KUALITAS SEBAGAI DAYA SAING




KUALITAS SEBAGAI PENINGKATAN DAYA SAING


Dalam memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan harus benar-benar menjaga dan memperhatikan kualitas dari produk mereka,
itu karena konsumen dapat memiliki ikatan yang kuat dengan perusahaan apabila kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan dapat dipenuhi oleh perusahaan. Dalam era teknologi seperti sekarang ini, tidak ada satupun perusahaan yang tidak terkena dampak globalisasi. Bukan hanya perusahaan besar dan multinasional, tetapi perusahaan kecil juga mengadapi persaingan global. Oleh karena itu, meningkatnya persaingan semakin menyadarkan perusahaan akan kualitas yang semula bersifat netral perlahan-lahan bergerak kearah yang positif dan melibatkan permasalahan kualitas serta menghubungkanya dengan laba.



I.          KUALITAS, PROFITABILITAS, DAN DAYA SAING

Dalam erra perdagangan bebas (liberalis perdagangan) sebagaimana yang telah disepakati dalam kerangka AFTA, APEC dan WTO, setiap perusahaan harus menghaadapi persaingan ketat dengan perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan para pesaing. Profitabilitas itu sendiri adalah kemampuan untuk mendatangkan keuntungan (memperoleh laba).  Dewasa ini perhatian suatu perusahaan tidak terfokus pada produk dan jasa yang dihasilkan saja, melainkan juga memperhatikan pada aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan.
Didalam teori persaingan kita mengenal ada suatu teori dari Michael Porter yang sangat terkenal pada saat menganalisis persaingan atau competition analysis. Teori tersebut sangat terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model. Intinya sebenarnya Porter menilai bahwa perusahaan secara nyata tidak hanya bersaing dengan perusahaan yang ada dalam industri saat ini. Analisis yang biasa digunakan sebuah perusahaan adalah siapa pesaing langsung perusahaan tersebut dan akhirnya mereka terjebak dalam ”competitor oriented”, sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas. Dalam five forces model digambarkan bahwa kita juga bersaing dengan pesaing potensial kita, yaitu mereka yang akan masuk, para pemasok atau suplier,para pembeli atau konsumen, dan produsen produk-produk pengganti. Dengan demikian, kita harus mengetahui bahwa ada lima kekuatan yg menentukan karakteristik suatu industri, yaitu :
1.        Persaingan antar pemain yang ada
2.        ancaman masuk pendatang baru
3.        kekuatan tawar menawar pemasok
4.        kekuatan tawar pembeli, dan
5.        ancaman produk pengganti.

1.        Intensitas Persaingan Antar Pemain Yg Ada Saat Ini
Kekuatan pertama yang biasanya menjadi fokus para pemasar adalah masalah intensitas rivalitas atau persaingan antar pemain dalam industri. Intensitas persaingan ini dipengaruhi oleh kondisi diantaranya: meningkatkannya jumlah pesaing, penurunan permintaan produk, persaingan harga, persaingan dalam hal strategi atau sumber daya
Biasanya intensitas persaingan itu dipengaruhi faktor struktur biaya produk. Misalkan semakin besar porsi biaya tetap dalam struktur biaya , maka semakin tinggi intensitas persaingan. Hal ini disebabkan, setiap penjual memiliki tingkat break even point yang tinggi sehingga pada umumnya harus menjual produk dalam jumlah yang besar, dan bila perlu dilakukan “banting harga” agar bisa mencapai tingkat break even tersebut.

2.        Ancaman Masuk Pendatang Baru
Kedua, ancaman masuk dari pendatang baru, kekuatan ini biasanya dipengaruhi oleh besar kecilnya hambatan masuk ke dalam industri. Hambatan masuk kedalam industri itu contohnya antara lain: besarnya biaya investasi yang dibutuhkan, perijinan, akses terhadap bahan mentah, akses terhadap saluran distribusi, ekuitas merek dan masih banyak lagi. Biasanya semakin tinggi hambatan masuk, semakin rendah ancaman yg masuk dari pendatang baru.
Ancaman juga muncul jika profitabilitas industri menggiurkan sehingga mendorong pendatang baru untuk masuk.hambatan masuk  dapat dipengaruhi oleh: skala ekonomi,bkeunggulan biaya karena pengalaman,bloyalitas pelanggan,bkebutuhan kapital,bakses distribusi atau proteksi pemerintah

3.        Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Ketiga adalah kekuatan tawar pemasok atau supplier. Biasanya sedikit jumlah pemasok, semakin penting produk yang dipasok, dan semakin kuat posisi tawarnya. Pemasok akan memiliki kekuatan tawar dalam hal ini ketika terjadi ketergantungan pasokan atau pemasok didominasi oleh produsen yang hanya mementingkan posisi pasar dan tidak menghiraukan kondisi persaingan pasar

4.        Kekuatan Tawar Pembeli
Demikian juga dengan kekuatan keempat yaitu kekuatan tawar pembeli ,dimana kita bisa melihat bahwa semakin besar pembelian, semakin banyak pilihan yang tersedia bagi pembeli dan pada umumnya akan membuat posisi pembeli semakin kuat. Pembeli memiliki kekuatan tawar dalam situasi yaitu: jumlah pelanggan sedikit dalam jumlah pembelian yang besar,pembelian pelanggan  menunjukkan prosentase yang besar dari keseluruhan penjualan produk.

Kekuatan yang terakhir adalah soal produk-produk substitusi, seberapa banyak produk substitusi di pasar. Ketersedian produk substitusi yg banyak akan membatasi keleluasaan pemain dalam industri untuk menentukan harga jual produk. Substitusi sendiri mempunyai daya tarik dalam harga, performasi/kualitas yang mengakibatkan pelanggan berpindah. Ancaman dari produk substitusi disebabkan oleh mudahnya pelanggan untuk pindah ke produk substitusi tersebut

Kelima kekuatan bersaing menurut Porter diatas dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal. Definisi dari faktor eksternal perusahaan itu sendiri adalah lingkungan bisnis yang melengkapi operasi perusahaan yang memunculkan peluang dan ancaman.  Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, yang membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Elemen-elemen dari Faktor eksternal tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan.  Lingkungan kerja perusahaan umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan.
Lingkungan bisnis makro atau lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.  Perusahaan-perusahaan besar membagi membagi lingkungan sosial dalam satu wilayah geografis menjadi empat kategori, terdiri dari faktor ekonomi, sosiokultural, teknologi dan politik-hukum dalam hubungannya dengan lingkungan perusahaan secara keseluruhan.
Sehingga apabila dilihat dari penjelasan mengenai definisi Faktor Eksternal perusahaan dikaitkan dengan 5 kekuatan bersaing M. Porter, maka 5 kekuatan bersaing Porter merupakan Faktor Eksternal. Penjelasan lebih lanjut menganai analisis Faktor Eksternal adalah faktor ini dibagi menjadi dua, yakni Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats). Ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis.
Dengan semakin kompleksnya persaingan industri antar perusahaan maka kualitas yang ingin dipenuhi harus dilihat dari sudut pandang konsumen/pelanggan atau sudut pandang pasar. Perspektif TQM terhadap kepuasan pelanggan pada hakikatnya adalah bahwa pelanggan merupakan penialai terakhir dari kualitas sehingga prioritas utama dalam jaminan kualitas adalah memiliki piranti yang handal dan sahih mengenai penilaian konsumen terhadap perusahaan. Untuk itu diperlukan kerangka dalam manajemen kualitas yang didasarkan pada dua alas an pokok yaitu :

1.        Orientasi pemasaran
Perusahaan berusaha memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan pelanggan. Disamping itu perusahaan juga berupaya meningkatkan pangsa pasar, efisiensi serta produktivitas

2.        Orientasi internal perusahaan
Perusahaan berusaha menghindari losses, spills, waste dan scrap. Selain itu juga diusahakan adanya maksimalisasi usaha karyawan, penghematan energy sumbe daya manusia dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah betapapun kecilnya.

Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kualitas bukanlah hasil dari kombinasi fator-faktor kebetulan. Oleh karena itu kualitas harus didefinisikan, dirancang, dan dilaksanakan secara tepat. Kualtias dan kepuasan pelanggan berkaitan sangat erat. Kualtias memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meinimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan dan pada akhirnya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas memuaskan.
Perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasarnya melalui pemenuhan kualitas yang bersifat customer-driven yang berarti memasarkan dan menjual produk atau jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, hal ini akan memberikan keunggulan harga dan customer value. Cuctomer value merupakan kombinasi dari manfaat dan engorbanan yang terjadi apabila pelanggan menggunakan suatu produk atau jasa guna memenuhi kebutuhan tertentu (Bounds, et al., 1994, p. 64). Bila kualitas yang dihasilkan superior (Kualitas superior disini dimaksudkan sebagai kualitas produk pada tingkatan yang tinggi pada setiap keinginan pelanggan yang dipenuhinya. Dengan kata lain realitas tentang kualitas melebihi harapan pelanggan mengenai kualitas. Dalam jangka panjang, produk perusahaan itu dapat memiliki reputasi di mata pelanggan) dan pangsa pasar yang dimiliki besar, maka profitabilitasnya terjamin. Dengan demikian kualitas dan profitabilitas berhubungan erat. Perusahaan yang menawarkan produk atau jasa superior pasti dapat mengalahkan pesaingnya yang menghasilkan kualitas inferior.
Kualitas juga dapat mengurangi biaya. Adanya pengurangan biaya ini pada gilirannya akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan. Kemudian kedua factor ini dapat memberikan sarana dan dana bagi investasi lebih lanjut dalam hal perbaikan kualitas, misalnya untuk riset dan engembangan. Secara sederhana manfaat dari kualitas yang sudah perior antara lain berupa :

1.        Loyalitas pelanggan yang lebih besar
2.        Pangsa pasar yang lebih besar
3.        harga saham yang lebih tinggi
4.        harga yang lebih tinggi
5.        produktifitas yang lebih besar

Semua manfaat diatas pada gilirannya mengarah pada peningkatan daya saing berkelanjutan dalam organisasi yang mengupayakan pemenuhan kualitas yang bersifat customer-driven. Dalam jangka panjang perusahaan demikian akan tetap survive dan menghasilkan profit.



II.       KOMPONEN PENUNJANG DAYA SAING

Dalam suatu system perekonomian yang global dan saling terkait, daya saing perusahaan-perusahaan yang ada dipengaruhi oleh kondisi makro, seperti system politik, social, ekonomi dan lain-lain. Umumnya kekuatan ekonomi suatu Negara juga dipengaruhi dya saing dan kekuatan perusahaan-perusahaan yang ada dinegara tersebut. Dalam konteks suatu Negara, indicator status daya saing yang sering digunakan adalah :

1.        standar hidup, biasanya berupa Gross National Product (GNP) perkapita.
2.        investasi, yaitu presentase GNP yang ditanamkan dalam sector pendidikan., peralatan, fasilitas dan riset pengembangan.
3.        Produktivitas pemanufakturan, yaitu jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan sector manufaktur
4.        Perdagangan, yaitu pertumbuhan ekspor dan surplus perdagangan.

Ada beberapa komponen yang bermanfaat dalam mendukung peningkatan daya saing, yaitu kebijakan industry, teknologi dan sumber daya manusia.


Kebijakan Industri
Untuk menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan diperlukan kerja sama yang harmonis antara pemerintah dan sector swasta. Hubungan tersebut dituangkan dalam bentuk kebijakan industry yang bertujuan untuk menyediakan intensif yang dapat mendorong bisnis untuk berperilaku yang mengarah pada peningkatan daya saing an menyingkirkan rintangan-rintangan yang mengurangi daya saing. Komponen-komponen yang diperlukan dalam kebijakan tersebut meliputi :

-          Investasi dalam penelitian dan pengembangan
-          Perluasan sector industry
-          Pemantauan praktik-praktik pemanufakturan terbaik
-          Investasi dalam infrastruktur teknologi tinggi
-          Alih teknologi
-          Ekspor industry
-          Reformasi dan investasi pendidikan
-          Insentif pajak.

Teknologi
Teknologi merupakan penjelmaan secara fisik dari pengetahuan. Oleh karena itu, didalam lingkungan kompetitif dimana pengetahuan menduduki peranan vital, teknologi yang dirancang dengan baik guna memperluas kemampuan manusia dapat maningkatkan daya saing organisasi. Seperti produktivitas dan kualitas perusahaan kecil di Jepang dipacu melalui proses adopsi teknologi manufaktur maju yang dapat meningkatkan daya saingsecara efektif. Teknologi-teknologi yang memberikan daya saing di pasar global jepang antara lain :

-            Assembly robots
-            CNC machine tools
-            Flexible manufacturing cells
-            Computer aided desaign (CAD)
-            Automated Inspection
-            Material Handling Robots
-            Automated Warehouse Equipment

Sumber Daya Manusia
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa sumber daya yang paling bernilai bagi peningkatan daya saing adalah SDM. Hal ini terlihat dari pengalaman Jerman dan Jepang ketika bangkit dari kehancuran pasca Perang Dunia II. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kesuksesan Jerman dan Jepang, diantaranya adalah strategi yang mereka terapkan dalam mengelola sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi tersebut antara lain terdiri dari:

1.        Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja dan pemerintah
2.        Pendidikan dan pelatihan yang berkualitas tinggi
3.        Keterlbatan dan empowerment karyawan
4.        Kepemimpinan pada setiap level
5.        Kerja sama tim



III.     BUDAYA KUALITAS SEBAGAI PENUNJANG DAYA SAING

Kualitas yang telah disepakati dalam suatu organisasi akan menjadi budaya dalam organisasi tersebut, untuk menuju kondisi tersebut memerlukan proses pergerakan ataupun perlawanan para anggota organisasi tersebut. Budaya kualitas sendiri adalah sistem nili organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus. Budaya kualitas terdiri dari norma, nilai, tradisi, prosedu,r dan harapan yang meningkatkan kualitas. Karakteristik perusahaan yang memiliki budaya kualitas adalah sebagai berikut:

1.      Perilaku sesuai dengan slogan
2.      Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan digunakan untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus
3.      Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan
4.      Pekerjaan dilakukan dalam suatu tim
5.      Manajer level eksekutif diikutsertakan dan dilibatkan
6.      Sumber daya yang ememadai disediakan di manapun dan kapan pun dibutuhkan untuk menjamin perbaikan kualitas secara terus-menerus.
7.      Pendidikan dan pelatihan diadakan agar para karyawan pada semua level memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus.
8.      Sistem penghargaan dan promosi didasarkan pada kontribusi terhadap perbaikan kualitas secara terus-menerus
9.      Rekan kerja dipandang sebagaipelanggan internal
10. Pemasok diperlakukan sebagai mitra kerja



IV.     MEKANISME PERUBAHAN BUDAYA

Dalam kaitannya dengan perubahan budaya ada mekanisme perubahan dari budaya tradisional ke arah budaya kualtias. Proses ini memerlukan tahapan–tahapan apakah jangka pendek maupun jangka panjang, semuanya sangat tergantung warga organisasi. Tahapan perubahan yang cepat dan lambat semuanya akan terdapat untung dan rugi bagi organisasi, yang terpenting kesiapan semua anggota organisasi sehingga mekanisme dapat berjalan dengan lancar. Warga organisasi yang bertekad dan komitmen membangun kualitas memerlukan waktu yang tidak terlalu lama, yang penting menyadari saat ini telah berada di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk memenangkan persaingan dibutuhkan SDM yang berkualitas, karena SDM yang berkualitas yang mampu menghadapi dan memenangkan persaingan. Dengan demikian mekanisme perubahan budaya menjadi budaya kualitas suatu keharusan guna tidak tersisihkan dari persaingan dan guna memenangkan. Misalnya suatu perguruan tinggi yang menganut budaya tradisional menuju budaya kualitas dalam proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran yang menggunakan transfaransi menuju menggunakan/berbasis teknologi informasi. Mekanisme perubahan ini biasanya akan mendapat perlawanan dari dosen-dosen yang senior/tua, karena perubahan tersebut membuat dosen senior/tua akan tersiksa. Inventarisasi pada masing-masing perguruan tinggi mengenai perubahan budaya akan berbeda-beda sangat tegantung karakteristiknya. Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melakukan perubahan budaya:

1.        Pahamilah sejarah terciptanya budaya yang sudah ada
Budaya organisasi tidak muncul dengan sendirinya, tetapi disusun oleh manajemen lama untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul saat itu. Mungkin saja budaya tersebut menghambat daya saing perusahaan. Akan tetapi, seiring dengan perubahan waktu dan kondisi, mungkin saja kebijakan, tradisi, dan aspek lainnya yang saat ini diragukan malah lebih sesuai pada suatu saat nanti dan dalam kondisi yang berbeda. Oleh karena itu pahamilah sejarah terciptanya budaya yang sudah ada sebelum mencoba untuk mengubahnya.

2.        Jangan memusihi system yang sudah ada, tetapi perbaikilah
Memusuhi sistem yang sudah ada tidak sama dengan memperbaikinya. Memusuhi sistem terjadi apabila perubahan dilakukan tanpa memahami mengapa sistem yang sudah ada berjalan seperti sekarang dan tanpa memahami secara sungguh-sungguh apa yang perlu diubah dan penyebab  perubahan tersebut. Sebelum melakukan perbaikan sesuatu, sebaiknya terlebih dahulu dipahami apa yang salah, penyebabnya, dan bagaimana melakukan perubahan agar dapat lebih baik

3.        Bersiaplah untuk mendengarkan dan mengamati
Faktor penghambat utama terjadinya perubahan dalam setiap organisasi adalah manusia. Sebagai akibatnya, para pendukung perubahan mudah mengalami frustasi dan beranggapan bahwa “kalau saja tidak ada orang-orang ini, pasti segala sesuatunya berjalan lancar”. Akan tetapi, organisasi merupakan kumpulan orang. Oleh karena itu, orang dan sistem  perlu diberi perhatian. Bersiaplah untuk mendengarkan dan mengamati. Cobalah mendengar apa yang dikatakan dan amatilah apa yang tidak dikatakan. Karyawan yang didengarkan pendapat dan perasaannya cenderung lebih bersedia berpartisipasi dalam perubahan daripada mereka yang tidak didengarkan.

4.      Libatkanlah setiap orang yang dipengaruhi oleh perubahan
Menolak perubahan adalah perilaku alamiah. Cara yang paling efektif untuk mengajak karyawan mengikuti perubahan adalah melibatkan mereka dalam  perencanaan dan pelakasanaan perubahan. Selain itu, juga memberikan mereka kesempatan untuk mengungkapakan persoalan dan kekhaatirannya



V.       BERFOKUS PADA BUDAYA KUALITAS
Berfokus pada budaya kualitas akan berkaitan dengan pelanggan sebagai pemakai kualitas tersebut, juga terkait dengan kepuasan pelanggan sebagai pemakai jasa kualitas tersebut dan memahami kebutuhan pelanggan internal (dalam organisasi) dan pelanggan eksternal ( luar organisasi) dan pembentukan fokus pada pelanggan.
Keempat hal tersebut sangat penting dipahami dan dihayati dalam rangka fokus pada budaya pelanggan.

Konsep Pelanggan :
Menggambarkan pandangan tradisional terhadap hubungan pemasok dan pelanggan. Dan pandangan TQM terhadap hubungan pemasok dan pelanggan, sebagai konsep ketergantungan yang penting dalam hubungan pemasok dan pelanggan

Kepuasan Pelanggan:
Menggambarkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan para pelanggan, dan medorong terciptanya loyalitas pelanggan serta memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang sehingga laba yang diperoleh dapat meningkat

Kebutuhan pelanggan internal dan pelanggan eksternal:
Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang akan memperkirakan hasil, mengembangkan perencanaan untuk mengumpulkan informasi, menganalisis hasil, memeriksa kesahian, dan mengambil tindakan

Pembentukan fokus pada pelanggan:
Melalui visi, komitmen dan rencana; penjajaran dengan pelanggan, mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan pelanggan, memanfaatkan informasi dari pelanggan, mendekati pelanggan, kemampuan kesanggupan dan pemberdayaan karyawan serta penyempurnaan produk/proses secara terus menerus


Share:

0 comments:

Posting Komentar

PENGUNJUNG