ANGGARAN LABA
I. PENGERTIAN
Secara umum tujuan didirikannya setiap
perusahaan adala untuk menghasilkan laba. Untuk dapat menghasilkan laba usaha
setiap perusahaan harus memiliki produk yang dapat dijual kepada masyarakat.
Produk perusahaan adalah segala sesuatu yang menjadi sumber penapatan
perusahaan. Produk tersebut dapat berupa barang atau jasa.
Karena laba merupakan tujuan umum
keberadaan setiap perusahaan, maka laba usaha adalah elemen penting yang
menggerakan seluruh aktivitas produktif di dalam suatu perusahaan. Kebutuhan
untuk menghasilkan laba usha tersebut menjadi faktor penggerak utama seluruh
aktivitas ekonomi yang dilakukan setiap perusahaan. Mulai dari menentukan
produk yang akan dihasilkan perusahaan, mencari dan mengumpulkan sumber daya yang
diperlukan hingga menggerakan dan mengarahkan setiap dumber daya yang dimiliki
tersebut untuk mencapai tujuan umum perusahaan. Jadi anggaran laba adalah
jumlah laba yang inign diperoleh peruashaan melalui berbagai aktivitas
operasional yang mencakup kegiatan produksi dan penjualan di dalam satu periode
tertentu.
II. METODE
Secara umum, terdapat tiga metode yang
dapat digunakan di dalam menyusun anggaran laba suatu perusahaan:
1. Metode A Posteriori
Adalah metode penyusunan anggaran laba
diman ajumlah laba ditetapkan sesudah proses perencanaan (planning) secara
keseluruhan, termasuk penyusunan angaran operasional. Metode ini menggunakan
anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan anggaran operasional.
2. Metode A Priori
Adalah metode penyusunan anggaran laba
dimana jumlah laba ditentukan terlebih dahulu pada awal proses perencanaan
(planning) secara keseluruhan. Bedasarkan jumlah laba yang telah ditentukan
tersebut, perusahaan membuat anggaran komprehensif. Metode ini menggunakan
anggaran laba sebagai titik tolak penyusunan anggaran operasional.
3. Metode Pragmatis
Adalah metode penyusunan anggaran laba,
dimana jumlah laba yang direncanakan ditetapkan bedasarkan suatu standar
tertentu yang telah teruji secara empiris dan didukung oleh pengalaman. Dengan
menggunakan suatu tingkat taget laba yang diperoleh dari pengalaman,
pengharapan atau perbandingan, pihak manajemen menetapkan standar laba relatif
yang dianggap memadai bagi perusahaannya.
III. FORMAT DASAR
Anggaran laba sebenarnya merupakan gabungan
dari anggaran pendapatan dan anggaran biaya. Anggaran laba merupakan rangkuman
dari keseluruhan anggaran pendapatan dan anggaran biaya.
Dalam proses penyusunan anggaran laba,
perlu di lihat lagi tentang susunan dan struktur biaya serta jenis persediaan
didalam perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur memiliki struktur biaya
dan jenis dan jenis persediaan seperti terlihat berikut ini:
1. Biaya Produksi
a. Biaya Bahan Baku
Langsung
b. Biaya Tenaga Kerja
Langsung
c. Biaya Overhead
Gabungan dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
membentuk biaya produksi. Itu berarti biaya produksi adalah keseluruhan biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk yang siap
dijual.
2. Biaya Operasional/Komersial
a. Biaya Pemasaran
b. Biaya Administrasi
dan Umum
3. Persediaan
Jenis persediaan yang dimiliki perusahaan manufaktur terdiri
dari 3 jenis persediaan, yaitu:
a. Persediaan Bahan Baku
b. Persediaan Barang dalam Proses
c. Persediaan Barang Jadi
Setelah mengetahui dan memahami klasifikasi biaya di dalam
perusahaan manufaktur, langkah berikutnya adalah melihat hubungan antara setiap
jenis biaya, persediaan dan penjualan. Hubungan antara ketiganya membentuk
format dasar anggaran laba. Format anggaran laba tersebut adalah format dasar
dan paling sederhana dari anggaran laba.
FORMAT
DASAR ANGGARAN LABA
Penjualan
|
Rp. ...................
|
||
Biaya bahan baku
|
Rp. ...................
|
||
Biaya tenaga kerja
|
Rp. ...................
|
||
Biaya overhead
|
Rp. ...................
|
||
Biaya Produksi
|
Rp. ................
|
||
Persediaan awal barang jadi
|
Rp. ................
|
||
Persediaan total barang jadi
|
Rp. ................
|
||
Persediaan akhir barang jadi
|
(Rp. ..............)
|
||
Harga pokok penjualan
|
(Rp. .............)
|
||
Laba kotor
|
Rp. .............
|
||
Biaya operasional
|
(Rp. .............)
|
||
Laba usaha sebelum pajak (EBT)
|
Rp. ..............
|
Format dasar dari anggaran laba tersebut tetap menjadi dasar
untuk memahami hubungan antara anggaran penjualan, biaya produksi dan biaya
operasional serta laba usaha.
FORMAT ANGGARAN LABA LENGKAP
• Penjualan
|
Rp. ............
|
||
• Harga Pokok Penjualan
|
|||
+ Persediaan bahan baku awal
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan bahan baku
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan total bahan baku
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan bahan baku akhir
|
(Rp. ...........)
|
||
- Biaya bahan baku langsung
|
Rp. ............
|
||
- Biaya tenaga kerja langsung
|
Rp. ............
|
||
- Biaya pabrikase lain
|
|||
+ Biaya bahan penolong
|
Rp. ............
|
||
+ Biaya tenaga kerja penolong
|
Rp. ............
|
||
+ Biaya lain-lain
|
Rp. ............
|
Rp. ............
|
|
- Biaya pabrikase total
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan barang dalam proses, awal
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan barang dalam proses, total
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan barang dalam proses, akhir
|
(Rp. ...........)
|
||
- Harga Pokok Produksi
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan barang jadi, awal
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan barang jadi, total
|
Rp. ............
|
||
+ Persediaan barang jadi, akhir
|
(Rp. ...........)
|
||
• Harga Pokok Penjualan
|
(Rp. ...........)
|
||
• Laba Kotor
|
Rp. ............
|
||
• Biaya Operasional:
|
|||
- Biaya Pemasaran
|
Rp. ............
|
||
- Biaya Administrasi & umum
|
Rp. ............
|
||
- Biaya Operasional Total
|
(Rp. ...........)
|
||
• Laba usaha sebelum pajak
|
Rp. ............
|
Dalam menyusun anggaran maupun laporan rugi laba, perusahaan
manufaktur memiliki perbedaan dengan perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Untuk
menghitung anggaran laba di dalam perusahaan manufaktur, peruashaan harus
mengetahui besarnya anggaran penjualan, anggaran biaya produksi dan anggaran
biaya komersial. Untuk mengetahui anggaran biaya produksi, harus dihitung
terlebih dahulu besarnya anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja
langsung dan anggaran biaya overhead.
IV. METODE A POSTERIORI
Adalah metode penyusunan anggaran laba
dimana jumlah laba di tetapkan sesudah proses perencanaan (planning)
secara keseluruhan, termasuk penyusunan anggaran operasional. Anggaran laba
merupakan bagian dari keseluruhan perencanaan itu sendiri. Laba usaha akan
diketahui dengan sendirinya setelah anggaran operasional disusun perusahaan.
Metode ini menggunakan anggaran penjualan sebagai titik tolak penyusunan
anggaran operasional.
Ilustrasi 1:
PT. Rakindo sebuah perusahaan rak buku pada akhir 2016,
perusahaan ini menyusun anggaran operasional untuk tahun 2017. dari anggaran
operasional yang telah disusun, dapat diringkas beberapa hal penting sebagai
berikut:
Perusahaan merencanakan menjual sebanyak
5.300 unit rak dengan harga Rp. 300.000 per unit, biaya bahan baku dianggarkan
sebesar Rp. 776.500.000, biaya tenaga kerja langsung dianggarkan Rp.
152.000.000, & biaya overhead dianggarkan Rp. 148.000.000. Sedangkan untuk
biaya operasional dianggarkan Rp. 198.000.000 untuk biaya pemasaran &
administrasi & umum Rp. 70.500.000. Pada akhir tahun 2017 diperkirakan
nilai persediaan yg ada sebesar Rp. 125.000.000 dan pada awal tahun 2017 nilai
persediaan diperkirakan sebesar Rp. 73.500.000
Jawab:
Biaya produksi sebesar Rp. 1.076.500.000 merupakan gabungan B.
Bahan baku, B. TK, B.Overhead.
(B.Produksi tsb + nilai persediaan barang jadi pada awal tahun)
– nilai persediaan pada akhir tahun = Harga pokok penjualan (HPP)
(Rp. 1.076.500.000 + Rp. 73.500.000) – Rp 125.000.000 = Rp.
1.025.000.000
Dari nilai penjualan – HPP = Laba kotor
Rp. 1.590.000.000 – Rp.1.025.000.000 = Rp. 565.000.000
Laba kotor – Biaya operasional = Laba usaha dianggarakan
Rp. 565.000.000 – Rp. 268.500.000 = Rp. 296.500.000
Anggaran
Laba Tahun 2017
• Penjualan
|
1.590.000.000
|
||
• Harga Pokok Penjualan
|
|||
Biaya Bahan Baku Langsung
|
776.500.000
|
||
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
152.000.000
|
||
Biaya Overhead
|
148.000.000
|
||
- Biaya produksi
|
1.076.500.000
|
||
- Persediaan awal barang jadi
|
73.500.000
|
||
- Persediaan total barang jadi
|
1.150.000.000
|
||
- Persediaan akhir barang jadi
|
(125.000.000)
|
||
- Harga Pokok Penjualan
|
(1.025.000.000)
|
||
• Laba Kotor
|
565.000.000
|
||
- Biaya Komersial/operasional
|
(268.500.000)
|
||
• Laba Usaha Sebelum Pajak
|
296.500.000
|
Data yang disajikan tersebut adalah data ringkas, jika rincian
data yang lebihlengkap disajikan dalam bentuk berikut ini:
Anggaran Parsial
|
Jumlah
|
Anggaran Parsial
|
Jumlah
|
B. Iklan
|
42.000.000
|
B. Peny
gedung pmsrn
|
24.000.000
|
Gaji
Wiraniaga
|
12.000.000
|
B. Peny
gedung kntr admn
|
30.000.000
|
Gaji
karyawan admntrsi
|
18.000.000
|
B. Peny
kend pmsrn
|
20.000.000
|
B.
tenaga kerja lsg
|
152.000.000
|
B. Peny
kend admn
|
15.000.000
|
B.
Overhead
|
148.000.000
|
Penjualan
|
1.590.000.000
|
Komis
Wiraniaga
|
28.000.000
|
Biaya
Bunga
|
15.000.000
|
B.
Angkut penjualan
|
34.000.000
|
Pers.
Brg jadi, 1/1/17
|
73.500.000
|
Pembelian
b. baku
|
906.500.000
|
Pers.
Brg jadi. 31/12/17
|
125.000.000
|
B. Daya
& jasa kntr admn
|
12.500.000
|
Pers.
Bhn baku, 1/1/17
|
220.000.000
|
B. Daya
& jasa kntr pmsrn
|
18.000.000
|
Pers.
Bhn baku, 31/12/17
|
350.000.000
|
Bedasarkan data diatas, maka penyusunan angaran laba sebagai
berikut:
Diketahui persediaan bahan baku awal tahun 2010 Rp. 220.000.000
& Pembelian bahan baku yg dianggarkan Rp. 906.500.000, sedangkan persediaan
bahan baku akhir tahun Rp. 350.000.000
B. Bhn bku = (220.000.000 + 906.000.000) - 350.000.000
=
Rp. 776.500.000
B.Prod = B. Bhn bku + B.T.kerja + B. Overhead
=
776.500.000 +152.000.000 + 148.000.000 = Rp.1.076.500.000
HPP = (B.Prod + Pers.awl brg jdi) - Pers.akhr brg
jdi
=
(73.500.000+73.500.000) - 125.000.000 = Rp. 1.025.000.000
Laba Kotor = Penjualan – HPP = (1.590.000.000 -
1.025.000.000)
=
Rp. 565.000.000
Laba usaha = Laba kotor – total biaya operasional
=
565.000.000 – 268.500.000
=
Rp. 296.500.000
• Penjualan
|
1.590.000.000
|
||
• Harga Pokok Penjualan
|
|||
- Persediaan bhn baku, 1/1/17 (awal)
|
220.000.000
|
||
- Pembelian
|
906.500.000
|
||
- Persedian bahan total
|
1.126.500.000
|
||
- Persedian bahan baku, 31/12/17 (akhir)
|
(350.000.000)
|
||
> Biaya bahan baku
|
776.500.000
|
||
> Biaya tenaga kerja langsung
|
152.000.000
|
||
> Biaya overhead
|
148.000.000
|
||
= Biaya Produksi
|
1.076.500.000
|
||
- Persediaan brg jadi, 1/1/17 (awal)
|
73.500.000
|
||
- Persediaan brg jadi total
|
1.150.000.000
|
||
- Persediaan brg jadi 31/12/17 (akhir)
|
(125.000.000)
|
||
= Harga Pokok Penjualan
|
(1.025.000.000)
|
||
• Laba Kotor
|
565.000.000
|
||
• Biaya Operasional
|
|||
> Biaya Pemasaran
|
42.000.000
|
||
- Biaya iklan
|
12.000.000
|
||
- Gaji wiraniaga
|
28.000.000
|
||
- Komisi wiraniaga
|
34.000.000
|
||
- Biaya angkut penjualan
|
18.000.000
|
||
- Biaya peny gedung
|
24.000.000
|
||
- Biaya peny kendaraan
|
20.000.000
|
||
= Biaya Pemasaran Total
|
(178.000.000)
|
||
> Biaya admn & umum
|
|||
- Gaji pegawai
|
18.000.000
|
||
- Biaya listrik, air & telepon
|
12.500.000
|
||
- Biaya peny. Gedung
|
30.000.000
|
||
- Biaya peny. Kendaraan
|
15.000.000
|
||
- Biaya bunga
|
15.000.000
|
||
= Biaya admn & umum total
|
90.500.000
|
(90.500.000)
|
|
• Laba Usaha
|
296.500.000
|
||
Ilustrasi 2
PT. Scluptor sebuah perusahaan sepatu berlokasi di Jakarta yang
menghasilkan 3 jenis sepatu dengan kode A1, A2, dan A3. ketiga sepatu tersebut
menggunakan bahanbaku yang sama yaitu kain, plastik, dan karet. Akhir tahun
2016 perusahaan telah menyusun anggaran untuk tahun 2017 sbb:
Anggaran Penjualan
Produk
|
Volume
|
Harga
|
Jumlah
|
A1
|
20.000
|
35.000
|
700.000.000
|
A2
|
40.000
|
32.000
|
1.280.000.000
|
A3
|
60.000
|
30.000
|
1.800.000.000
|
Total
|
3.780.000.000
|
Anggaran Produksi
Produk
|
Volume Penjualan
|
Persediaan
|
Volume Produksi
|
|
1/1/2010
|
31/12/2010
|
|||
A1
|
20.000
|
2.000
|
3.500
|
21.500
|
A2
|
40.000
|
4.000
|
6.000
|
42.000
|
A3
|
60.000
|
7.000
|
6.000
|
59.000
|
Anggaran Bahan Baku
Bahan
|
A1
|
A2
|
A3
|
Jumlah
Produksi
|
|||
Per Unit
|
Produksi
|
Per Unit
|
Produksi
|
Per Unit
|
Produksi
|
||
Kain
|
0,5
|
10.750
|
0,5
|
21.000
|
0,5
|
29.500
|
61.250
|
Plastik
|
0,4
|
8.600
|
0,5
|
21.000
|
0,6
|
35.400
|
65.000
|
Karet
|
0,7
|
15.050
|
0,8
|
33.600
|
0,9
|
53.100
|
101.750
|
Anggaran Pembelian Bahan
Bahan
|
Kebutuhan Produksi
|
Persediaan bahan baku
|
Pembelian
|
Jumlah
|
||
1/1/2010
|
31/12/2010
|
Volume
|
Harga
|
|||
Kain
|
61.250
|
2.250
|
6.000
|
65.000
|
2.000
|
130.000.000
|
Plastik
|
65.000
|
5.000
|
8.000
|
68.000
|
3.000
|
204.000.000
|
Karet
|
101.750
|
9.000
|
7.250
|
100.000
|
4.000
|
400.000.000
|
Total
|
734.000.000
|
Anggaran Tenaga Kerja
Produk
|
Jem Kerja
|
Tarif per jam kerja
|
Nilai
|
|
Per unit
|
Total
|
|||
A1
|
4
|
86.000
|
1.000
|
86.000.000
|
A2
|
3
|
126.000
|
1.000
|
126.000.000
|
A3
|
2
|
118.000
|
1.000
|
118.000.000
|
Total
|
330.000.000
|
Anggaran
Overhead
Produk
|
Jem Kerja
|
Tarif per jam kerja
|
Nilai
|
|
Per unit
|
Total
|
|||
A1
|
4
|
86.000
|
600
|
51.600.000
|
A2
|
3
|
126.000
|
600
|
75.600.000
|
A3
|
2
|
118.000
|
600
|
70.800.000
|
Total
|
198.000.000
|
Anggaran Biaya komersial
Jenis Biaya
|
Jumlah
|
|
Parsial
|
Total
|
|
Iklan
|
64.000.000
|
|
Gaji &
komisi Wiraniaga
|
124.000.000
|
|
Angkut
penjualan
|
48.000.000
|
|
Total Biaya Pemasaran
|
236.000.000
|
|
Gaji
direksi
|
120.000.000
|
|
Gaji
pegawai admin
|
60.000.000
|
|
Listrik,
air, telpon
|
36.000.000
|
|
Penyusutan
|
25.000.000
|
|
Total Biaya Administrasi & Umum
|
241.000.000
|
|
Total Biaya
|
477.000.000
|
Jawab:
1. Menentukan nilai persediaan awal dan akhir bahan baku yang
dianggarkan.
Jmlh persediaan awal bahan baku dikali harga per meter bahan
Kain : 2.250 m x Rp. 2.000 = 4.500.000
Untuk bahan baku yg lain dan persediaan akhir bahan baku
dihitung dengan perhitungan yg sama
Nilai
persediaan awal bahan baku yang dianggarkan
Bahan
|
Volume
|
Hraga
|
Nilai
|
kain
|
2.250
|
2.000
|
4.500.000
|
Plastik
|
5.000
|
3.000
|
15.000.000
|
Karet
|
9.000
|
4.000
|
36.000.000
|
55.500.000
|
Nilai persediaan
akhir bahan baku yang dianggarkan
Bahan
|
Volume
|
Hraga
|
Nilai
|
kain
|
6.000
|
2.000
|
12.000.000
|
Plastik
|
8.000
|
3.000
|
24.000.000
|
Karet
|
7.250
|
4.000
|
29.000.000
|
2. Menentukan biaya bahan baku per unit produk dari anggaran
kebutuhan bahan
baku dan anggaran pembelian bahan.
Biaya bahan per unit produk
Produk
|
Kain
|
Plastik
|
Karet
|
Biaya lain
|
||||||
Per unit
|
Harga
|
Biaya
|
Per unit
|
Harga
|
Biaya
|
Per unit
|
Harga
|
Biaya
|
||
A1
|
0,5
|
2.000
|
1.000
|
0,4
|
3.000
|
1.200
|
0,7
|
4.000
|
2.800
|
5.000
|
A2
|
0,5
|
2.000
|
1.000
|
0,5
|
3.000
|
1.500
|
0,8
|
4.000
|
3.200
|
5.700
|
A3
|
0,5
|
2.000
|
1.000
|
0,6
|
3.000
|
1.800
|
0,9
|
4.000
|
3.600
|
6.400
|
3. Menyusun biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang
dibutuhkan untuk setiap
unit produk yang dihasilkan
Biaya Tenga Kerja per Unit Produk Biaya overhead per
Unit Produk
Produk
|
Jam Kerja
|
Tarif per
jam
|
Biaya tenaga
kerja
|
Produk
|
Jam Kerja
|
Tarif per
jam
|
Biaya
overhead
|
|
A1
|
4
|
1.000
|
4.000
|
A1
|
4
|
1.000
|
4.000
|
|
A2
|
3
|
1.000
|
3.000
|
A2
|
3
|
1.000
|
3.000
|
|
A3
|
2
|
1.000
|
2.000
|
A3
|
2
|
1.000
|
2.000
|
4. Menghitung biaya produksi dari ketiga produk tersebut dengan
menjulmlahkan
ketiga jenis biaya tersebut
Biaya
produksi per unit produk
Produk
|
Jenis biaya
|
Biaya produksi
|
||
Bahan baku
|
Tenaga Kerja
|
Overhead
|
||
A1
|
5.000
|
4.000
|
4.000
|
11.400
|
A2
|
5.700
|
3.000
|
3.000
|
10.5000
|
A3
|
6.400
|
2.000
|
2.000
|
9.600
|
5. Menghitung nilai persediaan awal dan persediaan akhir dari
barang jadi pada
periode tersebut
Persediaan
barang jadi, awal dan akhir periode
Produk
|
keterangan
|
Persediaan
|
|
Awal
|
Akhir
|
||
A1
|
Biaya
|
11.400
|
11.400
|
Volume
|
2.000
|
3.500
|
|
Nilai
|
22.800.000
|
39.900.000
|
|
A2
|
Biaya
|
10.500
|
10.500
|
Volume
|
4.000
|
6.000
|
|
Nilai
|
42.000.000
|
63.000.000
|
|
A3
|
Biaya
|
9.600
|
9.600
|
Volume
|
7.000
|
6.000
|
|
Nilai
|
67.200.000
|
57.600.000
|
|
Total
|
132.000.000
|
160.500.000
|
6. Menyusun Anggaran Laba
Anggaran penjualan yang telah disusun sebesar Rp. 2.789.000.000.
Data persediaan awal dan akhir bahan baku masing-masing Rp. 55.500.000 dan Rp.
65.000.000, sedangkan persediaan awal barang jadi pada awal dan akhir
masing-masing sebesar Rp. 132.000.000 dan Rp. 160.500.000. maka dapat disusun
anggaran laba sbb:
Anggaran Laba
Penjualan
|
2.780.000.000
|
||
Persediaan bahan baku awal
|
55.500.000
|
||
Pembelian bahan baku
|
734.000.000
|
||
Persediaan bahan baku total
|
789.500.000
|
||
Persediaan bahan baku akhir
|
(65.000.000)
|
||
Biaya bahan baku
|
724.500.000
|
||
Biaya tenaga kerja
|
330.000.000
|
||
Biaya overhead
|
198.000.000
|
||
Biaya Produksi
|
1.252.500.000
|
||
Persediaan awal barang jadi
|
132.000.000
|
||
Persediaan total barang jadi
|
1.384.500.000
|
||
Persediaan akhir barang jadi
|
(160.500.000)
|
||
Harga pokok penjualan
|
(1.224.000.000)
|
||
Laba kotor
|
1.556.000.000
|
||
Biaya operasional
|
(477.000.000)
|
||
Laba usaha sebelum pajak (EBT)
|
1.079.000.000
|
V. METODE A PRIORI
Metode a priori adalah metode penyusunan anggaran laba dimana
jumlah laba ditentukan pada awal tahap proses perencanaan secara keseluruhan.
Bedasarkan jumlah laba yang telah ditentukan tersebut, perusahaanmembuat
anggaran komprehensif. Pada dasarnya komponen dari anggaran laba adalah
anggaran penjualan dan anggaran biaya, maka untuk mengubah anggaran laba agar
sesuai dengan laba yang ditargetkan, perusahaan memiliki beberapa pilihan dan
semuanya terkait dengan kedua komponen anggaran tersebut. Yaitu:
1. Mengubah anggaran penjualan
Anggaran penjualan terdiri dari dua elemen utama, yaitu volume
penjualan dan harga jual per unit produk. Untuk mengubah anggaran penjualan,
maka kedua elemen tersebut dapat diubah salah satunya atau kedua sekaligus.
2. Mengubah anggaran biaya
Biaya pada dasarnya perusahaan menyusun anggaran biaya, mulai
anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya
overheat dan anggaran biaya operasional, perusahaan sudah berusaha menekan
biaya seefisien mingkin. Anggaran biaya bahan baku dipengaruhi oleh dua elemen
utama, yaitu kebutuhan bahan per unit produk dan harga beli per unit bahan baku.
3. Mengubah anggaran penjualan dan anggaran biaya sekaligus
Perubahan volume penjualan akan berpengaruh langsung terhadap
volume produksi. Jika volume produksi berubah, maka biaya produksi total akan
berubah, dan biaya produksi per unit juga dapat berubah.
Ilustrasi 3
PT. Rakindo pada akhir tahun 2016 ingin menyusun anggaran
operasional untuk tahun 2017. Dari anggaran operasional yg telah disusun dapat
diringkas sbb:
Perusahaan berencana menjual sebanyak 5.300 unit rak dgn hrga
jual Rp. 300.000 per unit, sehingga nilai penjualan sianggarkan sebesar Rp.
1.590.000.000. biaya bahan baku dianggarkan Rp. 776.500.000, biaya tenaga kerja
langsung dianggarkan Rp. 152.000.000 dan biaya overhead Rp. 148.000.000.
sedangkan untuk biaya administrasi & umum Rp. 90.500.000. biaya pemasaran
Rp. 198.000.000
Pada akhir tahun 2017 diperkirakan nilai persediaan sebesar Rp.
125.000.000 dan pada awal tahun 2017 nilai persediaan diperkirakan sebesar RP.
73.500.000
Jika perusahaan menyusun anggaran laba denganmenggunakan metode
a posteriori akan menghasilkan laba sebesar Rp. 296.500.000
Jawab:
Jika perusahaan perusahaan menyusun anggaran laba untuk tahun
2017 dengan menggunakan metode a posteriori maka akan menghasilkan laba sebesar
Rp. 296.500.000. seperti berikut ini:
• Penjualan
|
1.590.000.000
|
||
• Harga
Pokok Penjualan
|
|||
Biaya Bahan Baku Langsung
|
776.500.000
|
||
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
152.000.000
|
||
Biaya Overhead
|
148.000.000
|
||
- Biaya
produksi
|
1.076.500.000
|
||
-
Persediaan awal barang jadi
|
73.500.000
|
||
-
Persediaan total barang jadi
|
1.150.000.000
|
||
-
Persediaan akhir barang jadi
|
(125.000.000)
|
||
-
Harga Pokok Penjualan
|
(1.025.000.000)
|
||
• Laba
Kotor
|
565.000.000
|
||
-
Biaya Komersial/operasional
|
(268.500.000)
|
||
• Laba
Usaha Sebelum Pajak
|
296.500.000
|
Jika dengan mengunakan metode a priori dimana perusahaan
menetapkan laba diawal yaitu sebesar Rp. 400.000.000, maka komponen di dalam
anggaran laba tersebut harus dirubah supaya laba yang ditargetkan tercapai.
Jika seandainya seluruh biaya sudah mencapai tingkat yang efisien, maka
pilihannya adalah merubah harga jual per unit produk. Seperti terlihat dalam
tabel berikut:
Keterangan
|
Anggaran Lama
|
Angaran Baru
|
Penjualan
|
1.590.000.000
|
?
|
HPP
|
(1.025.000.000)
|
(1.025.000.000)
|
Biaya
Operasional
|
(268.500.000)
|
(268.500.000)
|
Laba
Usaha
|
296.500.000
|
400.000.000
|
Untuk memperoleh nilai penjualan yang baru dengan target laba
sebesar Rp. 400.000.000.
Nilai Penjualan = 1.025.000.000 + 268.500.000 +
400.000.000
=
Rp. 1.693.500.000
Dengan nilai penjualan yang dianggarkan sebesar Rp.
1.693.500.000 dan jumlah produk yang dijual sebesar 5.300 unit. Maka harga jual
produk yang baru adalah sebesar :
= Rp. 1.693.500.000 / 5.300 unit
= Rp. 319.528,3 dibulatkan Rp. 320.000
Kenaikan sebesar Rp. 20.000 diangap tidak berpengaruh negatif
terhadap permintaan konsumen. Bedsarkan pertimbangan tersebut maka nilai
penjualan yang baru adalh sebesar:
Nilai penjualan = Rp. 320.000 x 5.300 unit
=
RP. 1.696.000.000
Maka anggaran laba dapat dibuat sbb
Anggaran Laba
• Penjualan
|
1.696.000.000
|
||
• Harga Pokok Penjualan
|
|||
Biaya Bahan Baku Langsung
|
776.500.000
|
||
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
152.000.000
|
||
Biaya Overhead
|
148.000.000
|
||
- Biaya produksi
|
1.076.500.000
|
||
- Persediaan awal barang jadi
|
73.500.000
|
||
- Persediaan total barang jadi
|
1.150.000.000
|
||
- Persediaan akhir barang jadi
|
(125.000.000)
|
||
- Harga Pokok Penjualan
|
(1.025.000.000)
|
||
• Laba Kotor
|
671.000.000
|
||
- Biaya Komersial/operasional
|
(268.500.000)
|
||
• Laba Usaha Sebelum Pajak
|
402.500.000
|
Laba usaha yang dihasilkan sebesar Rp. 402.500.000, berarti
target laba yang ditetapkan diawal Rp. 400.000.000 telah tercapai
Alternatif Lain
Jika perusahaan menyusun anggaran laba dengan metode a priori,
dimana laba telah di tentukan terlebih dahulu dan anggaran operasional belum di
susun. Maka metode untuk menentukan volume penjualan dan nilai penjualan,
dimana jumlah laba yang di inginkan di tentukan terlebih dahulu adalah dengan
serangkaian langkah berikut:
1. Menentukan laba yang di inginkan perusahaan
2. Membuat proyeksi biaya tetap total yang di perlukan untuk
menghasilkan produk dalam
kapasitas produksi perusahaan
3. Membuat proyeksi biaya variable per unit produk
4. Menghitung volume penjualan untuk mencapai jumlah laba yang
telah di tetapkan,
dengan formula berikut:
Ilustrasi 4:
Sebuah perusahaan meja untuk periode tahun 2017, perusahaan
memasang target laba sebesar RP. 1.000.000.000. kapasitas produksi perusahaan
ini dlam satu tahun sebesar 1.200 unit meja.
Untuk menghasilkan produk dengna volume tersebut, biaya tetap
yang dikeluarkan terdiri dari:
-
Biaya
overhead tetap Rp. 160.000.000
-
Biaya
pemasaran tetap sebesar Rp. 55.000.000
-
Biaya
administrasi & umum sebesar Rp. 145.000.000
Sedangkan biaya variabel
yg dibutuhkan utk setiap produk terdiri dari:
-
Biaya
bahanbaku sebesar Rp. 550.000
-
Biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp. 200.000
-
Biaya
overhead variable Rp. 100.000
-
Biaya
pemasaran variabel sebesar Rp. 50.000
Tahun 2016 perusahaan
menjual produknya dengan harga Rp. 2.500.000 & tahun 2017 tidak berencana
menaikan harga jualnya. Perusahaan menargetkan laba sebesar Rp. 100.000.000
Jawab:
Target laba perusahaan Rp. 100.000.000 dengan harga jual Rp.
2.500.000, maka:
= Rp. 2.125.000.000
Untuk memperoleh laba sebesar yang telah ditargetkan, harus
dihitung dengan membagi nilai penjualan tersebut dengan harga jual setiap unit
produk:
Volume penjualan = Nilai penjualan / Harga jual unit
produk
=
2.125.000.000 / 2.500.000
=
850 unit
Dengan rincian sbb:
Penjualan = 2.500.000 x 850 unit
= Rp. 2.125.000.000
Biaya bahan baku = 550.000 x 850 unit
= Rp.
467.500.000
Biaya tenaga kerja = 200.000 x 850 unit
=
Rp. 170.000.000
Biaya overhead = Biaya OH tetap x Biaya OH
variabel
= 60.000.000 +
(850 unit x 100.000)
= Rp.
245.000.000
Biaya pemasaran = Pemasaran tetap + Pemasaran
Variabel
= 55.000.000 +
(850 x 50.000)
= Rp.
97.500.000
Biaya administrasi = Rp. 145.000.000
Anggaran Laba
•
Penjualan
|
2.125.000.000
|
||
• Harga
Pokok Penjualan
|
|||
Biaya Bahan Baku Langsung
|
467.500.000
|
||
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
170.000.000
|
||
Biaya Overhead
|
245.000.000
|
||
- Biaya
produksi
|
882.500.000
|
||
-
Persediaan awal barang jadi
|
0
|
||
-
Persediaan total barang jadi
|
882.500.000
|
||
-
Persediaan akhir barang jadi
|
0
|
||
• Harga
Pokok Penjualan
|
(882.500.000)
|
||
• Laba
Kotor
|
1.242.500.000
|
||
- Biaya
Operasional
|
|||
Biaya Pemasaran
|
97.500.000
|
||
Biaya administrasi & umum
|
145.000.000
|
||
(242.500.000)
|
|||
• Laba
Usaha Dianggarkan
|
VI. METODE PRAGMATIS
Metode pragmatis adalah metode penyusun anggaran laba, dimana
jumlah laba yang direncanakan di tetapkan bedasarkan suatu standar tertentu
yang telah teruji secara empiris dan di dukung oleh pengalaman. Dengan
menggunakan suatu tingkat target laba yang di peroleh dari pengalaman,
pengharapan atau perbandingan, pihak manajemen menetapkan standar laba relative
yang di anggap memandai bagi perusahaannya.
Menyusun anggaran laba dengan motode pragmatis dapat dimulai
dengan menetapkan laba yang ingin di raih terlebih dahulu, dan kemudian diikuti
dengan menyusun anggaran operasional, atau dimulai dengan menyusun anggaran
penjualan terlebih dahulu dan di ikuti anggaran operasional lainnya, yang akan
berujung pada anggaran laba. Titik tolak penyusunan anggaran di dasarkan pada
pengalaman, perbanding atau atau suatu standar tertentu yang di anggap layak
bagi perusahaan
Jika titik tolak anggaran laba dengan dengan metode a posteriori
dimulai dengan volume penjualan yang disusul dengan anggaran operasional
lainnya maka metode pragmatis memiliki kesamaan dengan metode a posteriori.
Jika titik tolak anggaran laba dengan metode a priori dimaulai dengan laba yang
ditergetkan lebih dulu maka metode pragmatis ini memiliki kesamaan dengan
metode a priori.
Metode pragmatis menetapkan laba yang ditargetkan untuk dicapai
bedasarkan pengalaman masa sebelumnya, atau dari laba rata-rata industri.
Metode aposteriori dan a priori digunakan perusahaan yang baru
berdiri sehingga tidak memiliki pengalaman empiris dan data historis, atau
digunakan oleh perusahaan yang sudah lama berdiri tetapi tidak memiliki data
historis atau tidak mau mempergunakan data historis yang dimiliki.
Ilustrasi 5:
Dalam kasus sebelumnya, dimana kapasitas produksi perusahaan ini
dlam satu tahun sebesar 1.200 unit meja.
Untuk menghasilkan produk dengan volume tersebut, biaya tetap
yang dikeluarkan terdiri dari:
-
Biaya
overhead tetap Rp. 160.000.000
-
Biaya
pemasaran tetap sebesar Rp. 55.000.000
-
Biaya
administrasi & umum sebesar Rp. 145.000.000
Sedangkan biaya variabel yg dibutuhkan utk setiap produk terdiri
dari:
-
Biaya
bahanbaku sebesar Rp. 550.000
-
Biaya
tenaga kerja langsung sebesar Rp. 200.000
-
Biaya
overhead variable Rp. 100.000
-
Biaya
pemasaran variabel sebesar Rp. 50.000
Tahun 2016 perusahaan menjual produknya dengan harga sebesar Rp.
2.500.000 per unit. Dan tahun 2017 tidak merencanakan kenaikan harga jual produknya.
Dan perolehan laba usaha tahun2 sebelumnya adalah sbb:
Tahun
|
Vol Penjualan
|
Laba Usaha
|
2012
|
507
|
548.000.000
|
2013
|
596
|
762.000.000
|
2014
|
642
|
795.000.000
|
2015
|
705
|
875.000.000
|
2016
|
785
|
940.000.000
|
Jawab:
1. Menggunakan Volume Penjualan
Jika perusahaan ingin menggunakan volume penjualan sebagai titik
awal penyusunan anggaran, dan dengan menggunakan metode least square untuk
menetapkan volume penjualan tahun 2017, maka akan menghasilkan volume penjualan
sebagi berikut:
Tahun
|
Tahun ke
|
Volume penjualan
|
Xi
|
Xi . Yi
|
Xi2
|
2012
|
0
|
507
|
-2
|
-1.014
|
4
|
2013
|
1
|
596
|
-1
|
-596
|
1
|
2014
|
2
|
642
|
0
|
0
|
0
|
2015
|
3
|
705
|
1
|
705
|
1
|
2016
|
4
|
785
|
2
|
1.570
|
4
|
Total
|
3.235
|
665
|
10
|
y = a + bx
a = ∑y / n b = ∑x.y / ∑x2
a =
3.235 / 5 b = 665 / 10
=
647 = 66,5
x = 3
Penjualan
tahun 2017 :
= 647 +
66,5 (3)
= 846,5
= 847 unit
Dengan rincian sbb:
Penjualan = Rp. 2.500.000 x 847 unit
= Rp. 2.117.500.000
Biaya bahan baku = Rp. 550.000 x 847 unit
= Rp. 465.850.000
Biaya tenaga kerja = Rp. 200.000 x 847 unit
= Rp. 169.400.000
Biaya overhead = BO tetap + Biaya OH Variabel
= Rp. 160.000 000 + (847
unit x 100.000)
= Rp. 244.700.000
Biaya pemasaran = B. Pmsrn tetap + B. Pmsrn var
= Rp. 55.000.000 + (50.000 x
847 unit)
= Rp. 97.350.000
Biaya administrasi = Rp. 145.000.000
Anggaran Laba
Penjualan
|
2.117.500.000
|
||
Harga Bahan Baku
|
465.850.000
|
||
Biaya tenaga kerja langsung
|
169.400.000
|
||
Biaya overhead
|
244.700.000
|
||
- Biaya produksi
|
879.950.000
|
||
- Persediaan awal barang jadi
|
0
|
||
- Persediaan total barang jadi
|
879.950.000
|
||
- Persediaan akhir barang jadi
|
0
|
||
Harga Pokok Penjualan
|
(879.950.000)
|
||
Laba Kotor
|
1.237.550.000
|
||
Biaya Operasional
|
|||
- Biaya Pemasaran
|
97.350.000
|
||
- Biaya Administrasi & umum
|
145.000.000
|
||
(242.350.000)
|
|||
Laba Usaha Dianggarkan
|
995.200.000
|
2. Menggunakan Jumlah Perolehan Laba
Jika perusahaan ingin menggunakan Jumlah perolehan laba sebagai
titik awal penyusunan anggaran, dan dengan menggunakan metode least square
untuk menetapkan volume penjualan tahun 2017, maka akan menghasilkan volume
penjualan sebagi berikut
Tahun
|
Tahun ke
|
Laba Usaha
|
Xi
|
Xi . Yi
|
Xi2
|
2012
|
0
|
548.000.000
|
-2
|
(1.096.000.000)
|
4
|
2013
|
1
|
762.000.000
|
-1
|
(762.000.000)
|
1
|
2014
|
2
|
795.000.000
|
0
|
0
|
0
|
2015
|
3
|
875.000.000
|
1
|
875.000.000
|
1
|
2016
|
4
|
940.000.000
|
2
|
1.880.000.000
|
4
|
Total
|
3.920.000.000
|
897.000.000
|
10
|
y = a + bx
a = ∑y / n b =
∑x.y / ∑x2
a =
3.920.000.000 / 5 b = 665 / 10
=
784.000.000 = 89.700.000
x = 3
target laba 2017 :
=
784.000.000 + 89.700.000 (3)
Untuk memperoleh laba usaha sebesar Rp. 1.053.100.000 tersebut,
perusahaan harus melakukan penjualan sebesar
Nilai penjualan = Rp. 2.207.968.750
Angka Rp. 2.207.968.750 merupakan nilai penjualan agar
perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 1.053.100.000. untuk mengetahui vol
penjualan agar peruashaan memperoleh laba usaha tersebut, harus dihitung dengan
membagi nilai penjualan tersebut dengan harga jual tiap unit.
Volume penjualan = Nilai penjualan / Harga jual unit
produk
=
Rp. 2.207.968.750 / 2.500.000
=
884 unit
Penjualan = Rp. 2.500.000 x 884
unit
=
Rp. 2.210.000.000
Biaya bahan baku = Rp. 550.000 x 884 unit
=
Rp. 169.400.000
Biaya tenaga kerja = Rp. 200.000 x 884 unit
=
486.200.000
Biaya overhead = BO tetap + Biaya OH
Variabel
=
Rp. 160.000 000 + (884 unit x 100.000)
=
Rp. 176.800.000
Biaya pemasaran = B. Pmsrn tetap + B. Pmsrn
var
=
Rp. 55.000.000 + (50.000 x 884 unit)
=
Rp. 99.200.000
Biaya administrasi = Rp. 145.000.000
Anggaran Laba
Penjualan
|
2.210.000.000
|
||
Harga Bahan Baku
|
486.200.000
|
||
176.800.000
|
|||
Biaya overhead
|
248.400.000
|
||
-
Biaya produksi
|
911.400.000
|
||
-
Persediaan awal barang jadi
|
0
|
||
-
Persediaan total barang jadi
|
911.400.000
|
||
-
Persediaan akhir barang jadi
|
0
|
||
Harga
Pokok Penjualan
|
(911.400.000)
|
||
Laba Kotor
|
1.298.600.000
|
||
Biaya
Operasional
|
|||
-
Biaya Pemasaran
|
99.200.000
|
||
-
Biaya Administrasi & umum
|
145.000.000
|
||
(244.200.000)
|
|||
Laba Usaha
Dianggarkan
|
1.054.400.000
|
0 comments:
Posting Komentar