KUALITAS
I. PENGERTIAN
Dalam
kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar istilah kualitas. Apa itu
kualitas? Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, bervariasi dari
konvensional sampai yang lebih strategic.
Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Bagaimanapun cara manajer dari perusahaan yang sedang berkompetisi dalam pasar global harus memberikan perhatian serius pada definisi kualitas yang bersifat strategik. Banyak para ahli yang mendeskripsikan pengertian kualtias yang berbeda, tetapi maksudnya sama.
Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Bagaimanapun cara manajer dari perusahaan yang sedang berkompetisi dalam pasar global harus memberikan perhatian serius pada definisi kualitas yang bersifat strategik. Banyak para ahli yang mendeskripsikan pengertian kualtias yang berbeda, tetapi maksudnya sama.
Perbedaan
pendapat dari 3 ahli manajemen mutu lebih disebabkan oleh takrif atau batasan
mereka tentang mutu yang berimplikasi pada tanggungjawab, standar motivasi,
pendekatan, struktur, pengendalian, perbaikan, kerjasama, biaya dan penilaian.
Mutu
menurut Deming adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan
ketergantungan pada beaya yang rendah sesuai pasar.
Juran
mengatakan mutu adalah kemampuan untuk digunakan dan menurut Crosby mutu adalah
sesuatu produk yang sesuai dengan persyaratan.
Deming
lebih memumpun (focus) pada kemampuan pasar, sehingga lebih menekankan pada
aspek beaya produksi yang rendah dengan kualitas barang yang bermutu dengan
harapan dapat diminati dan terjangkau oleh oleh pasar. Hal inilah yang terjadi
di Jepang saat ini. Barang-barang produksi Jepang bersifat kompetitif dan
dijual lebih murah untuk merebut pasar, sementara mutu barang produksi Jepang
sangat tinggi terutama dalam bidang otomotif dan elektronika. Itu sebabnya
Deming dikenal di Jepang sebagai bapak total total quality management.
Juran
lebih bertumpu pada aspek kemampuan untuk digunakan. Orientasi Juran adalah
pada kemampuan pasar untuk menggunakan barang-barang produk. Ukuran mutu bagi
juran adalah apakah pasar mampu menggunakan barang hasil produk atau tidak.
Jika tidak dapat digunakan oleh pasar maka barang produksi itu oleh Juran
dianggap tidak berkualitas. Pendapat Juran ini banyak digunakan oleh Taiwan,
Korea, Cina, India yang produksi barang dan jasanya beredar di seluruh dunia
tentu juga dengan harga yang relative murah.
Crosby
lebih memumpun pada persyaratan yang wajib dipenuhi oleh barang produksi.
Apakah barang produksi, nyaman, dapat digunakan dengan mudah, tahan lama, indah
dsbnya. Untuk jelasnya diuraikan pandangan ketiga ahli tersebut.
Dapat
dikatakan jika kualtias adalah totalitas dari karakteristik suatu
produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai
kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau kesesuaian terhadap kebutuhan
atau persyaratan (conformance to the requirements). Meskipun tidak ada definisi
mengenai kualtias yang diterima secara universal, namun dapat diambil kesipulan
bahwa dalam kualitas terdapat elemen-elemen sebagai berikut:
1. Kualitas
meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas
mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
3. Kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4. Kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
Sedangkan
Manajemen kualitas adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang
menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam
rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang
hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan
pelatihan management kualitas.
II. PENTINGNYA
KUALITAS
Pentingnya kualitas
dapat dijelaskan dari dua sudut yaitu sudut pandang manajemen perasional dan
manajemen pemasaran. Dilihat dari susdut manajemen operasional, kualitas produk
merupakan salah satu kebijakan pentig dalam meningkatkan daya saing produk yang
harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan
kualitas produk dari pesaing. Dari sudut manajemen pemasaran, kualitas produk
merupakan salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran (marketing mix),
yaitu: produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan
volume panjualan dan meperluas pangsa pasar.
Pentingnya
kualitas dapat juga dilihat dari sisi konsumen dan produsen:
1. Kualitas
Menurut Sudut Pandang Konsumen
Konsumen menilai kualitas
sebuah produk (barang atau jasa) dari ketepatan penggunaan (fitness for use)
dan desainnya (quality of design). Fitness for use merupakan seberapa baik
produk atau jasa tersebut melaksanakan peran/fungsi utamanya. Quality of design
termasuk mendesain sifat-sifat kualitas ke dalam produk (barang atau jasa).
Jadi bekaitan erat dengan dimensi kualitas.
Dimensi kualitas untuk produk (barang) manufaktur berbeda dengan jasa. Pada produk (barang) manufaktur, konsumen cenderung menilai kualitas dari sisi: performa (kinerja), wujud secara fisik (features); Probabilitas lama produk (barang) tahan terhadap kerusakan (reliability); Kesesuaian dengan standard yang ada (conformance), seberapa lama produk tersebut bisa digunakan (durability), seberapa mudah produk (barang) tersebut mendapat pelayanan (servis) apabila rusak (serviceability), keindahan (aesthetics), keamanan (safety), serta presepsi lain yang dimiliki konsumen. Dimensi kualitas untuk produk (jasa), menurut konsumen terdiri dari:
Dimensi kualitas untuk produk (barang) manufaktur berbeda dengan jasa. Pada produk (barang) manufaktur, konsumen cenderung menilai kualitas dari sisi: performa (kinerja), wujud secara fisik (features); Probabilitas lama produk (barang) tahan terhadap kerusakan (reliability); Kesesuaian dengan standard yang ada (conformance), seberapa lama produk tersebut bisa digunakan (durability), seberapa mudah produk (barang) tersebut mendapat pelayanan (servis) apabila rusak (serviceability), keindahan (aesthetics), keamanan (safety), serta presepsi lain yang dimiliki konsumen. Dimensi kualitas untuk produk (jasa), menurut konsumen terdiri dari:
A. Seberapa lama konsumen harus menunggu pelayanan jasa
tersebut (time and timeliness
B. Kelengkapan pelayanan yang diinginkan konsumen
(completeness);
Bagaimana karyawan melayani konsumen (courtesy
C. Seberapa konsisten tingkat pelayanan
yang diberikan (consistency)
D. Seberapa
mudah konsumen meng-akses jasa (accessibility and convenience);
E.
Seberapa tepat kinerja pelayanan (accurancy)
F. Serta seberapa mampu perusahaan jasa tersebut
mampu menangani permasalahan yang tidak biasa (responsiveness).
2. Kualitas Menurut Sudut Pandang Produsen
Ditinjau dari
pandangan produsen, kualitas merupakan sebuah conformance yaitu seberapa
tingkat kesesuaian produk atau jasa yang dihasilkan dengan desain/ rancangan
produsen. Bila lebih terperinci kualitas merupakan kata yang cukup rumit untuk
didefinisikan, karena mutu bergantung pada beberapa hal berikut: Merancang,
Memproduksi, Mengirimkan atau Menyerahkan barang kepada konsumen, Pelayanan
pada konsumen (penggunaan barang dan jasa tersebut oleh konsumen).
Dengan demikian kualitas dari sisi produsen dapat diartikan sebagai berikut, yaitu: “kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen, memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”. Dalam pengertian yang lebih luas, Juran mengartikan kualitas sebagai “kinerja organisasi” secara keseluruhan yang “difokuskan secara sinergi pada kebutuhan dan kepuasan konsumen/pelanggan”.
Dengan demikian kualitas dari sisi produsen dapat diartikan sebagai berikut, yaitu: “kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen, memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”. Dalam pengertian yang lebih luas, Juran mengartikan kualitas sebagai “kinerja organisasi” secara keseluruhan yang “difokuskan secara sinergi pada kebutuhan dan kepuasan konsumen/pelanggan”.
Dari sinilah kualitas dipersepsikan
sebagai Total Quality Management.
Bila dinyatakan dalam faktor-faktor, maka kualitas produk ditinjau dari sisi Produsen, dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu:
Bila dinyatakan dalam faktor-faktor, maka kualitas produk ditinjau dari sisi Produsen, dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu:
A.
Bentuk rancangan (desain) barang atau jasa.
B.
Bahan baku yang digunakan.
C.
Teknologi yang digunakan untuk membuat produk.
D. Cara menjual dan/atau mengirim ke konsumen termasuk cara
mengemasnya dan cara melayani konsumen.
III. DIMENSI
KUALITAS
Setiap pelanggan,
termasuk kita sendiri menginginkan produk yang berkualitas tinggi. Dalam sebuah
perusahaan Manufaktur yang menghasilkan berbagai produk setiap harinya,
Kualitas merupakan faktor yang terpenting dalam menjamin kelangsungan pesanan
produk dan juga tingkat profitabilitas perusahaannya. Baik atau buruknya mutu
suatu produk dapat diukur dan ditentukan secara obyektif. Sangat mungkin
seseorang menilai baik untuk produk A, tapi orang lain belum tentu beranggapan
sama. Oleh karena itu harus diketahui apa saja yang termasuk dalam dimensi
kualitas. Dimensi kualtas menurut Garvin terdapat 8 dimensi untuk menganalisis
karakteristik kualitas barang, yaitu:
1. Kinerja/performance. Ini dimensi kualitas yang berkaitan
dengan karakteristik utama suatu produk. Ambil contoh sebuah televisi.
Kinerja utama yang dituntut adalah kejernihan atau kecemerlangan gambar yang
dapat dan enak ditonton. Bersamaan dengan itu, sekaligus kebeningan suara yang
enak didengar (jelas, baik dan nyaman di kuping dalam durasi yang lama).
2. Fitur/features. Ini merupakan karakteristik pendukung
atau pelengkap tetapi terkait langsung dengan karakteristik utama suatu produk.
Misalnya, dari produk kendaraan beroda empat (mobil), konsumen mensyaratkan
kelengkapan fitur pendukung yang beraneka. Setidaknya, sebut saja itu berupa
ketersediaan DVD/CD player, sensor atau kamera mundur serta remote
control mobil.
3. Keandalan/reliability. Ini dimensi yang berhubungan
dengan kemampuan sebuah produk bekerja secara memuaskan dalam jangka waktu dan
kondisi tertentu. Katakan produk itu andal dalam banyak hal, tapi masa pakainya
pendek, ini bukan jenis produk yang andal.
4. Kesesuaian/conformance. Harus ada korelasi antara kinerja
dan kualitas produk di satu pihak dan standar yang diinginkan di pihak lain.
Itu sebabnya, setiap produk memiliki standar atau spesifikasi yang sifatnya
baku.
5. Ketahanan/durability. Ini tentang daya tahan suatu produk
sampai dengan harus diganti dengan yang baru. Daya tahan ini biasanya diukur
dengan umur (usia teknis) suatu produk. Masa garansi yang diberikan oleh
pabrikan sedikit banyak mencerminkan hal itu.
6. Kemudahan layanan/serviceability. Ada dua hal tentang
ini. Yakni, layanan purnajual yang disediakan oleh produsen seperti
ketersediaan suku cadang; dan kemudahan perbaikan jika terjadi kerusakan
serta adanya pusat pelayanan perbaikan (service center) yang mudah
dicapai oleh konsumen.
7. Estetika/keindahan/aesthetics. Indikator ini merupakan
yang paling gampang dikenali konsumen, karena berkenaan dengan tampilan/bentuk,
bunyi, rasa atau bau suatu produk. Tampilan sebuah ponsel (generasi
jadul/G1-G3, pra rezim android) yang ingin dibeli tnggal dicocokkan dengan
kejernihan suara yang dihasilkannya.
8. Kesan Kualitas/perceived quality adalah impresi suatu
produk yang dirasakan oleh konsumen. Dimensi kualitas ini berkaitan dengan
persepsi konsumen terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek. Seperti jam
tangan Seiko, ponsel Xiao Mi, mobil Toyota, kamera Canon, laptop Toshiba, dan
printer Hewlett Pacard. Bagi konsumen kelas menengah ke bawah, produk tersebut
dianggap berkualitas.
IV. PERSPEKTIF
KUALITAS
Pendekatan
yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada
aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia,
kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk
dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas.
Davis dalam Yamit mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas yang
dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu:
1. Transcendental
Approach
Kualitas
dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.
2. Product-based
Approach
Kulitas
dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur.
Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk
secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam
selera dan preferensi individual.
3. User-based
Approach
Kualitas
dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang
atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang
berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing-based
Approach
Kualitas
dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut
pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai
dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini
berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara
internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar – standar
yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based
Approach
Kualitas
dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh karena itu
kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki
kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang
paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
V. SISTEM
KUALITAS MODERN
Perkembangan
zaman yang begitu pesat saat ini membuat orang semakin berlomba-lomba dalam
menciptakan inovasi dalam membuat suatu produk baik berupa barang maupun jasa.
Mereka bersaing secara ketat demi mendapatkan perhatian lebih dari setiap
konsumennya serta mencapai kepuasan pelanggan yang nantinya diharapkan agar
munculnya loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Dengan memberikan kualitas
pelayanan terbaik dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfication
tidak akan cukup. Tetapi kualitas barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu
memberikan jaminan mutu, sehingga mau tidak mau dapat memenuhi tuntutan
konsumen tersebut.
Kualitas
pada prinsipnya adalah untuk menjaga janji pelanggan agar pihak yang dilayani
merasa puas dan diungkapkan. Kulaitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan
kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan
untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka
panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan
saksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan
dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang
memberikan kualitas memuaskan.
Pada
zaman sekarang, pengertian jaminan kualtias lebih luas daripada sekedar
kegiatan inspeksi. Pengertian modern jaminan kualitas dalah membangun sistem
kualitas modern. Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh
lima karakteristik yaitu:
1. Sistem
kualitas modern berorientasi pada konsumen yang berarti produk produk didesain
sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu riset pasar kemudian diproduksi
dengan baik dan benar sehingga memenuhi spesifikasi desain yang pada akhirnya
memberikan pelayanan purnajual kepada pelanggan.
2. Sistem
kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh
manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus.
3. Sistem
kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap
tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
4. Sistem
kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan
pencegahan kerusakan, tidak berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan
saja.
5. Sistem
kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas
merupakan jalan hidup.
Secara
cermatnya perbandingan tentang konsep kualitas secara tradisional dan modern
berikut tingkat performansi yang dijadikan indikator kualitas seperti tampak
dalam tabel berikut ini:
Pandangan
Tradisional dan Modern Tentang Kualitas
PANDANGAN
TRADISIONAL
|
PANDANGAN
MODERN
|
Memandang kualitas
sebagai isu teknis.
|
Memandang kualitas
sebagai isu bisnis.
|
Usaha perbaikan
kualitas dikoordinasikan oleh manajer kualita
|
Usaha perbaikan
kualitas diarahkan oleh manajemen puncak.
|
Memfokuskan kualitas
pada fungsi atau departemen produksi.
|
Kualitas mencakup
semua fungsi atau departemen dalam organisasi.
|
Produktivitas dan
kualitas merupakan sasaran yang bertentangan.
|
Produktivitas dan
kualitas merupakan sasaran yang bersesuaian, karena hasil-hasil produktivitas
dicapai melalui peningkatan atau perbaikan kualitas.
|
Kualitas
didefinisikan sebagai konformansi (conformance)
terhadap spesifikasi atau standar. Membandingkan produk terhadap spesifikasi.
|
Kualitas secara
tepat didefinisikan sebagai persyaratan untuk memuaskan kebutuhan pengguna
produk atau pelanggan (costumers).
Membandingkan produk terhadap kompetisi dan terhadap produk terbaik dipasar.
|
Kualitas diukur
melalui derajat nonkonformansi (nonkonformansi),
menggunakan ukuran-ukuran kualitas internal.
|
Kualitas diukur
melalui perbaikan proses/ produk dan kepuasan pengguna produk atau pelanggan
secara terus-menerus, dengan menggunakan ukuran-ukuran kualitas berdasarkan
pelanggan.
|
Kualitas dicapai
melalui inspeksi secara intensif terhadap produk.
|
Kualitas ditentukan
melalui desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif,
serta memberikan kepuasan selama masa pakai produk.
|
Beberapa kerusakan
atau cacat diijinkan, jika produk telah memenuhi standar kualitas minimum.
|
Cacat atau kerusakan
dicegah sejak awal melalui teknik pengendalian proses yang efektif.
|
Kualitas adalah
fungsi terpisah dan berfokus pada evaluasi produksi.
|
Kualitas adalah
bagian dari setiap fungsi dalam semua tahap dari siklus hidup produk.
|
Pekerja dipermalukan
apabila menghasilkan kualitas jelek.
|
Manajemen
bertanggung jawab untuk kualitas.
|
Hubungan dengan
pemasok bersifat jangka pendek dan berorientasi pada biaya.
|
Hubungan dengan
pemasok bersifat jangka panjang dan berorientasi pada kualitas.
|
Tingkat
Performansi Terhadap Kualitas Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern
ITEM
|
PANDANGAN
TRADISIONAL
|
PANDANGAN
MODERN
|
Kualitas
|
1. Ukuran
berdasarkan bagian perseratus (persen).
2. Jika
produk tidak rusak tidak perlu memperbaikinya.
3. Inspeksi
sama dengan kualitas.
|
1. Ukuran
berdasarkan bagian persejuta (parts per million = ppm).
2. Perbaikan
produk/ proses secara terus-menerus.
3. Manajemen
kualitas terpadu.
|
Keterlibatan
Karyawan
|
1. Sistem
saran secara pasif.
2. strategi
menang-kalah.
3. Paling
banyak satu perbaikan per karyawan per tahun.
|
6. Tim
kualitas proaktif.
7. Strategi
menang-menang.
8. Selusin
atau lebih
9. perbaikan
per karyawan pertahun.
|
Fokus
|
Keuntungan
jangka pendek.
|
Keuntungan
jangka panjang.
|
VI. PROSES
PENINGKATAN KUALITAS
Proses
peningkatan kualitas memerlukan komitmen yang melibatkan secara seimbang antara
manusia sebagai sumber daya dan teknik perbaikan kualitas. Pada aspek manusia
yang ditekankan adalah motivasi untuk terus melakukan perbaikan kualitas.
Setiap orang pada level organisasi mempunyai peranan penting yang dapat
mendukung meningkatnya kualitas manajemen perusahaan. Di Jepang dikenal suatu
istilah yang dapat diartikan sebagai perbaikan terus-menerus. Istilah itu
disebut Kaizen. Pada dasarnya Kaizen merupakan suatu pandangan yang
komperhensif dan terintergrasi yang bertujuan untuk melaksanakan perbaikan
secara terus-menerus. Secara strategis langkah-langkah yang dapat dilakukan
sebagai program perbaikan atau peningkatan kualitas dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1.
Memilih dan menerapkan metode peningkatan kualitas.
2.
Melakukan analisis situasi melalui pengamatan situasional.
3.
Melakukan pengumpulan data.
4.
Melakukan analisis data.
5.
Menetapkan rencana perbaikan melalui penetapan sasaran perbaikan
kualitas.
6.
Melaksanakan program perbaikan selama kurun waktu tertentu.
7.
Melakukan studi penilaian terhadap program tersebut.
8. Mengambil tindakan korektif atas penyimpangan yang terjadi atau
standarisasi terhadap aktivitas yang sesuai.
VII. SUMBER
KUALITAS
Ada lima sumber
kualitas yang dapat djumpai yaitu:
1. Program,
kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak
2. Sistem
informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail
3. Desain
produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum
dilepas ke pasar
4. Kebijakan
produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara, baik
pekerja yang terlatih dan penemuan penyimpangan secara cepat
5. Manajemen
vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama
VIII. BIAYA
KUALITAS
Persaingan
dalam industri dan bisnis mendorong perusahaan untuk memerhatikan kualitas.
Sementara di sisi lain, pelanggan semakin menuntut (demanding) terhadap produk dan
layanan dengan kualitas tinggi. Peningkatan kualitas menjadi salah satu
strategi penting bagi perusahaan untuk tetap bertahan dan tumbuh. Dalam perspektif
Balanced Scorecard,
peningkatan kualitas sebagai salah satu inisiatif stratejik fundamental. Jika
kualitas produk atau layanan meningkat, maka pelanggan akan tetap setia
menggunakan produk tersebut, bahkan mereka akan dengan senang memberikan rekomendasi
kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut. Peningkatan kualitas juga
akan mendorong penurunan biaya operasional, karena rework dan repair atas
produk defect
akan berkurang.
Peningkatan
permintaan akan produk akan meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan,
pangsa pasar akan meningkat, sehingga ujung-ujungnya kinerja keuangan
perusahaan semakin baik. Perbaikan kualitas produk dan layanan pada akhirnya
akan meningkatan nilai perusahaan karena peningkatan profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas perusahaan akan meningkat melalui dua cara, yaitu peningkatan
permintaan pelanggan dan penurunan biaya perusahaan dengan menyediakan produk
dan layanan dengan kualitas bagus. Perhatian manajemen terhadap peningkatan
kualitas tercermin dalam biaya kualitas. Beberapa hasil penelitian menyebutkan
bahwa biaya kualitas menyerap sekitar 20% sampai dengan 30% dari penjualan
total, dan biaya kualitas mengalami kenaikan atau penurunan baik secara total
maupun setiap komponennya selama periode waktu tertentu.Biaya-biaya
yang timbul dalam penanganan masalah Kualitas, baik dalam rangka meningkatkan
Kualitas maupun biaya yang timbul akibat Kualitas yang buruk (Cost of Poor
Quality). Dengan kata lain, Biaya Kualitas (Quality Cost) adalah semua biaya
yang timbul dalam Manajemen Kualitas. Biaya kualitas dapat dikelompokan menjadi
empat golongan, yaitu:
1. Biaya
Pencegahan
Biaya ini merupakan
biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini
meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan system kualitas.
Ada beberapa macam
biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan, yaitu :
Biaya Perencanaan
Kualitas
Biaya perencanaan
kualitas adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan rencana
tentang keandalan, rencana pemerikasaan, system data, dan rencana khusus dan
jaminan kualitas.
Biaya Tinjauan Produk
Baru
Biaya tinjauan produk
baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran,
penilaian rancangan baru dari segi kualitas, penyiapan program percobaan, dan
pengujian untuk menilai penampilan produk baru dan aktivitas-aktivitas kualitas
lainnya selama tahap pengembangan dan praproduksi dari rancangan produk baru.
Biaya Rancangan Proses
atau Produk
Biaya rancangan proses
atau produk adalah biaya-biaya yang dikeluarkan paa waktu perancangan produk
atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan
kualitas produk tersebut.
Biaya Pengendalian
Proses
Biaya pengendalian
proses adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian proses, seperti
diagram pengendalian yang memantau prosesa pembuatan dalam usaha mencapai
kualitas produksi yang dikehendaki.
Biaya Pelatihan
Biaya pelatihan adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan penyiapan pelaksanaan,
penyelenggaraan, dan pemeliharaan program latihan formal masalah kualitas.
Biaya Audit Kualitas
Biaya audit kualitas
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.
2. Biaya
Deteksi / Penilaian
Biaya deteksi adalah
biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan
persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi ini adalah untuk
menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan,
misalnya mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan
kepada para pelanggan.
Yang termasuk dalam
jenis biaya deteksi ini antara lain :
Biaya Pemeriksaan dan
Pengujian Bahan Baku yang Dibeli
Biaya ini merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian bahan baku yang
dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan.
Biaya Pemeriksaan dan
Pengujian Produk
Biaya ini meliputi
biaya yang terjadi untuk meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standr
perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan pengiriman.
Biaya Pemeriksaan
Kualitas Produk
Biaya ini meliputi
biaya untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas produk dalam proses maupun produk
jadi.
Biaya Evaluasi
Persediaan
Biaya ini meliputi
biaya yang terjadi untuk menguji produk digudang, dengan tujuan untuk
mendeteksi terjadinya oenurunan kualitas produk selama digudang.
3. Biaya
Kegagalan Internal
Biaya kegagalan
internal merupakan biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan
persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa tersebut dikirimkan ke pihak
luar. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan
produk sebelum meninggalkan perusahaan.
Biaya kegagalan
internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu :
Biaya Sisa Bahan
(scrap)
Biaya ini adalah
kerugian yang terjadi karena adanya sisa bahan baku yang tyidak terpakai dalam
upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki. Bahan baku yang tersisa
karena alas an lain misalnya keusangan dan perubahan desain produk.
Biaya Pengerjaan Ulang
Biaya ini meliputi
biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar
dapat memenuhi standar kualitas yang diisyaratkan.
Biaya untuk Memperoleh
Bahan Baku
Biaya ini meliputi
biaya-biaya tambahan yang timbul karena adanya aktivitas menangani penolakan
(rejects) dan pengaduan (complaints) terhadap bahan baku yang telah dibeli.
Factory Contact
Engineering Cost
Biaya ini merupakan biaya
yang berhubungan dengan waktu yang digunakan untuk oleh para ahli produksi yang
terlibat dengan salam masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas.
Sebagai contoh, bila komponen atau bahan baku suatu produk tidak memenuhi
spesifikasi kualitas, maka ahli produk atau produksi akan diminta untuk menilai
kelayakan perubahan spsesifikasi produk tersebut.
4. Biaya
Kegagalan Eksternal
Biaya kegagalan
eksternal adalah biaya yang terjadi karena prodsuk atau jasa gagal memenuhi
persyratan-persyartan yang telah diketahui setelah produk tersebut dikirimkan
kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan
karena dapat menyebabkan reputasi perusahaan buruk, kehilangan pelanggan, dan
penurunan pangsa pasar.
Biaya kegagalan
eksternal terdiri tasa beberapa macam biaya, diantaranya yaitu :
Biaya Penanganan
Keseluruhan Selama Masa Garansi
Biaya ini meliputi
semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu sehingga
diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantian / penukuran produk.
Biaya Penaganan
Keluhan di Luar Masa Garansi
Biaya ini merupakan
biaya-biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan yang timbul setelah
berlalunya masa garansi.
Biaya Penanganan
Produk
Biaya ini adalah
kesluruhan biaya pelayanan prosuk yang diakibatkan oleh usaha untuk memperbaiki
ketidaksempurnaan atau untuk pengujian khusus atau untuk memperbaiki cacat yang
bukan disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan. Biaya jasa instalasi atau
ko9ntrak pemeliharaan tidak termasuk dalam kategori biaya ini.
Product Liability Cost
Biaya ini merupakan
biaya timbul sehubungan dengan jaminan atau pertanggungjawaban ata kegagalan
memenuhi standar kualitas (quality failures)
Biaya Penarikan
Kembali Produk
Biaya ini timbul
karena adanya penarikan kembali suatu produk tertentu.
IX. PERILAKU
BIAYA KUALITAS
Kualitas
dapat diukur berdasar biayanya.Perusahaan menginginkan agar biaya kualitas
turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai
dengan titik tertentu.Memang, jika standar kerusakan nol dapat dicapai,
perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian. Suatu
perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang dapat barjalan dengan baik,
menurut pakar kualitas biayanya tidak lebih dari 2,5 % dari penjualan. Standar
2,5% tersebut mencakup biaya kualitas secara total sedangkan biaya untuk setiap
elemen secara individual lebih kecil dari jumlah tersebut. Setiap
organisasiharus menentukan standar yang tepat untuk setiap elemen secara
individual.Anggaran dapat digunakan untuk menentukan besarnya standar biaya
kualitas setiapelemen secara individual sehingga biaya kualitas total yang
dianggarkan tidak lebihdari 2,5 % dari penjualan. Agar standar biaya kualitas
dapat digunakan dengan baikperlu dipahami perilaku biaya kualitas sebagai
berikut:
Perusahaan
harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas
secaraindividual.Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan penjualan, namun
sebagianlainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka:
1. Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan
biaya tetapdihubungkan dengan penjualan
2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh
penguranganrasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah
satu dari duacara berikut :
Rasio biaya variabel
pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung
penghematan biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya.
Rasio biaya
dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan
ke arah pencapaian sasaran periodik.
3. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh
perubahan absolut jumlah biaya tetap.
Biaya
kualitas dievaluasi dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang
dianggarkan.Pembandingan biaya kualitas tetap menggunakan jumlah absolut biaya
yang sesungguhnya dibelanjakan dengan yang dianggarkan.Sedangkan biaya kualitas
variabel dapat dibandingkan dengan menggunakan persentase dari penjualan, atau
jumlah rupiah biaya, atau kedua-duanya.Apabila manajer terbiasa berhadapan
dengan jumlah absolut atau jumlah rupiah, maka pendekatan yang terbaik adalah
dengan membandingkan jumlah rupiah biaya dengan dilengkapi ukuran persentase.
Perhitungan persentase ini dapat memberikan informasi pada manajemen mengenai seberapa
baik standar biaya kualitas sebesar 2,5 % dapat tercapai.
0 comments:
Posting Komentar