KUALITAS





KUALITAS

I.      PENGERTIAN

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar istilah kualitas. Apa itu kualitas? Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, bervariasi dari konvensional sampai yang lebih strategic.
Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Bagaimanapun cara manajer dari perusahaan yang sedang berkompetisi dalam pasar global harus memberikan perhatian serius pada definisi kualitas yang bersifat strategik. Banyak para ahli yang mendeskripsikan pengertian kualtias yang berbeda, tetapi maksudnya sama.
Perbedaan pendapat dari 3 ahli manajemen mutu lebih disebabkan oleh takrif atau batasan mereka tentang mutu yang berimplikasi pada tanggungjawab, standar motivasi, pendekatan, struktur, pengendalian, perbaikan, kerjasama, biaya dan penilaian.
Mutu menurut Deming adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada beaya yang rendah sesuai pasar.
Juran mengatakan mutu adalah kemampuan untuk digunakan dan menurut Crosby mutu adalah sesuatu produk yang sesuai dengan persyaratan.
Deming lebih memumpun (focus) pada kemampuan pasar, sehingga lebih menekankan pada aspek beaya produksi yang rendah dengan kualitas barang yang bermutu dengan harapan dapat diminati dan terjangkau oleh oleh pasar. Hal inilah yang terjadi di Jepang saat ini. Barang-barang produksi Jepang bersifat kompetitif dan dijual lebih murah untuk merebut pasar, sementara mutu barang produksi Jepang sangat tinggi terutama dalam bidang otomotif dan elektronika. Itu sebabnya Deming dikenal di Jepang sebagai bapak total total quality management.
Juran lebih bertumpu pada aspek kemampuan untuk digunakan. Orientasi Juran adalah pada kemampuan pasar untuk menggunakan barang-barang produk. Ukuran mutu bagi juran adalah apakah pasar mampu menggunakan barang hasil produk atau tidak. Jika tidak dapat digunakan oleh pasar maka barang produksi itu oleh Juran dianggap tidak berkualitas. Pendapat Juran ini banyak digunakan oleh Taiwan, Korea, Cina, India yang produksi barang dan jasanya beredar di seluruh dunia tentu juga dengan harga yang relative murah.
Crosby lebih memumpun pada persyaratan yang wajib dipenuhi oleh barang produksi. Apakah barang produksi, nyaman, dapat digunakan dengan mudah, tahan lama, indah dsbnya. Untuk jelasnya diuraikan pandangan ketiga ahli tersebut.
Dapat dikatakan jika kualtias adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau kesesuaian terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirements). Meskipun tidak ada definisi mengenai kualtias yang diterima secara universal, namun dapat diambil kesipulan bahwa dalam kualitas terdapat elemen-elemen sebagai berikut:

1.    Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2.    Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
3.    Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4.    Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

Sedangkan Manajemen kualitas adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.



II.    PENTINGNYA KUALITAS

Pentingnya kualitas dapat dijelaskan dari dua sudut yaitu sudut pandang manajemen perasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari susdut manajemen operasional, kualitas produk merupakan salah satu kebijakan pentig dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing. Dari sudut manajemen pemasaran, kualitas produk merupakan salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu: produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume panjualan dan meperluas pangsa pasar.
Pentingnya kualitas dapat juga dilihat dari sisi konsumen dan produsen:

1.     Kualitas Menurut Sudut Pandang Konsumen
Konsumen menilai kualitas sebuah produk (barang atau jasa) dari ketepatan penggunaan (fitness for use) dan desainnya (quality of design). Fitness for use merupakan seberapa baik produk atau jasa tersebut melaksanakan peran/fungsi utamanya. Quality of design termasuk mendesain sifat-sifat kualitas ke dalam produk (barang atau jasa). Jadi bekaitan erat dengan dimensi kualitas.
Dimensi kualitas untuk produk (barang) manufaktur berbeda dengan jasa. Pada produk (barang) manufaktur, konsumen cenderung menilai kualitas dari sisi: performa (kinerja), wujud secara fisik (features); Probabilitas lama produk (barang) tahan terhadap kerusakan (reliability); Kesesuaian dengan standard yang ada (conformance), seberapa lama produk tersebut bisa digunakan (durability), seberapa mudah produk (barang) tersebut mendapat pelayanan (servis) apabila rusak (serviceability), keindahan (aesthetics), keamanan (safety), serta presepsi lain yang dimiliki konsumen. Dimensi kualitas untuk produk (jasa), menurut konsumen terdiri dari:

A.   Seberapa lama konsumen harus menunggu pelayanan jasa tersebut (time and timeliness
B.  Kelengkapan pelayanan yang diinginkan konsumen (completeness); Bagaimana karyawan melayani konsumen (courtesy
C.  Seberapa konsisten tingkat pelayanan yang diberikan (consistency)
D.   Seberapa mudah konsumen meng-akses jasa (accessibility and convenience);
E.    Seberapa tepat kinerja pelayanan (accurancy)
F.   Serta seberapa mampu perusahaan jasa tersebut mampu menangani permasalahan yang tidak biasa (responsiveness).

2.     Kualitas Menurut Sudut Pandang Produsen
Ditinjau dari pandangan produsen, kualitas merupakan sebuah conformance yaitu seberapa tingkat kesesuaian produk atau jasa yang dihasilkan dengan desain/ rancangan produsen. Bila lebih terperinci kualitas merupakan kata yang cukup rumit untuk didefinisikan, karena mutu bergantung pada beberapa hal berikut: Merancang, Memproduksi, Mengirimkan atau Menyerahkan barang kepada konsumen, Pelayanan pada konsumen (penggunaan barang dan jasa tersebut oleh konsumen).
Dengan demikian kualitas dari sisi produsen dapat diartikan sebagai berikut, yaitu: kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen, memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”. Dalam pengertian yang lebih luas, Juran mengartikan kualitas sebagai “kinerja organisasi” secara keseluruhan yang “difokuskan secara sinergi pada kebutuhan dan kepuasan konsumen/pelanggan”.
Dari sinilah kualitas dipersepsikan sebagai Total Quality Management.
Bila dinyatakan dalam faktor-faktor, maka kualitas produk ditinjau dari sisi Produsen, dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu:
A.     Bentuk rancangan (desain) barang atau jasa.
B.      Bahan baku yang digunakan.
C.     Teknologi yang digunakan untuk membuat produk.
D.   Cara menjual dan/atau mengirim ke konsumen termasuk cara mengemasnya dan cara melayani konsumen.


III.   DIMENSI KUALITAS
Setiap pelanggan, termasuk kita sendiri menginginkan produk yang berkualitas tinggi. Dalam sebuah perusahaan Manufaktur yang menghasilkan berbagai produk setiap harinya, Kualitas merupakan faktor yang terpenting dalam menjamin kelangsungan pesanan produk dan juga tingkat profitabilitas perusahaannya. Baik atau buruknya mutu suatu produk dapat diukur dan ditentukan secara obyektif. Sangat mungkin seseorang menilai baik untuk produk A, tapi orang lain belum tentu beranggapan sama. Oleh karena itu harus diketahui apa saja yang termasuk dalam dimensi kualitas. Dimensi kualtas menurut Garvin terdapat 8 dimensi untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu:

1.    Kinerja/performance. Ini dimensi kualitas yang berkaitan dengan karakteristik utama suatu  produk. Ambil contoh sebuah televisi. Kinerja utama yang dituntut adalah kejernihan atau kecemerlangan gambar yang dapat dan enak ditonton. Bersamaan dengan itu, sekaligus kebeningan suara yang enak didengar (jelas, baik dan nyaman di kuping dalam durasi yang lama).

2.    Fitur/features. Ini merupakan karakteristik pendukung atau pelengkap tetapi terkait langsung dengan karakteristik utama suatu produk. Misalnya, dari produk kendaraan beroda empat (mobil), konsumen mensyaratkan kelengkapan fitur pendukung yang beraneka. Setidaknya, sebut saja itu berupa ketersediaan DVD/CD player, sensor atau kamera mundur serta remote control mobil.

3.   Keandalan/reliability. Ini dimensi yang berhubungan dengan kemampuan sebuah produk bekerja secara memuaskan dalam jangka waktu dan kondisi tertentu. Katakan produk itu andal dalam banyak hal, tapi masa pakainya pendek, ini bukan jenis produk yang andal.

4.     Kesesuaian/conformance. Harus ada korelasi antara kinerja dan kualitas produk di satu pihak dan standar yang diinginkan di pihak lain. Itu sebabnya, setiap produk memiliki standar atau spesifikasi yang sifatnya baku.

5.   Ketahanan/durability. Ini tentang daya tahan suatu produk sampai dengan harus diganti dengan yang baru. Daya tahan ini biasanya diukur dengan umur (usia teknis) suatu produk. Masa garansi yang diberikan oleh pabrikan sedikit banyak mencerminkan hal itu.

6.  Kemudahan layanan/serviceability. Ada dua hal tentang ini. Yakni, layanan purnajual yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan suku cadang; dan kemudahan perbaikan jika terjadi  kerusakan serta adanya pusat pelayanan perbaikan (service center) yang mudah dicapai oleh konsumen.

7.   Estetika/keindahan/aesthetics. Indikator ini merupakan yang paling gampang dikenali konsumen, karena berkenaan dengan tampilan/bentuk, bunyi, rasa atau bau suatu produk. Tampilan sebuah ponsel (generasi jadul/G1-G3, pra rezim android) yang ingin dibeli tnggal dicocokkan dengan kejernihan suara yang dihasilkannya.

8.      Kesan Kualitas/perceived quality adalah impresi suatu produk yang dirasakan oleh konsumen. Dimensi kualitas ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek. Seperti jam tangan Seiko, ponsel Xiao Mi, mobil Toyota, kamera Canon, laptop Toshiba, dan printer Hewlett Pacard. Bagi konsumen kelas menengah ke bawah, produk tersebut dianggap berkualitas.



IV.   PERSPEKTIF KUALITAS

Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas. Davis dalam Yamit mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu:

1.      Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.

2.      Product-based Approach
Kulitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.

3.      User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4.      Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar – standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.

5.      Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.



V.    SISTEM KUALITAS MODERN

Perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini membuat orang semakin berlomba-lomba dalam menciptakan inovasi dalam membuat suatu produk baik berupa barang maupun jasa. Mereka bersaing secara ketat demi mendapatkan perhatian lebih dari setiap konsumennya serta mencapai kepuasan pelanggan yang nantinya diharapkan agar munculnya loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Dengan memberikan kualitas pelayanan terbaik dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfication tidak akan cukup. Tetapi kualitas barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu memberikan jaminan mutu, sehingga mau tidak mau dapat memenuhi tuntutan konsumen tersebut.
Kualitas pada prinsipnya adalah untuk menjaga janji pelanggan agar pihak yang dilayani merasa puas dan diungkapkan. Kulaitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan saksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas memuaskan.
Pada zaman sekarang, pengertian jaminan kualtias lebih luas daripada sekedar kegiatan inspeksi. Pengertian modern jaminan kualitas dalah membangun sistem kualitas modern. Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik yaitu:
1.      Sistem kualitas modern berorientasi pada konsumen yang berarti produk produk didesain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu riset pasar kemudian diproduksi dengan baik dan benar sehingga memenuhi spesifikasi desain yang pada akhirnya memberikan pelayanan purnajual kepada pelanggan.

2.     Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus.

3.   Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.

4.   Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, tidak berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.

5.      Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan jalan hidup.

Secara cermatnya perbandingan tentang konsep kualitas secara tradisional dan modern berikut tingkat performansi yang dijadikan indikator kualitas seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Pandangan Tradisional dan Modern Tentang Kualitas
PANDANGAN TRADISIONAL
PANDANGAN MODERN
Memandang kualitas sebagai isu teknis.
Memandang kualitas sebagai isu bisnis.
Usaha perbaikan kualitas dikoordinasikan oleh manajer kualita
Usaha perbaikan kualitas diarahkan oleh manajemen puncak.
Memfokuskan kualitas pada fungsi atau departemen produksi.
Kualitas mencakup semua fungsi atau departemen dalam organisasi.
Produktivitas dan kualitas merupakan sasaran yang bertentangan.
Produktivitas dan kualitas merupakan sasaran yang bersesuaian, karena hasil-hasil produktivitas dicapai melalui peningkatan atau perbaikan kualitas.
Kualitas didefinisikan sebagai konformansi (conformance) terhadap spesifikasi atau standar. Membandingkan produk terhadap spesifikasi.
Kualitas secara tepat didefinisikan sebagai persyaratan untuk memuaskan kebutuhan pengguna produk atau pelanggan (costumers). Membandingkan produk terhadap kompetisi dan terhadap produk terbaik dipasar.
Kualitas diukur melalui derajat nonkonformansi (nonkonformansi), menggunakan ukuran-ukuran kualitas internal.
Kualitas diukur melalui perbaikan proses/ produk dan kepuasan pengguna produk atau pelanggan secara terus-menerus, dengan menggunakan ukuran-ukuran kualitas berdasarkan pelanggan.
Kualitas dicapai melalui inspeksi secara intensif terhadap produk.
Kualitas ditentukan melalui desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif, serta memberikan kepuasan selama masa pakai produk.
Beberapa kerusakan atau cacat diijinkan, jika produk telah memenuhi standar kualitas minimum.
Cacat atau kerusakan dicegah sejak awal melalui teknik pengendalian proses yang efektif.
Kualitas adalah fungsi terpisah dan berfokus pada evaluasi produksi.
Kualitas adalah bagian dari setiap fungsi dalam semua tahap dari siklus hidup produk.
Pekerja dipermalukan apabila menghasilkan kualitas jelek.
Manajemen bertanggung jawab untuk kualitas.
Hubungan dengan pemasok bersifat jangka pendek dan berorientasi pada biaya.
Hubungan dengan pemasok bersifat jangka panjang dan berorientasi pada kualitas.



Tingkat Performansi Terhadap Kualitas Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern

ITEM
PANDANGAN TRADISIONAL
PANDANGAN MODERN
Kualitas
1.       Ukuran berdasarkan bagian perseratus (persen).
2.       Jika produk tidak rusak tidak perlu memperbaikinya.
3.       Inspeksi sama dengan kualitas.
1.       Ukuran berdasarkan bagian persejuta (parts per million = ppm).
2.       Perbaikan produk/ proses secara terus-menerus.
3.       Manajemen kualitas terpadu.
Keterlibatan
Karyawan
1.       Sistem saran secara pasif.
2.       strategi menang-kalah.
3.       Paling banyak satu perbaikan per karyawan per tahun.
6.       Tim kualitas proaktif.
7.       Strategi menang-menang.
8.       Selusin atau lebih
9.       perbaikan per karyawan pertahun.
Fokus
Keuntungan jangka pendek.
Keuntungan jangka panjang.



VI.   PROSES PENINGKATAN KUALITAS

Proses peningkatan kualitas memerlukan komitmen yang melibatkan secara seimbang antara manusia sebagai sumber daya dan teknik perbaikan kualitas. Pada aspek manusia yang ditekankan adalah motivasi untuk terus melakukan perbaikan kualitas. Setiap orang pada level organisasi mempunyai peranan penting yang dapat mendukung meningkatnya kualitas manajemen perusahaan. Di Jepang dikenal suatu istilah yang dapat diartikan sebagai perbaikan terus-menerus. Istilah itu disebut Kaizen. Pada dasarnya Kaizen merupakan suatu pandangan yang komperhensif dan terintergrasi yang bertujuan untuk melaksanakan perbaikan secara terus-menerus. Secara strategis langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai program perbaikan atau peningkatan kualitas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.         Memilih dan menerapkan metode peningkatan kualitas.
2.         Melakukan analisis situasi melalui pengamatan situasional.
3.         Melakukan pengumpulan data.
4.         Melakukan analisis data.
5.         Menetapkan rencana perbaikan melalui penetapan sasaran perbaikan kualitas.
6.         Melaksanakan program perbaikan selama kurun waktu tertentu.
7.         Melakukan studi penilaian terhadap program tersebut.
8.    Mengambil tindakan korektif atas penyimpangan yang terjadi atau standarisasi terhadap aktivitas yang sesuai.


VII. SUMBER KUALITAS

Ada lima sumber kualitas yang dapat djumpai yaitu:
1.       Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak

2.       Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail

3.     Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasar

4.   Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara, baik pekerja yang terlatih dan penemuan penyimpangan secara cepat

5.       Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama



VIII.       BIAYA KUALITAS

Persaingan dalam industri dan bisnis mendorong perusahaan untuk memerhatikan kualitas. Sementara di sisi lain, pelanggan semakin menuntut (demanding) terhadap produk dan layanan dengan kualitas tinggi. Peningkatan kualitas menjadi salah satu strategi penting bagi perusahaan untuk tetap bertahan dan tumbuh. Dalam perspektif Balanced Scorecard, peningkatan kualitas sebagai salah satu inisiatif stratejik fundamental. Jika kualitas produk atau layanan meningkat, maka pelanggan akan tetap setia menggunakan produk tersebut, bahkan mereka akan dengan senang memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut. Peningkatan kualitas juga akan mendorong penurunan biaya operasional, karena rework dan repair atas produk defect akan berkurang.
Peningkatan permintaan akan produk akan meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan, pangsa pasar akan meningkat, sehingga ujung-ujungnya kinerja keuangan perusahaan semakin baik. Perbaikan kualitas produk dan layanan pada akhirnya akan meningkatan nilai perusahaan karena peningkatan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan akan meningkat melalui dua cara, yaitu peningkatan permintaan pelanggan dan penurunan biaya perusahaan dengan menyediakan produk dan layanan dengan kualitas bagus. Perhatian manajemen terhadap peningkatan kualitas tercermin dalam biaya kualitas. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa biaya kualitas menyerap sekitar 20% sampai dengan 30% dari penjualan total, dan biaya kualitas mengalami kenaikan atau penurunan baik secara total maupun setiap komponennya selama periode waktu tertentu.Biaya-biaya yang timbul dalam penanganan masalah Kualitas, baik dalam rangka meningkatkan Kualitas maupun biaya yang timbul akibat Kualitas yang buruk (Cost of Poor Quality). Dengan kata lain, Biaya Kualitas (Quality Cost) adalah semua biaya yang timbul dalam Manajemen Kualitas. Biaya kualitas dapat dikelompokan menjadi empat golongan, yaitu:

1.      Biaya Pencegahan
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan system kualitas.
Ada beberapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan, yaitu :

Biaya Perencanaan Kualitas
Biaya perencanaan kualitas adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan rencana tentang keandalan, rencana pemerikasaan, system data, dan rencana khusus dan jaminan kualitas.

Biaya Tinjauan Produk Baru
Biaya tinjauan produk baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi kualitas, penyiapan program percobaan, dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru dan aktivitas-aktivitas kualitas lainnya selama tahap pengembangan dan praproduksi dari rancangan produk baru.

Biaya Rancangan Proses atau Produk
Biaya rancangan proses atau produk adalah biaya-biaya yang dikeluarkan paa waktu perancangan produk atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan kualitas produk tersebut.

Biaya Pengendalian Proses
Biaya pengendalian proses adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian proses, seperti diagram pengendalian yang memantau prosesa pembuatan dalam usaha mencapai kualitas produksi yang dikehendaki.

Biaya Pelatihan
Biaya pelatihan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan penyiapan pelaksanaan, penyelenggaraan, dan pemeliharaan program latihan formal masalah kualitas.

Biaya Audit Kualitas
Biaya audit kualitas adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.


2.      Biaya Deteksi / Penilaian
Biaya deteksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada para pelanggan.
Yang termasuk dalam jenis biaya deteksi ini antara lain :

Biaya Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Baku yang Dibeli
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian bahan baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan.

Biaya Pemeriksaan dan Pengujian Produk
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standr perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan pengiriman.

Biaya Pemeriksaan Kualitas Produk
Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas produk dalam proses maupun produk jadi.

Biaya Evaluasi Persediaan
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk menguji produk digudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya oenurunan kualitas produk selama digudang.


3.      Biaya Kegagalan Internal
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan perusahaan.
Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu :

Biaya Sisa Bahan (scrap)
Biaya ini adalah kerugian yang terjadi karena adanya sisa bahan baku yang tyidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki. Bahan baku yang tersisa karena alas an lain misalnya keusangan dan perubahan desain produk.

Biaya Pengerjaan Ulang
Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas yang diisyaratkan.

Biaya untuk Memperoleh Bahan Baku
Biaya ini meliputi biaya-biaya tambahan yang timbul karena adanya aktivitas menangani penolakan (rejects) dan pengaduan (complaints) terhadap bahan baku yang telah dibeli.

Factory Contact Engineering Cost
Biaya ini merupakan biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan untuk oleh para ahli produksi yang terlibat dengan salam masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas. Sebagai contoh, bila komponen atau bahan baku suatu produk tidak memenuhi spesifikasi kualitas, maka ahli produk atau produksi akan diminta untuk menilai kelayakan perubahan spsesifikasi produk tersebut.


4.      Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena prodsuk atau jasa gagal memenuhi persyratan-persyartan yang telah diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena dapat menyebabkan reputasi perusahaan buruk, kehilangan pelanggan, dan penurunan pangsa pasar.
Biaya kegagalan eksternal terdiri tasa beberapa macam biaya, diantaranya yaitu :

Biaya Penanganan Keseluruhan Selama Masa Garansi
Biaya ini meliputi semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantian / penukuran produk.

Biaya Penaganan Keluhan di Luar Masa Garansi
Biaya ini merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan yang timbul setelah berlalunya masa garansi.

Biaya Penanganan Produk
Biaya ini adalah kesluruhan biaya pelayanan prosuk yang diakibatkan oleh usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk pengujian khusus atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan. Biaya jasa instalasi atau ko9ntrak pemeliharaan tidak termasuk dalam kategori biaya ini.

Product Liability Cost
Biaya ini merupakan biaya timbul sehubungan dengan jaminan atau pertanggungjawaban ata kegagalan memenuhi standar kualitas (quality failures)

Biaya Penarikan Kembali Produk
Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk  tertentu.



IX.   PERILAKU BIAYA KUALITAS
Kualitas dapat diukur berdasar biayanya.Perusahaan menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu.Memang, jika standar kerusakan nol dapat dicapai, perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian. Suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang dapat barjalan dengan baik, menurut pakar kualitas biayanya tidak lebih dari 2,5 % dari penjualan. Standar 2,5% tersebut mencakup biaya kualitas secara total sedangkan biaya untuk setiap elemen secara individual lebih kecil dari jumlah tersebut. Setiap organisasiharus menentukan standar yang tepat untuk setiap elemen secara individual.Anggaran dapat digunakan untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiapelemen secara individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebihdari 2,5 % dari penjualan. Agar standar biaya kualitas dapat digunakan dengan baikperlu dipahami perilaku biaya kualitas sebagai berikut:
Perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secaraindividual.Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan penjualan, namun sebagianlainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka:

1.        Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetapdihubungkan dengan penjualan

2.       Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh penguranganrasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari duacara berikut :
Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya.
Rasio biaya dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah pencapaian sasaran periodik.

3.          Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap.

Biaya kualitas dievaluasi dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan.Pembandingan biaya kualitas tetap menggunakan jumlah absolut biaya yang sesungguhnya dibelanjakan dengan yang dianggarkan.Sedangkan biaya kualitas variabel dapat dibandingkan dengan menggunakan persentase dari penjualan, atau jumlah rupiah biaya, atau kedua-duanya.Apabila manajer terbiasa berhadapan dengan jumlah absolut atau jumlah rupiah, maka pendekatan yang terbaik adalah dengan membandingkan jumlah rupiah biaya dengan dilengkapi ukuran persentase. Perhitungan persentase ini dapat memberikan informasi pada manajemen mengenai seberapa baik standar biaya kualitas sebesar 2,5 % dapat tercapai.


Share:

0 comments:

Posting Komentar

PENGUNJUNG