kait-mengkait dan masyarakat hanya dapat dipahami
sebaik-baiknya sebagai sistem yang saling berhubungan. Konsep menyeluruh dalam
konteks memasyarakatkan ini berlawanan dengan konsep elementerisme yang
menganggap keseluruhan (total) merupakan penjumlahan dari bagian-bagian yang
terpisah. Walaupun pendekatan sistem sudah diterima dalam ilmu sosial misalnya,
dalam ilmu manajemen, seringkali model yang dipergunakan masih sering bersifat
tertutup dalam artian model-model tersebut hanya membatasi diri pada beberapa
variabel – atau beberapa faktor lain terutama yang tidak dapat
dikuantifikasikan. Organisasi sosial merupakan sistem yang dinamis, selalu
berubah dan menyesuaikan diri terhadap pengaruh-pengaruh intern maupun ekstern
dan dalam proses evolusi terus menerus. Sebagai sistem formal, organisasi
kemasyarakatan dipengaruhi oleh struktur intern masyarakat itu sendiri maupun
lembaga-lembaga lingkunganya.
VIII.
ORGANISASI SOSIAL
SEBAGAI SISTEM TERBUKA
Konsep organisasi
sebagai sistem tertutup berpangkal tolak bahwa sistem itu berdiri sendiri dan
deterministik. Karakteristik sistem tertutup itu ialah, bertendensi
bergerak ke arah keseimbangan statis (keadaan kacau, tidak menentu, tanpa pola
dan akhirnya akan hancur dan mati).
Konsep sistem terbuka
berpangkal tolak bahwa sistem kemasyarakatan ada dalam hubungan yang dinamis
dengan lingkungannya, menerima berbagai masukan dari lingkungannya, memprosesnya
menjadi keluaran dan mengembalikan kepada lingkungan itu.
Walaupun pembahasan
ini bertitik berat pada sistem terbuka namun perlu disadari bahwa konsep
tertutup dan terbuka adalah masalah graduil. Secara absolut, setiap sistem
adalah terbuka atau tertutup tergantung pada “ point of reference ” nya. Setiap
sistem adalah “tertutup” terhadap pengaruh ekstern tertentu. Batas sistem
(system’ boundarious) selalu menghalangi faktor-faktor lingkungan tertentu
mempunyai dampaknya pada sistem yang bersangkutan.
Sistem sosial terbuka
terdiri dari beberapa sub sistem, walaupun sistematika sub sistem dapat
berbeda-beda, namun sub sistem utamanya adalah :
1. Sub sistem nilai-nilai kemasyarakatan
2. Sub sistem teknologi
3. Sub sistem psikologi sosial
4. Sub sistem struktur
5. Sub sistem manajerial
Sumarni Murti & Suprihanto John, 2014, Pengantar
Bisnis (Dasar-Dsar Ekonomi Perusahaan), liberty Yogyakarta
https://yudiepriyadi.wordpress.com/2010/10/08/pengantar-ekonomi-lanjutan_1/
http://marshaliakifujin.blogspot.co.id/2015/11/neraca-pembayaran-internasional.html
0 comments:
Posting Komentar